
Panas! Fajar/Fikri Turun Dadakan di Japan Open 2025, Langsung Tantang Rekan Sendiri
Sabtu 12 Juli 2025, pukul 16:52 WIB, kancah bulutangkis dunia kembali dihebohkan dengan pengumuman mengejutkan dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) terkait hasil undian Japan Open 2025. Turnamen BWF Super 750 yang sangat dinanti ini akan menyajikan sebuah laga pembuka yang mendebarkan bagi kontingen Indonesia, terutama di sektor ganda putra. Bagaimana tidak, publik bulutangkis Tanah Air akan disuguhkan "perang saudara" yang tak terduga antara pasangan dadakan, Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri, melawan rekan senegara mereka yang sudah lebih dulu mapan, Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahana. Pengumuman hasil pengocokan kompetisi yang dirilis pada Selasa, 8 Juli 2025, ini sontak menjadi perbincangan hangat dan memicu ekspektasi tinggi dari para penggemar.
Keputusan PBSI untuk menyatukan Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri sebagai pasangan sementara untuk tiga turnamen besar di Asia bulan ini memang mengejutkan banyak pihak. Keduanya merupakan pilar utama di sektor ganda putra Indonesia, namun selama ini mereka berpasangan dengan tandem masing-masing yang sudah solid. Fajar Alfian dikenal sebagai bagian dari "FajRi" bersama Muhammad Rian Ardianto, pasangan unggulan yang kerap menjadi tumpuan Indonesia di berbagai ajang internasional. Sementara itu, Muhammad Shohibul Fikri adalah partner setia Daniel Marthin, yang bersama-sama membentuk duet "Bakri" yang dikenal dengan smash-smash kerasnya.
Perombakan mendadak ini bukan tanpa alasan. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengambil langkah strategis ini menyusul cedera yang dialami Daniel Marthin, yang membuat Muhammad Shohibul Fikri harus absen sementara dari lapangan. Di sisi lain, Muhammad Rian Ardianto juga sedang mengambil cuti bersama keluarga, memberikan ruang bagi Fajar Alfian untuk mencoba kombinasi baru. Dalam situasi seperti ini, PBSI melihat peluang untuk menguji adaptabilitas dan fleksibilitas pemain mereka, sekaligus menjaga momentum pertandingan bagi para atlet yang dalam kondisi prima. Penyatuan Fajar dan Fikri, yang secara individual memiliki kualitas mumpuni, diharapkan dapat menjadi solusi jangka pendek yang efektif, bahkan mungkin menemukan potensi tak terduga yang bisa dieksplorasi di masa depan.
Namun, tantangan pertama bagi Fajar/Fikri di turnamen BWF Super 750 ini langsung berat. Mereka akan mengawali keikutsertaannya dengan menghadapi duo unggulan ketujuh, Sabar Karyaman Gutama dan Moh Reza Pahlevi Isfahana. Pasangan Sabar/Reza bukanlah lawan sembarangan. Mereka adalah salah satu ganda putra Indonesia yang menunjukkan grafik peningkatan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, kerap menjadi batu sandungan bagi lawan-lawan tangguh, termasuk dari negara lain. Kualitas permainan Sabar/Reza yang padu, didukung oleh semangat juang tinggi dan strategi yang matang, menjadikan mereka ancaman serius bagi siapa pun, apalagi bagi pasangan yang baru terbentuk seperti Fajar/Fikri. Pertemuan ini tidak hanya sekadar laga pembuka, melainkan sebuah ujian sesungguhnya bagi chemistry dan kekompakan dadakan Fajar/Fikri.
Susunan pemain yang menampilkan Fajar/Fikri memang agak tidak biasa dan menjadi sorotan. Kedua atlet tersebut dikenal menempati posisi depan (front court player) dalam pola permainan ganda putra. Fajar Alfian, dengan keahliannya di depan net, kecerdasannya dalam menempatkan bola, dan kecepatan reaksinya, seringkali menjadi otak di balik serangan-serangan FajRi. Muhammad Shohibul Fikri juga memiliki karakteristik yang mirip, dengan kemampuan intercept yang baik, drive-drive cepat, dan penempatan bola yang cerdik di area depan. Ketika dua pemain dengan orientasi permainan serupa disatukan, muncul pertanyaan besar tentang bagaimana mereka akan mengelola area belakang lapangan dan menciptakan keseimbangan dalam pertahanan serta serangan. Apakah ini akan menjadi kelemahan atau justru sebuah kekuatan unik yang bisa mengejutkan lawan? PBSI tentu memiliki pertimbangan mendalam terkait potensi sinergi dari dua pemain ‘depan’ ini, mungkin dengan harapan mereka bisa mendominasi permainan net dan menekan lawan sejak awal reli.
