Mengapa Barcelona Terus Berburu Penyerang Sayap Kiri Meski Ada Raphinha yang Bersinar Terang?

Mengapa Barcelona Terus Berburu Penyerang Sayap Kiri Meski Ada Raphinha yang Bersinar Terang?

Mengapa Barcelona Terus Berburu Penyerang Sayap Kiri Meski Ada Raphinha yang Bersinar Terang?

Perburuan penyerang sayap kiri baru di Barcelona masih jauh dari kata usai. Setelah upaya ambisius untuk mendatangkan Nico Williams dari Athletic Bilbao kandas, kini raksasa Catalan itu santer dikabarkan membidik nama-nama besar seperti Luis Diaz dari Liverpool dan Marcus Rashford dari Manchester United. Fenomena ini sekilas menimbulkan keheranan, mengingat Barcelona sudah memiliki Raphinha, yang pada musim lalu menunjukkan performa yang sangat mengesankan di posisi tersebut. Lalu, apa sebenarnya yang melatarbelakangi keputusan Pelatih Hansi Flick dan manajemen Barca untuk tetap ngotot merekrut penyerang sayap kiri baru?

Pada pandangan pertama, langkah Barca ini memang membingungkan. Raphinha, penyerang sayap asal Brasil itu, secara luas dianggap telah menemukan kembali sentuhan terbaiknya dan menjadi salah satu motor serangan utama tim, berkolaborasi apik dengan wonderkid Lamine Yamal di sisi berlawanan. Meskipun statistik spesifik "musim lalu" yang sangat tinggi (34 gol dan 25 asis dalam 57 laga di seluruh kompetisi) mungkin perlu diklarifikasi sebagai kontribusi keseluruhan selama ia berada di klub atau performa puncak di periode tertentu, tidak dapat dimungkiri bahwa Raphinha secara konsisten memberikan kontribusi gol dan asistensi yang vital, menjadikannya pemain kunci yang sulit digantikan.

Dengan performa secemerlang itu, banyak pihak beranggapan bahwa tidak ada urgensi mendesak bagi Barca untuk menambah pemain baru di posisi sayap kiri. Raphinha dipandang sebagai salah satu penyerang sayap terbaik di Eropa saat ini, sehingga merekrut pemain lain di posisinya terasa seperti pemborosan sumber daya yang terbatas, terutama mengingat kondisi finansial klub. Namun, manajemen Barcelona dan Hansi Flick memiliki pandangan yang berbeda. Mereka melihat posisi sayap kiri tim saat ini sangat rentan dan memerlukan penguatan segera.

Krisis Kedalaman Skuad dan Tuntutan Taktis Flick

Alasan utama di balik pencarian ini adalah masalah krisis kedalaman skuad. Raphinha memang tampil luar biasa musim lalu, namun faktanya, ia adalah satu-satunya penyerang sayap kiri murni yang tersisa di skuad utama Barcelona setelah Ansu Fati memutuskan untuk menjalani masa peminjaman di Brighton & Hove Albion dan kemudian pindah permanen ke AS Monaco. Mengarungi musim yang padat dengan berbagai kompetisi, mulai dari La Liga, Copa del Rey, hingga Liga Champions, hanya dengan satu pemain sayap kiri tanpa pelapis yang memadai adalah tindakan yang sangat berisiko dan ceroboh.

Terlebih lagi, posisi penyerang sayap merupakan elemen tak terpisahkan dalam formasi 4-2-3-1 yang menjadi andalan Hansi Flick. Dalam skema ini, peran sayap sangat krusial untuk menciptakan lebar serangan, melakukan penetrasi ke kotak penalti, serta memberikan dukungan defensif. Flick dikenal dengan filosofi sepak bolanya yang intens, menuntut para pemainnya untuk terus berlari, menekan lawan, dan terlibat aktif dalam fase menyerang maupun bertahan. Tuntutan fisik yang tinggi ini membuat rotasi pemain menjadi keharusan, dan ketiadaan pelapis murni di posisi sayap kiri jelas menjadi perhatian serius bagi sang pelatih.

