
Alarm Djokovic: Tidak Latihan Jelang Semifinal Wimbledon Melawan Sinner, Kondisi Nole Memicu Kekhawatiran Besar
Kekhawatiran serius menyelimuti persiapan Novak Djokovic jelang semifinal Wimbledon 2025. Sang petenis Serbia, yang telah tujuh kali menjuarai turnamen Grand Slam paling prestisius di lapangan rumput ini, secara mengejutkan tidak hadir dalam sesi latihan yang dijadwalkan di Aorangi Park, sehari sebelum pertarungan sengitnya melawan Jannik Sinner. Absennya Nole, julukan akrab Djokovic, segera memicu spekulasi dan alarm bahaya mengenai kondisi fisiknya, terutama setelah ia menunjukkan tanda-tanda masalah otot pada pertandingan perempat final sebelumnya.
Menurut jadwal yang telah ditetapkan, Djokovic seharusnya berlatih pada pukul 13.00 waktu setempat di lapangan nomor dua, persis di samping Jannik Sinner yang juga dijadwalkan berlatih bersama Basile. Namun, Nole tidak menunjukkan batang hidungnya. Kemudian, muncul kabar bahwa sesi latihannya akan diundur ke pukul 15.00, tetap di lapangan yang sama. Harapan para jurnalis dan penggemar untuk melihat peraih 24 gelar Grand Slam itu beraksi kembali pupus. Djokovic kembali absen. Konfirmasi resmi, yang juga segera dikutip oleh media-media Serbia, menguatkan kabar: Novak Djokovic tidak berlatih. Sebuah keputusan yang sangat tidak biasa bagi seorang atlet dengan tingkat profesionalisme dan dedikasi setinggi dirinya, apalagi menjelang salah satu pertandingan terpenting di turnamen mayor.
Akar Masalah: Insiden di Perempat Final Melawan Cobolli
Absennya Djokovic dari sesi latihan ini jelas merupakan kelanjutan dari masalah yang ia alami pada set keempat pertandingan perempat finalnya melawan petenis Italia, Flavio Cobolli. Pada momen krusial, saat ia memiliki match point pertama, Djokovic tergelincir di lapangan rumput yang licin, sebuah insiden yang langsung menimbulkan kekhawatiran. Meskipun ia berhasil menyelesaikan pertandingan dan meraih kemenangan, insiden tersebut tampaknya meninggalkan jejak yang lebih serius daripada yang diperkirakan semula.
Jurnalis-jurnalis Serbia, yang memiliki akses lebih dekat dengan tim Djokovic, mengonfirmasi berita ini, namun menambahkan detail penting: Djokovic sudah merasakan adanya "risentimento muscolare" atau ketegangan otot bahkan sebelum insiden tergelincir tersebut. Mereka melaporkan bahwa masalah otot itu sudah memengaruhi pergerakannya sepanjang set tersebut, dan tergelincir hanya memperburuk kondisi yang sudah ada. "Saya merasakan otot saya berkontraksi dan kemudian rasa sakit," kata Djokovic setelah pertandingan, mengisyaratkan adanya ketidaknyamanan yang signifikan. Pernyataan ini, yang awalnya mungkin terdengar seperti keluhan umum atlet, kini mendapatkan bobot yang jauh lebih besar.
Situasi ini mengingatkan pada kondisi Jannik Sinner sendiri setelah pertarungan sengitnya melawan Grigor Dimitrov, di mana Sinner juga mengalami masalah pada siku yang masih memengaruhi penampilannya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Djokovic, seperti Sinner, memutuskan untuk melakukan sesi latihan secara tertutup, jauh dari mata publik dan media. Sesi latihan semacam itu biasanya lebih ringan dari biasanya, fokus pada pemulihan dan pengujian reaksi kaki yang cedera tanpa tekanan performa penuh. Ini adalah taktik umum untuk menjaga informasi tetap internal dan menghindari spekulasi berlebihan, meskipun dalam kasus Djokovic, absennya dari sesi terjadwal sudah cukup memicu kegaduhan.
Bel Peringatan yang Berdering Keras
Keputusan Djokovic untuk tidak berlatih adalah bel peringatan yang berdering sangat keras bagi juara Wimbledon tujuh kali ini. Riwayat cedera Djokovic, meskipun jarang, selalu menjadi perhatian. Kasus serupa pernah terjadi di Australian Open, turnamen Grand Slam pembuka musim. Setelah pertandingan perempat final yang melelahkan melawan Carlos Alcaraz, Djokovic mengalami cedera paha yang cukup parah. Pada kesempatan itu, ia melewatkan dua sesi latihan penuh, sebuah indikasi betapa seriusnya masalah yang ia alami. Meskipun demikian, ia tetap turun ke lapangan untuk semifinal melawan Alexander Zverev, namun terpaksa mundur setelah hanya satu set, menunjukkan bahwa ia tidak mampu melanjutkan.
Insiden di Australia ini menjadi preseden yang mengkhawatirkan. Penggemar dan analis khawatir bahwa situasi yang sama bisa terulang di Wimbledon. Djokovic dikenal sebagai salah satu atlet paling tangguh secara fisik dan mental dalam sejarah olahraga, seringkali mampu mengatasi rasa sakit dan bermain dengan level tinggi meskipun ada masalah fisik. Namun, pada usia 38 tahun (berdasarkan tanggal berita di 2025), tubuhnya mungkin tidak lagi bereaksi dan pulih secepat dulu. Setiap cedera memiliki potensi dampak yang lebih besar dan waktu pemulihan yang lebih lama.
Implikasi Terhadap Semifinal Melawan Jannik Sinner
Semifinal melawan Jannik Sinner sudah diprediksi akan menjadi salah satu pertandingan paling menarik di Wimbledon 2025. Sinner, dengan permainannya yang agresif dan peningkatannya yang pesat, adalah ancaman serius bagi dominasi Djokovic. Kehadiran cedera pada Djokovic menambahkan lapisan drama dan ketidakpastian yang signifikan.
Jika Djokovic benar-benar bermain dengan kondisi fisik yang tidak optimal, pergerakannya di lapangan akan menjadi kunci. Lapangan rumput menuntut akselerasi, pengereman, dan perubahan arah yang cepat, semua aktivitas yang sangat membebani otot kaki. Servisnya, yang menjadi senjata utama, mungkin juga terpengaruh jika ia tidak bisa menjejakkan kaki dengan kuat atau melakukan gerakan torsi dengan nyaman. Pertandingan yang biasanya ia dominasi dengan daya tahan dan mobilitasnya yang luar biasa, kini mungkin akan menjadi ujian yang jauh lebih berat.
Di sisi lain, Jannik Sinner sendiri juga tidak sepenuhnya bebas dari masalah fisik. Cedera siku yang dialaminya menunjukkan bahwa ia juga berjuang dengan tantangan fisik. Namun, dalam konteks ini, kondisi Djokovic yang tidak diketahui menjadi keuntungan psikologis bagi Sinner. Sinner mungkin akan menargetkan pergerakan Djokovic, mencoba memaksanya berlari dan mengubah arah sesering mungkin untuk mengeksploitasi kelemahan yang mungkin ada.
Spekulasi dan Skenario yang Mungkin Terjadi
Dengan minimnya informasi resmi, spekulasi pun berkembang liar. Beberapa skenario yang mungkin terjadi antara lain:
- Cedera Minor dan Latihan Tertutup: Skenario paling optimis adalah bahwa masalah otot tersebut relatif minor, dan Djokovic hanya memilih untuk melakukan sesi pemulihan atau latihan sangat ringan secara tertutup untuk menghindari perhatian media. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan waktu istirahat dan menjaga misteri mengenai kondisinya hingga pertandingan dimulai.
- Cedera Lebih Serius tapi Tetap Bermain: Jika cederanya lebih serius, Djokovic mungkin masih akan mencoba bermain, mengandalkan suntikan pereda nyeri atau terapi intensif. Namun, risikonya sangat tinggi. Seperti yang terlihat di Australian Open, bermain dengan cedera parah bisa berujung pada pengunduran diri di tengah pertandingan atau bahkan memperparah cedera.
- Pengunduran Diri (Walkover): Ini adalah skenario terburuk bagi turnamen dan penggemar, tetapi tidak sepenuhnya mustahil. Jika tim medis menyarankan bahwa bermain akan menimbulkan risiko kerusakan permanen atau cedera jangka panjang, Djokovic mungkin dipaksa untuk mundur. Ini akan memberikan Jannik Sinner kemenangan walkover dan melaju ke final tanpa bertanding. Skenario ini, meskipun jarang terjadi di babak penting Grand Slam, pernah menimpa Djokovic di masa lalu.
Dampak Jangka Panjang dan Legasi
Terlepas dari hasil semifinal, insiden ini kembali menyoroti tantangan yang dihadapi atlet-atlet elit yang mendekati akhir karier mereka. Djokovic, bersama Roger Federer dan Rafael Nadal, telah mendominasi tenis putra selama hampir dua dekade. Namun, seiring bertambahnya usia, cedera menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan mereka. Kemampuan untuk pulih, beradaptasi, dan menjaga tubuh tetap prima menjadi penentu utama kelanjutan dominasi mereka.
Bagi Djokovic, setiap Grand Slam memiliki makna yang sangat besar dalam perlombaan untuk gelar terbanyak dalam sejarah tenis. Wimbledon adalah salah satu panggung favoritnya, dan absen atau kalah karena cedera akan menjadi pukulan telak. Timnya, yang dipimpin oleh pelatih dan fisioterapis, akan bekerja keras di balik layar untuk memberikan perawatan terbaik dan membuat keputusan yang paling tepat untuk kesehatan jangka panjangnya.
Pada akhirnya, dunia tenis akan menahan napas hingga Djokovic melangkah ke lapangan untuk semifinal. Apakah ia akan menunjukkan ketangguhan legendarisnya sekali lagi, ataukah cedera ini akan menjadi penghalang tak terduga dalam perjalanannya meraih gelar Wimbledon yang kedelapan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab pada hari pertandingan, namun ketidakpastian yang menyelimuti kondisi Novak Djokovic telah menambah intrik yang luar biasa pada salah satu pertandingan paling dinanti di kalender tenis.