Japan Open 2025 sendiri merupakan turnamen yang sangat bergengsi dalam kalender BWF World Tour. Sebagai turnamen Super 750, ajang ini menawarkan poin peringkat yang besar dan hadiah uang yang menggiurkan, menarik partisipasi para pemain top dunia. Bagi Indonesia, turnamen ini selalu menjadi salah satu target utama untuk meraih gelar dan meningkatkan posisi di peringkat dunia. Tahun ini, Indonesia mengirimkan total 13 wakil dari berbagai sektor, menunjukkan keseriusan dan ambisi untuk mendominasi. Selain perang saudara di ganda putra, beberapa wakil Indonesia lainnya juga akan menghadapi lawan-lawan tangguh sejak babak awal, menandakan betapa ketatnya persaingan di Japan Open kali ini.
Pertemuan antara Fajar/Fikri dan Sabar/Reza akan menjadi highlight utama di hari pertama. Laga ini bukan hanya pertarungan teknik dan strategi, tetapi juga pertarungan mental. Kedua pasangan sudah sangat mengenal gaya bermain satu sama lain, karena mereka sering berlatih bersama di Pelatnas PBSI Cipayung. Ini berarti tidak ada rahasia besar di antara mereka, dan kemenangan akan sangat ditentukan oleh siapa yang mampu tampil lebih tenang, lebih fokus, dan lebih cerdik dalam menerapkan strategi di lapangan. Para pelatih ganda putra Indonesia, seperti Herry Iman Pierngadi dan Aryono Miranat, tentu memiliki pekerjaan rumah ekstra untuk mempersiapkan kedua pasangan ini, baik secara fisik maupun mental, agar bisa memberikan penampilan terbaik meskipun harus saling berhadapan.
Bagi Fajar Alfian, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kematangan dan kepemimpinannya sebagai pemain senior, beradaptasi dengan partner baru yang memiliki gaya sedikit berbeda dari Rian. Sementara bagi Muhammad Shohibul Fikri, ini adalah panggung untuk membuktikan bahwa ia tidak hanya mengandalkan kekuatan smash-nya, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi dan kecerdasan bermain yang tinggi. Pengalaman berharga ini diharapkan dapat menambah dimensi baru dalam permainan mereka masing-masing, terlepas dari hasil akhir pertandingan ini.
Keputusan PBSI untuk menggabungkan kedua pasangan ini untuk tiga turnamen mendatang – Japan Open, China Open, dan Makau Open – menunjukkan bahwa ini adalah sebuah eksperimen jangka pendek yang serius. PBSI kemungkinan ingin melihat seberapa jauh potensi dari kombinasi Fajar/Fikri dalam menghadapi tekanan turnamen besar dan lawan-lawan kelas dunia. Jika kombinasi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, bukan tidak mungkin akan ada evaluasi lebih lanjut tentang struktur ganda putra di masa depan. Namun, prioritas utama saat ini adalah memastikan para pemain tetap kompetitif dan mendapatkan menit bermain yang cukup di level tertinggi, sembari menunggu pulihnya Daniel Marthin dan kembalinya Muhammad Rian Ardianto.
Para penggemar bulutangkis di Indonesia tentunya menanti dengan antusiasme tinggi laga pembuka ini. "Perang saudara" selalu menyajikan drama tersendiri, di mana loyalitas terbagi antara dukungan untuk individu dan kebanggaan nasional. Namun, satu hal yang pasti, siapapun yang keluar sebagai pemenang dari laga ini, kemenangan tersebut akan tetap menjadi milik Indonesia. Laga ini akan menjadi tontonan yang wajib disaksikan, tidak hanya karena pertaruhan poin dan gengsi, tetapi juga karena cerita di baliknya: sebuah kombinasi tak terduga yang langsung dihadapkan pada tantangan berat dari rekan sendiri. Semua mata akan tertuju pada Ariake Arena, Tokyo, menanti bagaimana kisah Fajar/Fikri di Japan Open 2025 akan dimulai.
