Perempat Final Wimbledon 2025: Alcaraz Menggulung Norrie, Sabalenka Berjuang Keras Kalahkan Siegemund.

Perempat Final Wimbledon 2025: Alcaraz Menggulung Norrie, Sabalenka Berjuang Keras Kalahkan Siegemund.

Perempat Final Wimbledon 2025: Alcaraz Menggulung Norrie, Sabalenka Berjuang Keras Kalahkan Siegemund.

Perempat final Wimbledon 2025 pada Selasa, 8 Juli 2025, menyuguhkan drama, dominasi, dan perjuangan keras di lapangan rumput yang ikonik, dengan Carlos Alcaraz dan Aryna Sabalenka berhasil melaju ke semifinal setelah melewati lawan-lawan tangguh. Pertandingan hari kesembilan ini menampilkan performa gemilang dari para unggulan dan kejutan dari petenis non-unggulan, memastikan babak semifinal yang penuh antisipasi di All England Club.

Di sektor putra, juara bertahan dua kali, Carlos Alcaraz, menunjukkan kelasnya dengan mengalahkan wakil tuan rumah, Cameron Norrie, dalam tiga set langsung dengan skor 6-2, 6-3, 6-3. Penampilan Alcaraz di Lapangan Tengah adalah sebuah masterclass, menegaskan mengapa ia menjadi pria yang harus dikalahkan di turnamen ini. Sejak awal, Alcaraz tampil sangat dominan, mematahkan servis Norrie di gim ketiga set pertama setelah Norrie melakukan double fault. Meskipun Norrie sempat memiliki beberapa peluang break point di awal set, Alcaraz dengan cepat memadamkannya dengan servis-servis yang menusuk dan forehand volley yang presisi.

Alcaraz mengakhiri set pertama dalam waktu singkat, membuat penonton di Centre Court, termasuk bintang Arsenal Bukayo Saka dan Jurrien Timber, terdiam kagum. Keunggulan Alcaraz berlanjut di set kedua, di mana ia kembali mematahkan servis Norrie di gim ketiga dengan membaca drop shot Norrie dan mengembalikannya dengan sempurna. Norrie, yang dikenal dengan gaya permainannya yang gigih dan sering membuat lawan frustrasi, tampak benar-benar kewalahan menghadapi kecepatan dan kekuatan Alcaraz. Tidak ada lagi selebrasi "vamos" yang sering ia tunjukkan, karena kini giliran Alcaraz yang terus menerus merayakan poin-poin penting.

Alcaraz mengakhiri set kedua dengan skor 6-3, selangkah lagi menuju semifinal. Di set ketiga, dominasinya tak terbendung. Meskipun Norrie sempat menunjukkan sedikit perlawanan dan meraih beberapa poin bagus, Alcaraz dengan cepat mematahkan semangatnya. Alcaraz melaju ke match point keduanya setelah kembali dari kedudukan 30-sama, dan sebuah servis keras yang tak terjangkau memastikan kemenangannya. Ini adalah kemenangan pertandingan ke-23 Alcaraz secara beruntun, dan kemenangan ketiga berturut-turut di perempat final Wimbledon.

Dalam wawancara pasca-pertandingan, Alcaraz yang mengenakan kardigan ala Federer tahun 2008, memuji Norrie sebagai "pemain yang luar biasa dan pribadi yang hebat." Ia menambahkan, "Tidak ada yang bekerja lebih keras darinya." Mengenai lawannya di semifinal, Taylor Fritz, Alcaraz berkomentar, "Dia sangat sukses di lapangan rumput musim panas ini dengan dua gelar. Saya akan mencoba bermain di level yang sama seperti hari ini. Tapi saat ini saya hanya ingin menikmati momen ini." Alcaraz kemudian mengungkapkan rencananya untuk bersantai dengan bermain golf lagi, namun kali ini bersama timnya, bukan dengan Andy Murray, yang mengalahkannya dalam duel golf akhir pekan lalu.

Di sektor putri, unggulan teratas Aryna Sabalenka menghadapi ujian taktis yang sengit melawan Laura Siegemund dari Jerman di Lapangan Tengah. Siegemund, yang berusia 37 tahun dan mencapai perempat final Wimbledon pertamanya, mengejutkan banyak pihak dengan merebut set pertama 6-4. Sabalenka, yang dikenal dengan kekuatan pukulannya, tampak kesulitan menghadapi slice dan drop shot cerdas Siegemund yang sering mengubah tempo permainan. Siegemund bahkan sempat mematahkan servis Sabalenka dua kali di set pertama, memaksa Sabalenka untuk berlari keluar lapangan sejenak untuk menenangkan diri.

Namun, Sabalenka menunjukkan ketahanan mental yang luar biasa. Setelah kekalahan di final French Open bulan lalu, ia tampak belajar mengendalikan emosinya. Di set kedua, Sabalenka bangkit dengan dominasi yang lebih besar, hanya membuat tujuh kesalahan sendiri setelah 13 di set pertama. Ia berhasil mematahkan servis Siegemund dua kali untuk memenangkan set kedua dengan skor 6-2, memaksa pertandingan ke set penentu.

Set ketiga menjadi pertarungan yang mendebarkan. Siegemund kembali membuat kejutan dengan mematahkan servis Sabalenka di awal set, memimpin 3-1. Pertandingan ini menjadi "pertarungan raksasa" yang menegangkan, dengan Siegemund terus melancarkan slice forehand hampir 50% di set penentu. Namun, Sabalenka menunjukkan mental juara dengan mematahkan kembali servis Siegemund, menyamakan kedudukan 3-3, lalu 4-4. Di momen krusial, Sabalenka berhasil mencapai dua match point. Meskipun Siegemund menyelamatkan match point pertama dengan drop shot yang brilian, Sabalenka mengamankan yang kedua dengan smash yang meyakinkan. Sabalenka berhasil melewati "ujian taktis paling sulit" ini dengan skor akhir 4-6, 6-2, 6-4, melaju ke semifinal Wimbledon ketiganya.

Pasca-pertandingan, Sabalenka tampak sangat lelah. Ia mengungkapkan perasaannya, "Jujur, saya butuh waktu untuk menenangkan diri dan memulihkan tenaga. Dia sangat menekan saya. Setelah set pertama saya melihat ke kotak tim saya berpikir: ‘Pesan tiket saya, kita akan segera meninggalkan turnamen indah ini.’" Ia memuji Siegemund, "Saya tidak akan menyebut permainannya mengganggu – dia bermain sangat cerdas. Dia benar-benar membuat semua orang bekerja keras melawannya, Anda harus bekerja untuk setiap poin. Tidak peduli jika Anda seorang pemukul keras, server besar, Anda harus bekerja, Anda harus berlari dan meraih kemenangan. Saya harus memastikan tidak menunjukkan bahwa saya terganggu olehnya, meskipun sedikit, saya tidak ingin memberinya energi itu." Kemenangan ini juga berarti Amanda Anisimova akan menghadapi Sabalenka di semifinal pada hari Kamis.

Di Lapangan Nomor 1, Taylor Fritz (unggulan kelima) mengamankan tempat di semifinal Wimbledon untuk pertama kalinya dalam karirnya, setelah mengalahkan Karen Khachanov (unggulan ke-17) dalam pertarungan empat set yang mendebarkan dengan skor 6-3, 6-4, 1-6, 7-6(4). Fritz memulai pertandingan dengan gemilang, mendominasi dua set pertama dengan servis yang kuat dan hanya membuat sedikit kesalahan. Ia memenangkan set pertama 6-3 dengan performa yang "sempurna," dan set kedua 6-4.

Namun, pertandingan berbalik arah di set ketiga. Khachanov bangkit dan memenangkan set ketiga dengan telak 6-1, sementara Fritz sempat menerima perawatan di kakinya karena lepuh. Momentum bergeser sepenuhnya ke Khachanov, dan Fritz mengakui, "Saya belum pernah mengalami pertandingan yang berbalik begitu cepat." Di set keempat, setelah Khachanov mematahkan servis Fritz di awal, Fritz menunjukkan ketahanan mentalnya. Ia berhasil mematahkan kembali servis Khachanov di gim keempat, dan pertandingan berlanjut hingga tie-break. Dalam tie-break yang krusial, Fritz menunjukkan ketenangannya, memulai dengan tiga ace beruntun dan mengamankan mini-break awal, akhirnya memenangkan tie-break 7-4.

Fritz mengungkapkan kelegaan besarnya setelah pertandingan, "Ini perasaan yang luar biasa. Setelah dua kali bermain di perempat final di sini dan kalah dalam lima set dua kali, saya rasa saya tidak bisa menerima satu kekalahan lagi. Saya sangat senang." Perjalanan Fritz ini merupakan puncak dari musim lapangan rumputnya yang luar biasa, termasuk gelar di Stuttgart dan Eastbourne, dan ia kini memimpin tur dalam kemenangan di lapangan rumput pada tahun 2025. Ia juga menjadi pria Amerika ketiga yang mencapai empat besar di Wimbledon sejak final Andy Roddick pada tahun 2009, bergabung dengan Sam Querrey (2017) dan John Isner (2018).

Pertandingan perempat final putri lainnya di Lapangan Nomor 1 mempertemukan Amanda Anisimova (unggulan ke-13) melawan Anastasia Pavlyuchenkova. Anisimova tampil perkasa di set pertama, mengalahkan Pavlyuchenkova 6-1 hanya dalam 27 menit. Pavlyuchenkova, yang sebelumnya terlibat insiden kontroversial dengan sistem line-calling elektronik di babak keempat, tidak bisa mengeluh kali ini karena ia memang kalah kelas. Set kedua menjadi lebih dramatis. Anisimova memiliki dua match point di kedudukan 6-1, 5-4, namun Pavlyuchenkova berhasil menyelamatkan keduanya dan memaksa tie-break. Tie-break ini penuh ketegangan, dengan Pavlyuchenkova bahkan sempat memiliki tiga set point. Namun, Anisimova menunjukkan ketabahan dan akhirnya mengamankan match point keempatnya di kedudukan 10-9, memenangkan set kedua 7-6(9) dan memastikan tempatnya di semifinal Wimbledon pertamanya. Anisimova, yang mengambil jeda dari tenis, menyebut kemenangan ini "super spesial" dan akan menembus 10 besar dunia untuk pertama kalinya minggu depan.

Dalam catatan sejarah, hanya dua kali dalam era terbuka juara bertahan tunggal putra Wimbledon dikalahkan oleh pemain Inggris. Mereka adalah Tim Henman, yang mengalahkan Richard Krajicek pada tahun 1997 di babak 16 besar, dan Roger Taylor, yang menumbangkan Rod Laver pada tahun 1970, mengakhiri rekor tak terkalahkan Laver selama satu dekade di SW19. Sayangnya, Cameron Norrie tidak mampu menambah daftar tersebut di Wimbledon 2025 ini.

Dengan hasil perempat final ini, babak semifinal dipastikan akan menyajikan pertandingan-pertandingan yang tak kalah menarik, di mana para petenis terbaik akan saling berhadapan untuk memperebutkan tempat di final turnamen Grand Slam paling bergengsi di lapangan rumput ini.

Perempat Final Wimbledon 2025: Alcaraz Menggulung Norrie, Sabalenka Berjuang Keras Kalahkan Siegemund.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *