
Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) 2025 di Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin mematangkan persiapannya, dengan fokus utama pada antisipasi cuaca ekstrem dan penyelesaian venue secara tepat waktu, guna menjamin kelancaran dan keselamatan ribuan pegiat olahraga yang akan berpartisipasi. Ajang olahraga masyarakat terbesar di Indonesia ini dijadwalkan berlangsung meriah di Bumi Gora mulai 26 Juli hingga 1 Agustus 2025, dan akan mempertemukan sekitar 12 ribu pegiat olahraga dari 37 provinsi di seluruh Indonesia, menampilkan semangat kebersamaan dan keberagaman olahraga rekreasi.
FORNAS, sebagai ajang dua tahunan yang diselenggarakan oleh Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI Nasional), bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sebuah gerakan besar yang bertujuan untuk menginspirasi masyarakat luas agar mengadopsi gaya hidup sehat dan aktif, serta melestarikan olahraga tradisional dan kreasi budaya. Edisi ke-VIII ini akan mempertandingkan 73 induk organisasi olahraga (Inorga) dengan total 1.152 nomor pertandingan, serta menampilkan 28 Inorga ekshibisi yang memperkenalkan jenis-jenis olahraga baru dan inovatif. Kategori olahraga yang akan diperlombakan dan diperagakan meliputi olahraga kesehatan dan kebugaran, olahraga petualangan dan tantangan, serta olahraga tradisional dan kreasi budaya, mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya olahraga di Tanah Air.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menjadi salah satu pilar utama yang memberikan dukungan penuh dan perhatian serius terhadap kesiapan FORNAS 2025. Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito, dalam berbagai kesempatan, secara tegas mengingatkan pentingnya antisipasi terhadap potensi masalah yang bisa timbul, terutama terkait cuaca. Kekhawatiran ini muncul setelah insiden banjir yang sempat melanda Mataram pada 6 Juli lalu, yang menjadi pengingat bagi seluruh panitia untuk tidak mengabaikan faktor alam dalam perencanaan acara berskala besar. "Kita harus pastikan bahwa semua risiko dan kendala teknis bisa diantisipasi sejak awal," tegas Warsito, menekankan pentingnya mitigasi dan perencanaan kontingensi yang matang demi suksesnya acara.
Pernyataan Warsito tersebut bukan tanpa alasan. Pengalaman sebelumnya dalam penyelenggaraan acara besar di daerah rawan bencana alam, seperti gempa atau banjir, selalu menjadi pelajaran berharga. Oleh karena itu, koordinasi lintas sektor antara Kemenko PMK, KORMI Nasional, pemerintah daerah NTB, dan berbagai instansi terkait menjadi krusial. Tim teknis telah diturunkan untuk melakukan survei lokasi secara mendalam, tidak hanya venue pertandingan, tetapi juga jalur akses, akomodasi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Sistem peringatan dini cuaca ekstrem juga sedang diintegrasikan untuk memberikan informasi real-time kepada panitia dan peserta, memungkinkan respons cepat jika kondisi cuaca memburuk.
Ketua Penyelenggara FORNAS VIII, Ibnu Riza, menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap kesiapan venue. Ia menargetkan seluruh arena pertandingan, baik yang bersifat permanen maupun sementara, akan rampung dan siap digunakan H-14 sebelum acara pembukaan. Target ini bukan sekadar janji, melainkan komitmen yang didukung oleh jadwal pengerjaan yang ketat dan pengawasan berkelanjutan. "Kami juga sudah menyusun jadwal agar 72 INORGA dapat difasilitasi sesuai lokasi dan waktu pertandingan masing-masing," kata Ibnu Riza, menjelaskan kompleksitas penjadwalan yang melibatkan begitu banyak jenis olahraga dan jumlah peserta. Penjadwalan ini tidak hanya mempertimbangkan efisiensi waktu, tetapi juga kenyamanan peserta dan ketersediaan fasilitas pendukung.
Koordinasi yang terintegrasi menjadi kunci keberhasilan FORNAS 2025. Sejak awal, panitia pelaksana telah menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB), Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota, serta penyedia asuransi. Langkah-langkah proaktif ini diambil dengan tujuan tunggal: menjamin keselamatan dan kenyamanan seluruh peserta dan pengunjung selama berlangsungnya ajang akbar ini. Kolaborasi ini mencakup perencanaan rute perjalanan, pengamanan area pertandingan dan akomodasi, serta penyediaan layanan medis yang memadai di setiap titik strategis.
Wakil Ketua Panitia Pelaksana, Andhika Monoarfa, secara spesifik menyoroti aspek keamanan dan asuransi. "Kami menyiapkan asuransi khusus untuk cabang-cabang olahraga berisiko tinggi, seperti panjat tebing atau arung jeram, yang memang membutuhkan perlindungan ekstra," jelas Andhika. Kebijakan asuransi ini dirancang untuk memberikan jaminan dan ketenangan bagi para peserta, terutama dalam menghadapi potensi cedera atau insiden yang tidak terduga. Lebih lanjut, Andhika juga mengungkapkan bahwa untuk keamanan umum, panitia mendapatkan dukungan operasi dari kepolisian yang setara dengan standar pengamanan ajang balap motor internasional sekelas MotoGP yang sebelumnya sukses diselenggarakan di Mandalika. Ini berarti penerapan protokol keamanan yang ketat, termasuk kontrol akses, patroli rutin, dan sistem pengawasan canggih, untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terkendali bagi semua pihak.
Penyelenggaraan FORNAS di NTB juga diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dan pariwisata daerah. Dengan kedatangan puluhan ribu orang, termasuk peserta, ofisial, pendamping, dan pengunjung, sektor perhotelan, transportasi, kuliner, dan UMKM lokal akan merasakan dorongan ekonomi yang substansial. Ini adalah kesempatan emas bagi NTB untuk mempromosikan keindahan alamnya, kekayaan budayanya, serta keramahan penduduknya kepada khalayak yang lebih luas, sekaligus memperkuat citra sebagai destinasi Sport Tourism unggulan di Indonesia.
Aspek keberlanjutan juga menjadi perhatian penting dalam perencanaan FORNAS 2025. Panitia berkomitmen untuk menyelenggarakan acara yang ramah lingkungan, dengan mengurangi jejak karbon, mengelola limbah secara bertanggung jawab, dan melibatkan komunitas lokal dalam setiap tahapan. Penggunaan material daur ulang, promosi transportasi publik, serta kampanye kesadaran lingkungan akan menjadi bagian integral dari event ini. FORNAS tidak hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang pembangunan karakter bangsa yang peduli terhadap lingkungan dan sesama.
Keberagaman olahraga yang disajikan dalam FORNAS merupakan cerminan kekayaan budaya dan tradisi Indonesia. Olahraga kesehatan dan kebugaran, seperti senam massal, yoga, atau jalan sehat, akan menginspirasi gaya hidup aktif. Olahraga petualangan dan tantangan, seperti panjat tebing, bmx freestyle, atau skateboard, akan menguji adrenalin dan keterampilan. Sementara itu, olahraga tradisional dan kreasi budaya, seperti pencak silat, egrang, gobak sodor, atau hadang, akan menjadi magnet yang menarik, tidak hanya sebagai ajang kompetisi tetapi juga sebagai upaya pelestarian warisan budaya nenek moyang. Kehadiran 28 Inorga ekshibisi juga menunjukkan dinamisme dan inovasi dalam pengembangan olahraga masyarakat.
FORNAS 2025 di NTB diharapkan tidak hanya sukses dalam penyelenggaraannya, tetapi juga meninggalkan warisan yang berarti bagi masyarakat Indonesia. Semangat kebersamaan, sportivitas, dan gaya hidup sehat yang digaungkan melalui ajang ini diharapkan terus bergema jauh setelah acara berakhir. Ini adalah investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul, sehat, dan berdaya saing. Dengan segala persiapan matang dan dukungan berbagai pihak, FORNAS 2025 di Nusa Tenggara Barat siap menjadi perhelatan akbar yang tak terlupakan, mempromosikan persatuan dan kebugaran bangsa.
![]()