Memang, Barcelona masih memiliki Ferran Torres yang memiliki kemampuan untuk bermain di sayap kiri. Namun, posisi asli Ferran adalah penyerang tengah, dan ia lebih sering dimanfaatkan sebagai pelapis atau alternatif bagi Robert Lewandowski di lini depan. Ferran Torres juga cenderung tampil lebih efektif ketika ditempatkan lebih dekat ke gawang lawan, di mana ia bisa memanfaatkan insting mencetak golnya, daripada memulai serangan dari sayap dan harus melakukan dribel panjang atau memberikan umpan silang secara konsisten. Mengandalkan Ferran di sayap kiri secara reguler akan mengorbankan kekuatan utamanya sebagai "nomor 9" dan berpotensi mengurangi efektivitas serangan tim secara keseluruhan.

Mengantisipasi "One-Season Wonder" dan Memicu Persaingan

Alasan kedua yang mendorong Barca mencari penyerang sayap kiri baru adalah kekhawatiran akan fenomena "one-season wonder." Dalam dunia sepak bola, tidak jarang seorang pemain bisa tampil sangat memukau dalam satu musim, namun kemudian mengalami penurunan performa drastis pada musim berikutnya karena berbagai faktor, mulai dari tekanan, cedera, hingga adaptasi taktik lawan. Meskipun Raphinha menunjukkan kualitasnya secara konsisten, manajemen Barca tidak ingin mengambil risiko hanya bergantung pada performa individu satu pemain. Mereka ingin memiliki opsi cadangan yang berkualitas tinggi untuk mengantisipasi jika Raphinha mengalami kemunduran performa atau cedera yang tak terduga. Ini adalah langkah proaktif untuk menjaga stabilitas dan kualitas tim dalam jangka panjang.

Selain itu, keberadaan kompetisi internal adalah kunci untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan performa seorang pesepak bola. Seorang pemain yang merasa posisinya di tim inti sudah terjamin tanpa adanya pesaing yang sepadan berpotensi terlena dan mengalami penurunan motivasi. Dengan adanya penyerang sayap kiri baru yang memiliki kemampuan setara atau bahkan lebih baik, diharapkan Raphinha akan terus terpacu untuk meningkatkan performanya di setiap sesi latihan dan pertandingan. Persaingan yang sehat ini tidak hanya bermanfaat bagi Raphinha secara individu, tetapi juga akan mengangkat kualitas keseluruhan tim.

Kehadiran pelapis yang berkualitas juga akan memberikan keuntungan taktis yang signifikan bagi Hansi Flick. Ia akan memiliki lebih banyak opsi dalam menentukan susunan pemain dan strategi. Sebagai contoh, sebagaimana saat asa merekrut Williams masih menyala, Flick diprediksi akan bereksperimen dengan menggeser Raphinha dari sayap kiri ke posisi yang lebih sentral sebagai penyerang lubang (second striker) atau gelandang serang. Fleksibilitas taktis semacam ini sangat penting untuk menghadapi lawan-lawan yang berbeda dan beradaptasi dengan jalannya pertandingan.

Dilema di Bursa Transfer: Diaz, Rashford, atau La Masia?

Permasalahan terbesar Barcelona saat ini adalah menemukan sosok yang tepat untuk mengisi pos sayap kiri tersebut. Setelah Nico Williams gagal bergabung karena memilih untuk memperpanjang kontraknya selama 10 tahun dengan Athletic Bilbao—sebuah keputusan yang menunjukkan loyalitas luar biasa dan membuat klausul pelepasannya tidak terjangkau bagi Barca—klub kini mengalihkan perhatian ke target lain. Luis Diaz dari Liverpool dan Marcus Rashford dari Manchester United menjadi nama-nama yang paling sering dikaitkan.

Luis Diaz, penyerang asal Kolombia, dianggap memiliki kualitas yang sangat sesuai dengan harapan Flick. Kecepatannya, kemampuan dribelnya, dan insting golnya yang tajam menjadikannya pilihan menarik. Namun, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan manajemen Barca dalam merekrutnya, terutama persoalan harga. Dengan kemampuan belanja pemain yang terbatas akibat masalah Financial Fair Play dan batasan gaji, membeli Diaz bukanlah pilihan yang bijak. Harga pasar Diaz saat ini menyentuh angka 80 juta euro, sebuah jumlah yang sangat tinggi dan akan menghabiskan sebagian besar anggaran transfer Barca, di saat mereka juga perlu merekrut pemain di posisi lain seperti gelandang bertahan atau bek kiri. Selain itu, usia Diaz yang menginjak 28 tahun juga menjadi pertimbangan, karena membuat nilai jualnya kembali di masa depan kemungkinan besar tidak akan setinggi harga belinya.

