Geger Industri Game: Krafton Tunda Subnautica 2, Pecat Bos Pengembang, dan Isu Bonus Rp 4 Triliun yang Terancam Hangus

Geger Industri Game: Krafton Tunda Subnautica 2, Pecat Bos Pengembang, dan Isu Bonus Rp 4 Triliun yang Terancam Hangus

Industri game kembali diguncang oleh kabar mengejutkan dari raksasa penerbit asal Korea Selatan, Krafton. Dalam sebuah langkah yang menimbulkan kebingungan dan spekulasi, Krafton mengumumkan penundaan perilisan game yang sangat dinanti, Subnautica 2, hingga tahun 2026. Lebih dramatis lagi, keputusan ini diiringi dengan pemecatan salah satu bos kunci di studio pengembangnya, Unknown Worlds Entertainment. Insiden ini mencuat hanya beberapa bulan sebelum sebuah bonus fantastis senilai USD 250 juta, atau sekitar Rp 4 triliun, yang dijanjikan Krafton kepada tim pengembang Unknown Worlds, terancam tidak akan cair. Sebuah drama yang melibatkan ambisi, keuangan, dan masa depan ratusan karyawan kini menjadi sorotan utama di kancah global.

Subnautica 2, sekuel dari game eksplorasi bawah air yang sangat sukses, telah memuncaki daftar keinginan (wishlist) kedua terbanyak di platform Steam untuk PC, menunjukkan betapa besarnya antisipasi gamer di seluruh dunia. Sejatinya, game ini dijadwalkan untuk membuka akses awal (early access) kepada sejumlah gamer pada tahun 2025 ini, memberikan kesempatan kepada pemain untuk menjajal versi belum final dan memberikan umpan balik kepada pengembang. Namun, secara tiba-tiba, Krafton mengubah jadwal krusial ini setelah memecat salah satu petinggi di Unknown Worlds Entertainment, studio di balik keajaiban Subnautica.

Informasi mengenai penundaan dan pemecatan ini berasal dari sumber anonim yang enggan disebutkan namanya, mengingat sensitivitas dan ketidakberaniannya untuk berbicara kepada media. Juru bicara Krafton sendiri belum memberikan respons resmi terkait permintaan komentar, menambah misteri di balik keputusan drastis ini. Di tengah keheningan Krafton, spekulasi pun berkembang liar, terutama terkait janji bonus besar yang kini berada di ujung tanduk.

Untuk memahami akar permasalahan ini, kita perlu melihat kembali sejarah kesuksesan Subnautica dan hubungan antara Krafton dan Unknown Worlds. Versi pertama Subnautica, yang dirilis pada tahun 2018, adalah sebuah fenomena di dunia game independen. Dengan konsep eksplorasi bawah air yang mendalam, narasi yang kuat, dan visual yang memukau, game ini berhasil mencuri hati jutaan pemain dan terjual lebih dari 6 juta kopi di berbagai platform. Kesuksesan luar biasa ini menarik perhatian Krafton, yang kemudian mengakuisisi Unknown Worlds pada tahun 2021 dengan nilai fantastis, mencapai USD 500 juta atau sekitar Rp 7,5 triliun pada saat itu. Akuisisi ini bukan hanya sekadar pembelian aset, melainkan juga sebuah janji untuk menggarap sekuel dari game yang dicintai tersebut, sekaligus menjaga semangat inovasi yang menjadi ciri khas Unknown Worlds.

Bagian krusial dari perjanjian akuisisi tersebut adalah klausul bonus performa (earn-out clause). Menurut laporan yang diverifikasi oleh Bloomberg, Krafton menjanjikan bonus sebesar USD 250 juta kepada Unknown Worlds jika studio tersebut berhasil mencapai target pemasukan tertentu hingga akhir tahun 2025. Klausul semacam ini umum dalam akuisisi di industri teknologi dan hiburan, dirancang untuk memotivasi tim inti agar tetap loyal dan terus berinovasi pasca-akuisisi, sekaligus memastikan bahwa investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi membuahkan hasil yang konkret. Namun, dengan ditundanya Subnautica 2 hingga tahun 2026, kemungkinan besar Unknown Worlds tidak akan mampu mencapai target pemasukan yang telah ditetapkan untuk tahun 2025, yang sebagian besar diharapkan datang dari penjualan akses awal Subnautica 2. Akibatnya, bonus besar yang telah dijanjikan itu pun terancam tidak akan diberikan.

Ini adalah pukulan telak, tidak hanya bagi manajemen Unknown Worlds, tetapi juga bagi para karyawan studio. Sumber anonim menyebutkan bahwa salah satu bos Unknown Worlds yang kemudian dipecat tersebut telah berjanji untuk membagi bonus dari Krafton ini kepada sekitar 100 pegawainya. Perjanjian pembagian bonus ini, yang menjadi bagian dari kesepakatan untuk mempertahankan talenta kunci setelah akuisisi, menjanjikan angka yang sangat signifikan bagi setiap individu. Para pegawai yang memilih untuk bertahan di Unknown Worlds selama proses akuisisi tersebut dijanjikan bonus yang besarannya berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan dolar per orang, sebuah insentif yang luar biasa besar dan tentunya menjadi harapan finansial yang besar bagi banyak keluarga. Hilangnya bonus ini tentu akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakpastian yang mendalam di kalangan tim pengembang.

Meskipun identitas bos Unknown Worlds yang dipecat tidak disebutkan secara eksplisit oleh sumber anonim, spekulasi mengarah pada figur-figur kunci di studio. Nama-nama seperti Charlie Cleveland dan Max McGuire, keduanya adalah pendiri asli Unknown Worlds Entertainment, serta Ted Gill yang menjabat sebagai CEO Unknown Worlds saat itu, menjadi kandidat utama. Tak lama setelah insiden pemecatan tersebut, posisi CEO Unknown Worlds memang telah diisi oleh Steve Papoutsis, yang sebelumnya dikenal sebagai CEO Distance Studios. Papoutsis kini akan membawahi keseluruhan manajemen studio dan arah kreatif, sebuah transisi kepemimpinan yang mendadak dan penuh tekanan. Krafton sendiri tidak memberikan alasan spesifik terkait pemecatan tersebut, hanya menyatakan secara umum dalam keterangan mereka: "Kami punya kewajiban ke para pemain untuk memberikan game yang paling bagus, dalam waktu secepatnya."

Pernyataan Krafton ini, yang mengedepankan kualitas dan kecepatan, tampaknya bertolak belakang dengan pandangan bos yang dipecat. Beberapa hari setelah kabar pemecatan, Charlie Cleveland, salah satu pendiri Unknown Worlds, angkat bicara melalui akun media sosialnya. Dalam sebuah pernyataan yang bernada terkejut dan kecewa, Cleveland menulis, "Yang terjadi minggu ini sangat mengejutkan." Lebih lanjut, ia juga mengindikasikan bahwa Subnautica 2 sebenarnya sudah siap untuk dirilis, sebuah klaim yang secara langsung menantang narasi Krafton tentang perlunya penundaan demi kualitas. Konflik narasi ini memperlihatkan adanya ketegangan antara visi kreatif pengembang dan strategi bisnis penerbit, sebuah dinamika yang tidak jarang terjadi dalam industri game.

Insiden ini menyoroti beberapa isu penting dalam industri game modern. Pertama, kompleksitas dan risiko dalam kesepakatan merger dan akuisisi (M&A). Meskipun akuisisi Unknown Worlds oleh Krafton awalnya dipandang sebagai langkah positif yang akan memberikan sumber daya lebih bagi studio independen, kasus ini menunjukkan bagaimana klausul earn-out yang dirancang untuk memotivasi justru dapat menjadi sumber konflik dan ketidakpastian. Ketika target keuangan tidak tercapai, konsekuensinya bisa sangat berat, tidak hanya bagi pemilik studio tetapi juga bagi karyawan biasa.

Kedua, ada perdebatan abadi antara kualitas dan jadwal rilis. Penerbit seringkali menghadapi tekanan untuk merilis game sesuai jadwal demi memenuhi ekspektasi investor dan pasar. Namun, di sisi lain, ada juga komitmen untuk memastikan kualitas game yang optimal, terutama untuk judul-judul yang sangat dinanti. Pernyataan Krafton bahwa mereka ingin "memberikan game yang paling bagus" terdengar meyakinkan, tetapi klaim Charlie Cleveland bahwa game itu "sudah siap" menimbulkan pertanyaan apakah penundaan ini murni demi kualitas atau ada motif lain yang mendasari, seperti strategi finansial untuk menghindari pembayaran bonus besar.

Ketiga, dampak terhadap moral karyawan. Bayangkan sebuah tim yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun, dengan janji bonus yang nilainya bisa mengubah hidup mereka, tiba-tiba melihat harapan itu pupus karena keputusan korporat yang di luar kendali mereka. Hal ini dapat merusak kepercayaan, memicu gelombang resignasi, dan secara fundamental mengubah budaya kerja di studio. Reputasi Krafton sebagai penerbit juga bisa terpengaruh, membuat studio independen lain mungkin berpikir dua kali untuk menjalin kerja sama atau diakuisisi oleh mereka di masa depan.

Kehadiran Steve Papoutsis sebagai CEO baru Unknown Worlds menjadi penentu penting. Dengan rekam jejaknya, ia diharapkan dapat menstabilkan situasi dan membawa proyek Subnautica 2 ke garis finis. Namun, ia mewarisi tim yang mungkin sedang bergejolak dan sebuah proyek yang berada di bawah tekanan besar. Tantangannya adalah tidak hanya memastikan game yang berkualitas, tetapi juga memulihkan semangat dan kepercayaan tim.

Kasus penundaan Subnautica 2, pemecatan bos Unknown Worlds, dan ancaman hilangnya bonus USD 250 juta ini adalah sebuah studi kasus yang kompleks tentang intrik di balik layar industri game. Ini menunjukkan bahwa di balik gemerlap peluncuran game-game besar, terdapat dinamika kekuatan, tekanan finansial, dan pertarungan visi yang seringkali tidak terlihat oleh publik. Masa depan Subnautica 2 kini berada di tangan Krafton dan kepemimpinan baru Unknown Worlds, dengan harapan bahwa pada akhirnya, terlepas dari semua drama ini, para gamer akan mendapatkan pengalaman eksplorasi bawah air yang luar biasa yang mereka nantikan. Namun, jejak kekecewaan dan ketidakpastian yang ditinggalkan oleh insiden ini kemungkinan akan membekas lama di benak mereka yang terlibat.

Geger Industri Game: Krafton Tunda Subnautica 2, Pecat Bos Pengembang, dan Isu Bonus Rp 4 Triliun yang Terancam Hangus

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *