
Rumor transfer Viktor Gyokeres ke Arsenal telah menjadi salah satu saga paling menarik dan berlarut-larut di bursa transfer musim panas ini. Striker produktif Sporting CP ini santer diberitakan menjadi target utama Meriam London, namun hingga kini, kepindahannya masih menggantung di awang-awang. Pertanyaan besar yang mengemuka adalah: jadi atau tidak? Ketegangan antara keinginan sang pemain, kebutuhan klub pembeli, dan keteguhan klub penjual menciptakan narasi transfer yang rumit dan penuh dinamika.
Minat Arsenal terhadap Gyokeres bukanlah tanpa alasan. Musim lalu, penyerang asal Swedia ini menunjukkan performa yang benar-benar fenomenal bersama Sporting CP. Statistiknya mencengangkan: ia berhasil membukukan total 54 kontribusi gol di semua kompetisi, yang terdiri dari 43 gol dan 11 assist. Angka ini menjadikannya salah satu striker paling mematikan di Eropa dan secara otomatis menarik perhatian klub-klub top. Arsenal, yang di bawah asuhan Mikel Arteta memiliki ambisi besar untuk kembali merebut gelar Liga Primer dan berprestasi di Liga Champions, melihat Gyokeres sebagai kepingan puzzle yang sangat dibutuhkan untuk menambah daya gedor lini depan mereka. Kualitas Gyokeres yang meliputi kecepatan, kekuatan fisik, kemampuan finishing yang klinis, serta kemampuannya dalam melakukan link-up play dan menekan lawan, sangat cocok dengan filosofi bermain Arteta yang intens dan menyerang.
Gayung pun bersambut. Viktor Gyokeres sendiri dilaporkan sangat antusias dengan prospek kepindahan ke Emirates Stadium. Meskipun ia juga diminati oleh klub raksasa Liga Primer lainnya seperti Manchester United, prioritas Gyokeres jelas mengarah ke Arsenal. Ia lebih sreg untuk berkarir di London, sebuah kota yang sudah familiar baginya dari masa-masa sebelumnya di Inggris. Bahkan, beredar kabar bahwa Gyokeres siap menerima gaji yang lebih kecil di Arsenal demi mewujudkan transfer ini. Kesediaan pemain untuk berkompromi soal gaji adalah indikasi kuat betapa besar keinginannya untuk bergabung dengan proyek Arteta, yang menunjukkan prospek cerah bagi karirnya. Hal ini seharusnya menjadi dorongan besar bagi Arsenal dalam negosiasi, karena tidak semua pemain bintang bersedia melakukan pengorbanan finansial seperti itu.
Namun, seperti lazimnya dalam bursa transfer, masalah utama kemudian mengerucut pada satu hal fundamental: harga. Sporting CP, yang dikenal sebagai klub penjual yang cerdas dan tangguh dalam negosiasi, mematok harga yang tidak main-main untuk bintangnya. Mereka menginginkan 70 juta Euro murni, tanpa embel-embel biaya tambahan atau bonus kinerja yang memberatkan. Ini adalah sikap yang tegas, mencerminkan nilai yang mereka yakini dimiliki oleh Gyokeres dan posisi kontraknya yang masih panjang, memberikan mereka daya tawar yang kuat. Bagi klub penjual, "pure fee" atau biaya murni tanpa tambahan adalah preferensi utama karena memberikan kepastian finansial dan likuiditas langsung yang bisa segera diinvestasikan kembali.
Di sisi lain, Arsenal datang dengan tawaran yang berbeda. Mereka mengajukan 65 juta Euro, namun dengan tambahan berupa bonus kinerja dan lain sebagainya. Skema ini, yang biasa disebut "add-ons," merupakan praktik umum dalam transfer modern. Bonus-bonus ini bisa mencakup pencapaian individu pemain (jumlah gol, assist), pencapaian tim (kualifikasi Liga Champions, juara liga, juara piala), atau bahkan jumlah penampilan. Tujuannya adalah untuk menyebarkan risiko finansial bagi klub pembeli dan mengikat sebagian pembayaran pada performa. Namun, seringkali nilai dan syarat-syarat untuk mencapai bonus ini menjadi titik sengketa utama.
Menurut laporan dari Independent, situasi negosiasi kini menjadi rumit dan dilaporkan telah menemui jalan buntu. Perbedaan nilai dan persyaratan keseluruhan transfer menjadi batu sandungan yang signifikan. Yang menarik adalah, meskipun jika tawaran Arsenal ditotal dengan semua bonus yang mungkin tercapai bisa mencapai nilai 80 juta Euro – angka yang bahkan 10 juta Euro lebih besar dari permintaan awal Sporting – klub Portugal itu tetap tidak puas. Mengapa demikian? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, Sporting mungkin melihat sebagian besar bonus tersebut sebagai "bonus aspirasional" yang sulit tercapai, sehingga nilai tunai yang mereka terima di awal akan jauh lebih rendah dari yang mereka inginkan. Kedua, mereka mungkin memiliki kebutuhan kas yang mendesak untuk menyeimbangkan keuangan atau mendanai pembelian pemain baru, sehingga "pure cash" adalah prioritas utama mereka. Ketiga, Sporting mungkin merasa bahwa Gyokeres, dengan performa dan potensinya, bernilai lebih dari 80 juta Euro jika mempertimbangkan inflasi pasar dan kebutuhan mendesak Arsenal.
Situasi serupa, di mana negosiasi harga menemui jalan buntu, juga pernah dialami Arsenal di bursa transfer yang sama dengan Benjamin Sesko. Penyerang RB Leipzig itu juga sempat menjadi target Arsenal, namun perbedaan valuasi dengan Eintracht Frankfurt (klub yang memiliki hak atas Sesko saat itu sebelum kepindahannya ke Leipzig) membuat transfer tersebut tidak terwujud. Pola ini mengindikasikan bahwa Arsenal memiliki batas anggaran atau strategi negosiasi yang ketat, di mana mereka tidak ingin membayar melebihi valuasi internal mereka, bahkan untuk target utama sekalipun. Ini bisa menjadi tanda kehati-hatian finansial atau keyakinan pada strategi transfer mereka.
Terlepas dari saga Gyokeres, Arsenal sejauh ini sudah cukup aktif di bursa transfer. Mikel Arteta dan Direktur Olahraga Edu Gaspar telah berhasil mengamankan beberapa pemain penting yang akan memperkuat skuad di berbagai posisi. Martin Zubimendi, gelandang bertahan asal Real Sociedad, dilaporkan telah menyelesaikan kepindahannya ke London Utara. Kehadiran Zubimendi akan memberikan stabilitas dan kedalaman di lini tengah, sebuah area yang seringkali rentan terhadap cedera dan kelelahan. Selain itu, kiper berpengalaman Kepa Arrizabalaga dari Chelsea juga santer disebut akan bergabung untuk memberikan kompetisi dan cover bagi David Raya. Penambahan Kepa menunjukkan keinginan Arteta untuk memiliki dua kiper top yang saling bersaing dan bisa diandalkan. Tak hanya itu, Christian Norgaard, gelandang pekerja keras dari Brentford, juga dikabarkan akan menyusul. Norgaard akan menambah opsi di lini tengah, memberikan fisik dan kemampuan bertahan yang mumpuni, serta memperkaya pilihan taktis Arteta.
Pembelian-pembelian ini menunjukkan bahwa Arsenal berinvestasi pada kedalaman skuad dan kualitas di berbagai posisi. Namun, tanpa striker kelas dunia yang bisa menjamin 20-25 gol per musim, ambisi gelar juara mungkin akan tetap menghadapi tantangan berat. Gabriel Jesus, Kai Havertz, dan Eddie Nketiah adalah penyerang yang bagus, namun masing-masing memiliki keterbatasan atau belum menunjukkan konsistensi mencetak gol yang dibutuhkan untuk bersaing di level tertinggi. Jesus seringkali cedera dan lebih cocok sebagai penyerang yang bergerak bebas, sementara Havertz masih dalam tahap adaptasi penuh sebagai penyerang tengah. Nketiah, meski potensial, belum bisa diandalkan sebagai striker utama.
Masa depan transfer Viktor Gyokeres ke Arsenal kini berada di persimpangan jalan. Apakah Sporting akan melunak pada tuntutan mereka, atau Arsenal akan menaikkan tawaran "pure cash" mereka? Atau justru, kedua belah pihak akan tetap pada pendiriannya dan transfer ini akan gagal terwujud, memaksa Arsenal untuk mencari alternatif lain di menit-menit akhir bursa transfer? Waktu terus berjalan, dan tekanan semakin meningkat bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan. Bagi Arsenal, kegagalan mendapatkan striker sekaliber Gyokeres bisa menjadi pukulan telak bagi ambisi mereka musim depan. Sementara bagi Sporting, mempertahankan pemain yang ingin pergi juga bisa menimbulkan masalah di ruang ganti. Saga ini adalah cerminan sempurna dari kompleksitas dan intrik pasar transfer sepak bola modern, di mana nilai seorang pemain tidak hanya diukur dari kemampuan di lapangan, tetapi juga dari strategi negosiasi, kebutuhan finansial, dan ambisi masing-masing klub. Pertanyaan "jadi gak sih?" akan terus menggantung hingga bursa transfer resmi ditutup, dengan seluruh mata tertuju pada London dan Lisbon.