Adapun untuk Marcus Rashford, situasi lebih kompleks. Harian Spanyol, Sport, melaporkan adanya perbedaan pandangan antara Hansi Flick dan Direktur Olahraga Barca, Deco. "Hansi Flick sangat menyukai Rashford, tapi tidak begitu dengan manajemen (direktur) olahraga. Ini berarti keputusan akhir harus segera dibuat terkait pengejaran Barca di pos sayap kiri," tulis Sport. Flick mungkin melihat potensi Rashford yang luar biasa dalam hal kecepatan dan kemampuan mencetak gol, meskipun performanya belakangan kurang konsisten. Sementara itu, Deco dan manajemen mungkin lebih mempertimbangkan faktor lain seperti gaji tinggi Rashford, inkonsistensi performa, atau isu-isu di luar lapangan yang mungkin mempengaruhi adaptasinya di Camp Nou.

Opsi La Masia: Kembali ke Akar Klub

Di tengah dilema transfer yang mahal dan rumit ini, opsi lain yang bisa diambil Barcelona adalah mengorbitkan kembali pemain lulusan akademi La Masia. Untuk pos sayap kiri, ada dua kandidat potensial yang saat ini bermain di tim B Barca: Dani Rodriguez dan Ibrahim Diarra. Dani Rodriguez, khususnya, telah menunjukkan kemajuan signifikan dan sering berlatih dengan tim utama.

Ide untuk mempromosikan pemain jebolan La Masia ini terutama disampaikan oleh mantan gelandang Barca, Pedro Rodriguez, yang kini membela Lazio. Dalam wawancara bersama Tribuna, Pedro menyatakan, "Saya akan memilih pemain dari tim junior. Mendatangkan bintang selalu menghasilkan lebih banyak antusiasme, tetapi Barca tertarik untuk menyesuaikan satu atau dua bagian dan terus menyusun sisanya dengan akademi."

Pilihan untuk menggunakan pemain hasil didikan akademi ini jauh lebih masuk akal dan berkelanjutan bagi Barcelona, alih-alih terus mencari pelapis Raphinha dari klub lain dengan harga selangit. Barca berkali-kali terbukti sukses mengorbitkan pemain hasil binaan akademi mereka yang kemudian menjadi bintang dunia, seperti Pau Cubarsi yang langsung menjadi bek tengah pilihan utama, Marc Casado yang menunjukkan potensi di lini tengah, dan yang paling fenomenal adalah Lamine Yamal yang kini menjadi pilar tak tergantikan di usia sangat muda. Selain mereka, nama-nama seperti Gavi, Pedri, dan Alejandro Balde juga merupakan bukti nyata keberhasilan La Masia dalam menghasilkan talenta kelas dunia.

Dengan preseden kesuksesan seperti itu, tidak ada salahnya bagi Barcelona untuk kembali ke DNA mereka dan memberi kesempatan kepada pemain akademi untuk menjadi rival atau pelapis bagi Raphinha. Pendekatan ini tidak hanya menghemat biaya transfer yang besar, tetapi juga memastikan bahwa pemain yang datang memahami filosofi klub sejak dini, memiliki loyalitas yang lebih tinggi, dan dapat berkembang dalam lingkungan yang sudah mereka kenal. Tantangan utamanya adalah kesabaran dan kepercayaan dari staf pelatih dan manajemen terhadap potensi para talenta muda ini.

Pada akhirnya, keputusan untuk mendatangkan penyerang sayap kiri baru, apakah itu bintang mahal dari klub lain atau permata yang dipoles dari La Masia, akan menjadi salah satu ujian pertama bagi Hansi Flick dan Deco dalam membangun skuad Barcelona yang kompetitif dan berkelanjutan. Dilema ini bukan sekadar tentang siapa yang akan mengisi posisi sayap kiri, melainkan juga tentang bagaimana Barcelona menyeimbangkan ambisi instan dengan visi jangka panjang di tengah tantangan finansial yang masih melanda klub.

Mengapa Barcelona Terus Berburu Penyerang Sayap Kiri Meski Ada Raphinha yang Bersinar Terang?

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *