
Perbaruan ranking FIFA yang dirilis pada Kamis, 10 Juli 2025, membawa kabar yang cukup mengguncang peta kekuatan sepak bola di kawasan Asia Tenggara. Untuk pertama kalinya dalam periode yang signifikan, tidak ada satu pun negara dari Asia Tenggara yang berhasil menembus jajaran 100 besar dunia. Situasi ini menjadi sorotan utama setelah Thailand, yang sebelumnya menjadi satu-satunya wakil di kelompok elit tersebut, mengalami penurunan peringkat yang cukup signifikan.
Berdasarkan data yang dirilis langsung oleh situs resmi FIFA, perhitungan poin dalam ranking terbaru ini didasarkan pada hasil pertandingan-pertandingan FIFA Matchday yang berlangsung sepanjang bulan Juni lalu. Periode ini krusial karena banyak tim nasional yang berlaga dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia, Kualifikasi Piala Asia, maupun laga persahabatan internasional, yang semuanya memiliki bobot poin berbeda dalam sistem perhitungan FIFA.
Thailand, yang sebelumnya mampu mempertahankan posisi di peringkat ke-99 dunia, kini harus menerima kenyataan pahit dengan melorot tiga strip ke peringkat 102. Dengan perolehan 1.222,07 poin, penurunan ini menjadi indikasi bahwa performa tim Gajah Perang pada periode FIFA Matchday Juni kurang optimal. Salah satu faktor utama yang disinyalir menjadi penyebab adalah kekalahan 1-3 dari Turkmenistan dalam laga Kualifikasi Piala Asia 2027. Meskipun Thailand berhasil memetik kemenangan 2-0 atas India dalam laga persahabatan, bobot kekalahan di pertandingan kualifikasi tampaknya lebih besar dalam memengaruhi poin ranking mereka. Turunnya Thailand dari 100 besar ini secara otomatis meninggalkan kekosongan representasi Asia Tenggara di jajaran tim elite sepak bola dunia, memunculkan pertanyaan besar mengenai konsistensi dan perkembangan kolektif sepak bola di kawasan ini.
Tidak hanya Thailand, Vietnam juga mengalami nasib serupa dengan penurunan empat strip ke peringkat 113 dunia, mengumpulkan 1.169,92 poin. Penurunan ini cukup mengejutkan mengingat Vietnam dalam beberapa tahun terakhir dianggap sebagai salah satu kekuatan baru di Asia Tenggara yang menunjukkan progres menjanjikan. Kekalahan telak 0-4 dari Malaysia dalam Kualifikasi Piala Asia 2027 diperkirakan menjadi pukulan telak bagi perolehan poin mereka, sekaligus menjadi pengingat bahwa persaingan di kawasan ini semakin ketat dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di tengah kabar kurang menyenangkan dari Thailand dan Vietnam, ada secercah harapan yang datang dari dua negara tetangga, yakni Indonesia dan Malaysia. Kedua tim nasional ini justru berhasil memetik hasil positif yang tercermin dalam kenaikan peringkat mereka. Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan melompat lima strip ke peringkat 118 dunia, mengantongi 1.154,55 poin. Kenaikan ini tentu menjadi angin segar bagi skuad Garuda dan para pendukungnya, menandakan bahwa strategi dan kerja keras tim mulai membuahkan hasil. Meskipun rincian pertandingan yang menyebabkan kenaikan ini tidak disebutkan secara eksplisit dalam rilis awal, dapat diasumsikan bahwa Timnas Indonesia berhasil meraih kemenangan penting atau setidaknya hasil imbang melawan tim dengan ranking lebih tinggi atau dalam pertandingan dengan bobot tinggi.
Lebih mengejutkan lagi adalah performa Harimau Malaya, julukan Timnas Malaysia, yang berhasil naik enam strip ke peringkat 125 dunia dengan 1.138,48 poin. Kenaikan drastis ini tidak lepas dari penampilan luar biasa mereka, terutama saat membantai Vietnam dengan skor telak 4-0 di ajang Kualifikasi Piala Asia 2027. Kemenangan besar ini tidak hanya memberikan tambahan poin yang signifikan bagi Malaysia, tetapi juga menegaskan kembali posisi mereka sebagai salah satu pesaing serius di kawasan Asia Tenggara, bahkan mampu menjungkalkan tim yang secara ranking lebih unggul.
Secara lebih rinci, berikut adalah daftar peringkat negara-negara Asia Tenggara dalam ranking FIFA terbaru:
- 102 Thailand (-3) dengan 1.222,07 poin
- 113 Vietnam (-4) dengan 1.169,92 poin
- 118 Indonesia (+5) dengan 1.154,55 poin
- 125 Malaysia (+6) dengan 1.138,48 poin
- 145 Filipina (+1) dengan 1.066,35 poin
- 159 Singapura (+2) dengan 1.017,29 poin
- 160 Myanmar (+2) dengan 1.004,06 poin
- 180 Kamboja (+1) dengan 910,21 poin
- 183 Brunei Darussalam (+2) dengan 900,62 poin
- 185 Laos (+5) dengan 890,35 poin
- 195 Timor Leste (+2) dengan 855,36 poin
Melihat daftar di atas, mayoritas negara Asia Tenggara memang menunjukkan sedikit peningkatan, meskipun masih berada di luar persaingan 100 besar. Peningkatan satu hingga lima strip ini mengindikasikan bahwa secara umum, ada upaya untuk memperbaiki performa, namun masih membutuhkan kerja keras ekstra untuk bersaing di level yang lebih tinggi.
Penting untuk memahami bagaimana sistem ranking FIFA bekerja, karena ini adalah kunci untuk memahami fluktuasi peringkat sebuah tim. Ranking FIFA dihitung menggunakan sistem ELO, yang mempertimbangkan beberapa faktor kunci: hasil pertandingan (menang, seri, kalah), tingkat kepentingan pertandingan (friendly match, kualifikasi, turnamen besar seperti Piala Dunia atau Piala Asia), kekuatan lawan (perbedaan ranking antara dua tim), dan koefisien konfederasi (meskipun ini memiliki bobot yang lebih kecil dibandingkan faktor lainnya). Kemenangan melawan tim dengan peringkat lebih tinggi dalam pertandingan penting akan memberikan poin yang sangat besar, sementara kekalahan dari tim dengan peringkat jauh di bawah dalam pertandingan vital dapat menyebabkan penurunan poin yang drastis. Inilah mengapa kekalahan Thailand dari Turkmenistan dan Vietnam dari Malaysia memiliki dampak signifikan, sementara kemenangan Indonesia dan Malaysia, terutama yang terakhir, memberikan dorongan besar.
Implikasi dari ranking FIFA ini tidak hanya sekadar angka. Ranking yang lebih tinggi dapat memberikan keuntungan signifikan, terutama dalam pengundian grup untuk turnamen-turnamen besar seperti Kualifikasi Piala Dunia atau Piala Asia. Tim dengan ranking lebih tinggi cenderung mendapatkan undian yang lebih "mudah" di babak awal, menghindari pertemuan langsung dengan raksasa sepak bola dunia. Selain itu, ranking juga memengaruhi prestise sebuah negara di mata dunia sepak bola, menarik minat sponsor, dan bahkan dapat memotivasi perkembangan sepak bola domestik serta pembinaan usia muda.
Bagi Timnas Indonesia, perjalanan masih panjang dan penuh tantangan. Setelah keberhasilan di FIFA Matchday Juni, Skuad Garuda akan menghadapi ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dalam laga-laga FIFA Matchday selanjutnya. Tahap ini akan mempertemukan Indonesia dengan lawan-lawan yang jauh lebih berat dari negara-negara papan atas Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Arab Saudi, atau Australia. Jika Timnas Indonesia mampu memetik hasil positif, bahkan sekadar hasil imbang melawan tim-tim raksasa tersebut, peluang mereka untuk melaju ke putaran final Piala Dunia akan semakin terbuka lebar. Lebih dari itu, setiap poin yang didapatkan dari pertandingan-pertandingan sulit ini akan sangat berharga untuk terus mendongkrak posisi Indonesia di ranking FIFA. Kenaikan peringkat yang berkelanjutan akan menjadi cerminan dari peningkatan kualitas dan konsistensi Timnas Indonesia di kancah internasional.
Tantangan bagi negara-negara Asia Tenggara untuk menembus jajaran 100 besar dunia sangat kompleks. Selain masalah konsistensi performa di lapangan, faktor-faktor lain seperti kualitas liga domestik, pengembangan pemain usia muda, investasi dalam infrastruktur sepak bola, kualitas kepelatihan, hingga dukungan finansial dari federasi dan pemerintah, semuanya memainkan peran krusial. Banyak negara Asia Tenggara masih bergulat dengan profesionalisme liga, regenerasi pemain, dan adaptasi terhadap tren taktik sepak bola modern. Untuk bisa bersaing di level global, diperlukan visi jangka panjang, program pengembangan yang terstruktur, dan kemauan untuk berinvestasi besar-besaran di semua lini.
Meskipun saat ini belum ada wakil Asia Tenggara di 100 besar, capaian Indonesia dan Malaysia yang berhasil naik peringkat adalah sinyal positif. Ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang, kerja keras, dan pertandingan yang tepat, peningkatan ranking adalah sesuatu yang realistis. Ambisi untuk menembus 100 besar harus terus membara, bukan hanya sebagai target ranking semata, tetapi sebagai cerminan dari kemajuan fundamental sepak bola di Asia Tenggara secara keseluruhan. Perjalanan masih panjang, namun semangat dan optimisme harus tetap terjaga demi masa depan sepak bola kawasan yang lebih cerah.
