Real Madrid Menutup Musim 2024/2025 dengan Kekalahan Memalukan dan Janji Perombakan Total dari Xabi Alonso

Real Madrid Menutup Musim 2024/2025 dengan Kekalahan Memalukan dan Janji Perombakan Total dari Xabi Alonso

Musim 2024/2025 resmi berakhir dengan catatan pahit bagi Real Madrid. Raksasa Spanyol tersebut menelan kekalahan telak 0-4 dari Paris Saint-Germain (PSG) dalam pertandingan semifinal Piala Dunia Antarklub 2025. Hasil memalukan ini bukan hanya mengakhiri harapan mereka di kompetisi tersebut, tetapi juga menutup seluruh kampanye dengan sebuah "tamparan" keras, memaksa pelatih kepala Xabi Alonso untuk segera menjanjikan "peningkatan kekuatan" signifikan menjelang bursa transfer musim panas. Kekalahan di New Jersey ini menjadi cerminan dari musim yang penuh gejolak dan jauh dari ekspektasi tinggi yang selalu menyertai Los Blancos.

Pertandingan di semifinal Piala Dunia Antarklub 2025, yang seharusnya menjadi panggung bagi Real Madrid untuk menunjukkan dominasinya di kancah global, justru berubah menjadi mimpi buruk. Sejak peluit kick-off dibunyikan, PSG tampil dengan intensitas dan efisiensi yang luar biasa, seolah-olah mereka adalah tim yang lebih lapar gelar. Gawang Thibaut Courtois, yang dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, diberondong empat gol tanpa balas. Fabian Ruiz menjadi momok menakutkan bagi lini pertahanan Madrid dengan lesakan dua golnya, menunjukkan ketajaman dan pergerakan cerdasnya di kotak penalti. Tak ketinggalan, Ousmane Dembele dan Goncalo Ramos turut menyumbangkan gol, masing-masing dengan sentuhan khas mereka yang mematikan, memperparah luka Real Madrid. Lini pertahanan yang dipimpin oleh pemain-pemain berpengalaman tampak kewalahan menghadapi kecepatan dan kreativitas serangan PSG, sementara lini tengah gagal memberikan perlindungan yang memadai atau mendominasi penguasaan bola.

Kekalahan telak ini bukan sekadar insiden tunggal; ia merupakan puncak dari serangkaian performa yang inkonsisten sepanjang musim 2024/2025. Real Madrid, yang selalu menargetkan setiap gelar yang bisa diraih, hanya mampu membawa pulang Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental. Meskipun dua trofi ini cukup prestisius, bagi standar klub sekelas Real Madrid, pencapaian ini terasa minim dan jauh dari memuaskan. Kegagalan mereka di tiga kompetisi mayor – LaLiga, Copa del Rey, dan Liga Champions – menjadi sorotan utama dan menimbulkan pertanyaan besar tentang strategi, kedalaman skuad, dan manajemen tim.

Di LaLiga, Real Madrid menunjukkan inkonsistensi yang tidak biasa, seringkali kehilangan poin di pertandingan yang seharusnya bisa mereka menangkan. Rival-rival mereka tampil lebih stabil, dan Los Blancos akhirnya harus mengakui keunggulan tim lain dalam perburuan gelar domestik yang sengit. Di Copa del Rey, perjalanan mereka juga terhenti lebih awal dari yang diperkirakan, menandakan kurangnya fokus atau rotasi yang kurang efektif di kompetisi piala domestik. Namun, kegagalan terbesar yang paling menyakitkan bagi para penggemar dan manajemen adalah di Liga Champions. Kompetisi ini adalah habitat alami Real Madrid, tempat mereka telah mengukir sejarah sebagai raja Eropa. Musim ini, mereka gagal mencapai final, apalagi mengangkat trofi "Si Kuping Besar" untuk ke-16 kalinya. Eliminasi mereka di babak-babak krusial Liga Champions menjadi pukulan telak yang mengindikasikan adanya masalah fundamental yang perlu segera diatasi.

Pasca-kekalahan memalukan dari PSG, suasana di kubu Real Madrid terasa muram. Namun, Xabi Alonso, dengan ketenangan dan visi yang menjadi ciri khasnya, tidak menyia-nyiakan waktu untuk memberikan janji perubahan. "Kami belum membicarakannya sepanjang Piala Dunia Antarklub 2025, tapi dari sekarang kami terbuka untuk membuat peningkatan," kata Alonso, seperti dilansir ESPN. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa fokus utama tim selama turnamen adalah pertandingan itu sendiri, tetapi sekarang, dengan berakhirnya musim, perhatian penuh akan dialihkan ke bursa transfer. "Kami selalu ingin berkembang dan ada ruang untuk itu," tambahnya, menegaskan filosofi klub yang tidak pernah puas dan selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik, bahkan setelah mencapai puncak. Pernyataan Alonso ini bukan sekadar retorika; itu adalah pengakuan terbuka bahwa skuad saat ini, meskipun memiliki talenta besar, memerlukan suntikan kekuatan baru di area-area tertentu untuk kembali ke level yang diharapkan.

Musim panas ini, Real Madrid sebenarnya sudah menunjukkan aktivitas yang cukup agresif di bursa transfer. Mereka telah berhasil mengamankan tiga pemain baru yang menjanjikan: Dean Huijsen, Trent Alexander-Arnold, dan gelandang muda Franco Mastantuono. Dean Huijsen, bek tengah muda yang berbakat, diharapkan dapat memberikan kedalaman dan opsi tambahan di lini pertahanan. Kehadirannya bisa menjadi investasi jangka panjang untuk masa depan lini belakang Madrid, yang terkadang menunjukkan kerapuhan musim ini. Trent Alexander-Arnold, bek kanan serang dari Liverpool, adalah rekrutan yang sangat menarik. Dikenal dengan visi, umpan silang akurat, dan kemampuan mengatur serangan dari sisi sayap, Alexander-Arnold diharapkan dapat membawa dimensi baru dalam permainan ofensif Madrid, serta meningkatkan kualitas bola mati mereka. Sementara itu, Franco Mastantuono, gelandang muda berbakat asal Argentina, merupakan prospek jangka panjang yang diyakini memiliki potensi untuk menjadi bintang masa depan di lini tengah Madrid, mengikuti jejak para pendahulunya dari Amerika Selatan.

Namun, di samping kedatangan pemain baru, Real Madrid juga harus menghadapi kepergian salah satu ikon terbesar mereka: Luka Modric. Kontrak gelandang veteran Kroasia itu berakhir setelah Piala Dunia Antarklub 2025, menandai akhir dari era gemilang yang ia jalani di Santiago Bernabéu. Kepergian Modric meninggalkan kekosongan yang sangat besar, tidak hanya dari segi kualitas teknis di lini tengah – dengan visi, passing, dan kemampuannya mengendalikan tempo permainan yang tak tertandingi – tetapi juga dari segi kepemimpinan dan pengalaman. Modric adalah jantung dan otak permainan Real Madrid selama bertahun-tahun, panutan bagi pemain muda, dan sosok yang selalu bisa diandalkan dalam momen-momen krusial. Mencari pengganti yang sepadan dengan warisan dan kontribusinya akan menjadi tugas yang sangat berat bagi manajemen dan Alonso.

Dengan kekalahan telak dari PSG, kegagalan di kompetisi mayor, dan kepergian Modric, tugas Alonso dan direktur olahraga Real Madrid untuk bursa transfer musim panas menjadi semakin mendesak dan kompleks. Janji Alonso untuk "membuat peningkatan" tidak bisa dipandang enteng. Analisis mendalam terhadap performa tim musim ini akan menjadi kunci untuk mengidentifikasi area mana saja yang paling membutuhkan penguatan. Lini belakang, yang terlihat rentan di beberapa pertandingan penting, mungkin memerlukan tambahan bek tengah yang kokoh atau bek sayap yang lebih seimbang. Lini tengah, terutama setelah kepergian Modric, perlu dipikirkan ulang. Apakah mereka membutuhkan seorang gelandang bertahan murni untuk memberikan perlindungan lebih, atau seorang gelandang kreatif yang bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Modric? Atau mungkin kombinasi keduanya?

Di lini depan, meskipun memiliki Kylian Mbappe dan pemain-pemain bintang lainnya, Real Madrid mungkin juga perlu mempertimbangkan kedalaman atau variasi serangan. Konsistensi dalam mencetak gol dan efektivitas di depan gawang lawan menjadi krusial. Selain itu, aspek mental dan kepemimpinan dalam tim juga akan menjadi pertimbangan penting dalam memilih pemain baru. Alonso akan mencari pemain yang tidak hanya memiliki kualitas teknis yang mumpuni, tetapi juga memiliki mentalitas juara, ketahanan, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan bermain di klub sebesar Real Madrid.

Periode bursa transfer musim panas ini akan menjadi salah satu yang paling krusial dalam beberapa tahun terakhir bagi Real Madrid. Keputusan yang diambil oleh Xabi Alonso dan manajemen klub akan menentukan arah dan kesuksesan mereka di musim-musim mendatang. Para penggemar Real Madrid, yang selalu menuntut kesempurnaan dan dominasi, akan mengamati dengan seksama setiap langkah yang diambil. Dari analisis kekalahan hingga identifikasi target transfer, setiap detail akan menjadi bagian dari upaya besar Real Madrid untuk bangkit dari keterpurukan dan kembali ke jalur kemenangan yang menjadi identitas mereka. Janji Alonso adalah sebuah komitmen, dan sekarang, saatnya untuk mewujudkan komitmen tersebut menjadi tindakan nyata di pasar transfer dan di lapangan latihan.

Real Madrid Menutup Musim 2024/2025 dengan Kekalahan Memalukan dan Janji Perombakan Total dari Xabi Alonso

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *