
Juventus Kejam, Manchester United Terancam Rugi Lebih dari Rp1,3 Triliun Akibat Strategi Transfer Krusial
Manchester United tengah berada dalam posisi yang sangat sulit di bursa transfer musim panas 2024. Alih-alih mendapatkan suntikan dana segar dari penjualan pemain, Setan Merah justru terancam menderita kerugian finansial yang masif, berpotensi menembus angka Rp1,3 triliun. Situasi ini diperparah dengan taktik "kejam" yang diterapkan klub-klub peminat, terutama Juventus, yang tampaknya sengaja memanfaatkan posisi terdesak United.
Klub raksasa Liga Inggris ini di bawah kepemimpinan baru Sir Jim Ratcliffe melalui INEOS, sedang berjuang keras untuk merombak skuad dan menyeimbangkan neraca keuangan mereka yang terbebani oleh pengeluaran besar di masa lalu serta aturan Financial Fair Play (FFP) yang semakin ketat. Manajer Erik ten Hag – bukan Ruben Amorim seperti yang keliru disebutkan dalam beberapa laporan – sangat membutuhkan dana dari penjualan pemain untuk mendatangkan target barunya. Namun, upaya penjualan ini justru menjadi bumerang.
Jebakan Financial Fair Play dan Beban Gaji Tinggi
Sejak era pasca-Sir Alex Ferguson, Manchester United telah menghabiskan miliaran rupiah untuk mendatangkan pemain, namun banyak di antaranya gagal memenuhi ekspektasi. Pembelian-pembelian mahal seperti Harry Maguire, Antony, Romelu Lukaku, dan tentu saja, Jadon Sancho, tidak memberikan imbal hasil yang sepadan. Akibatnya, klub kini menghadapi skuad yang kelebihan pemain dengan gaji tinggi, namun minim kontribusi. Beban gaji menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pergerakan United di pasar transfer.
Aturan FFP UEFA mengharuskan klub untuk menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk dapat berinvestasi pada pemain baru, United harus lebih dulu menjual pemain yang ada, tidak hanya untuk mendapatkan dana segar tetapi juga untuk mengurangi beban gaji. Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh klub-klub lain, termasuk Juventus, yang melihat kesempatan emas untuk mendapatkan pemain berkualitas dengan harga diskon atau bahkan secara gratis.
Kisah Pilu Jadon Sancho: Kerugian Rp1,3 Triliun yang Nyata
Nama pertama yang menjadi sorotan utama adalah Jadon Sancho. Pemain sayap asal Inggris ini didatangkan dari Borussia Dortmund pada tahun 2021 dengan biaya fantastis mencapai £72 juta, atau setara dengan sekitar Rp1,47 triliun (dengan kurs £1 = Rp20.500). Diharapkan menjadi bintang masa depan United, Sancho justru gagal total. Hubungannya yang memburuk dengan Erik ten Hag membuatnya dipinjamkan kembali ke Dortmund pada paruh kedua musim 2023/2024.
Di Dortmund, Sancho menunjukkan secercah harapan, bahkan membantu timnya mencapai final Liga Champions. Performa ini sempat menaikkan nilai pasarnya dan memunculkan minat dari beberapa klub, salah satunya Juventus. Namun, minat Juventus datang dengan syarat yang sangat memberatkan bagi Manchester United.
Menurut jurnalis pakar transfer Gianluca Di Marzio, Juventus hanya bersedia membayar mahar sebesar £8,6 juta (sekitar Rp176,6 miliar) di musim panas 2024, ditambah bonus £4,3 juta (sekitar Rp88,3 miliar) yang bergantung pada performa Sancho di Turin. Jika tawaran ini diterima, United akan menderita kerugian yang mencengangkan. Dari harga beli Rp1,47 triliun menjadi potensi penjualan hanya sekitar Rp176,6 miliar (tanpa bonus yang belum pasti), kerugian yang ditanggung Setan Merah mencapai £63,4 juta, atau sekitar Rp1,3 triliun!
Angka Rp1,3 triliun ini merupakan kerugian hanya dari satu pemain, yaitu Jadon Sancho. Ini adalah pukulan telak bagi keuangan klub dan mencerminkan kegagalan besar dalam kebijakan transfer. Juventus sendiri tidak berani membayar lebih mahal karena mereka juga harus menanggung gaji Sancho yang sangat tinggi, mencapai £180.000 per minggu (sekitar Rp3,69 miliar per minggu), yang ditolak oleh Juventus untuk dibayar penuh. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka menginginkan sang pemain, mereka tidak mau menanggung risiko finansial yang sama dengan yang dialami United.
Marcus Rashford: Dari Bintang Terang Menjadi Komoditas Transfer?
Selain Sancho, nama Marcus Rashford juga masuk dalam daftar pemain yang ingin dilepas Manchester United. Penyerang binaan akademi ini sempat menjadi andalan dan tampil gemilang di musim 2022/2023 dengan mencetak 30 gol di semua kompetisi. Namun, performanya anjlok drastis di musim berikutnya, diwarnai isu disiplin dan sikap. Erik ten Hag dilaporkan tidak lagi menganggap Rashford sebagai bagian integral dari rencana jangka panjangnya.
Berbeda dengan klaim yang menyebutkan Rashford dipinjamkan ke Aston Villa oleh "Ruben Amorim," perlu dikoreksi bahwa Rashford tidak pernah dipinjamkan ke Aston Villa, dan Erik ten Hag adalah manajer United. Spekulasi mengenai kepindahan Rashford memang kuat, dan Juventus disebut-sebut sebagai salah satu peminat. Bianconeri kemungkinan akan mencoba pendekatan pinjaman terlebih dahulu, sebuah taktik yang sering mereka gunakan untuk menghindari komitmen finansial besar.
Namun, keinginan Rashford sendiri tampaknya tidak sejalan dengan minat Juventus. Pemain berusia 26 tahun itu dilaporkan lebih memprioritaskan kepindahan ke Barcelona. Peluang Rashford bergabung dengan Blaugrana terbuka lebar, mengingat Barcelona baru saja gagal mendapatkan incaran utama mereka, Nico Williams dari Athletic Bilbao, yang memilih memperpanjang kontraknya. Barcelona sendiri juga sedang mencari penyerang sayap baru dengan harga terjangkau, dan Rashford, meskipun dengan performa yang menurun, masih memiliki nama besar dan potensi yang menarik. Jika Rashford pindah dengan status pinjaman atau dengan harga murah, United akan kembali merugi, meski tidak sebesar Sancho.
Deretan Nama Lain di Daftar Jual: Potensi Kerugian Kumulatif
Jadon Sancho dan Marcus Rashford hanyalah puncak gunung es. Manchester United memiliki daftar panjang pemain yang ingin mereka jual di bursa transfer musim panas 2024. Beberapa nama lain yang disebutkan meliputi:
- Antony: Dibeli dengan harga £86 juta (sekitar Rp1,76 triliun), Antony menjadi salah satu pembelian termahal dan paling mengecewakan dalam sejarah United. Menjualnya sekarang akan berarti kerugian finansial yang sangat besar, mungkin mendekati angka Sancho atau bahkan lebih. Namun, minimnya peminat dan gajinya yang tinggi membuat penjualannya sangat sulit.
- Tyrell Malacia: Bek kiri ini telah lama absen karena cedera. Jika United ingin melepasnya, nilainya pasti akan jauh di bawah harga beli.
- Rasmus Hojlund: Penyerang muda ini baru didatangkan musim lalu dan masih dianggap sebagai investasi jangka panjang. Penjualannya sangat tidak mungkin terjadi saat ini.
- Alejandro Garnacho: Winger muda ini justru menjadi salah satu aset paling berharga United dan sama sekali tidak ada dalam daftar jual. Penyebutan namanya di laporan awal adalah kekeliruan.
Dengan mempertimbangkan potensi kerugian dari Sancho yang mencapai Rp1,3 triliun, dan kemungkinan kerugian besar lainnya dari penjualan Antony, serta potongan harga untuk pemain lain, total kerugian finansial Manchester United di bursa transfer ini bisa jauh melampaui angka tersebut. Ini adalah pertanda buruk bagi ambisi klub untuk membangun kembali skuad yang kompetitif.
Strategi Licik Juventus: Memanfaatkan Kesulitan Setan Merah
Dari sudut pandang Juventus, taktik mereka bisa dibilang cerdik, namun bagi United, ini adalah "kekejaman" yang nyata. Juventus dikenal sebagai klub yang sangat cermat dalam urusan transfer, seringkali mencari peluang untuk mendapatkan pemain berkualitas dengan harga murah atau melalui kesepakatan pinjaman dengan opsi beli. Mereka memanfaatkan sepenuhnya tekanan FFP dan kebutuhan United untuk melepas pemain.
Dengan mengajukan tawaran yang sangat rendah untuk Sancho, Juventus memaksa United untuk membuat pilihan sulit: menerima kerugian masif demi melepas beban gaji dan memenuhi FFP, atau mempertahankan pemain yang tidak diinginkan dan terus menanggung bebannya. Ini adalah posisi negosiasi yang sangat kuat bagi Juventus, yang tidak memiliki urgensi yang sama dengan United. Mereka tahu bahwa United sedang "darurat" dan akan melakukan apa saja untuk membersihkan skuad.
Dampak Buruk Bagi Masa Depan Manchester United
Kegagalan dalam penjualan pemain dengan harga yang wajar dan kerugian finansial yang masif ini akan memiliki dampak jangka panjang bagi Manchester United.
- Keterbatasan Dana Transfer: Dengan kerugian besar, dana yang tersedia untuk Erik ten Hag (atau manajer berikutnya) untuk mendatangkan pemain baru akan sangat terbatas. Ini akan menghambat upaya rekonstruksi skuad yang sangat dibutuhkan.
- Kualitas Skuad: Jika pemain-pemain yang ingin dilepas tidak bisa terjual atau terjual dengan harga sangat rendah, United mungkin terpaksa mempertahankan mereka, yang berarti gaji tinggi tetap terbayar tanpa kontribusi optimal. Ini akan mengganggu harmoni tim dan kualitas kedalaman skuad.
- Tekanan FFP yang Berkelanjutan: Kerugian penjualan berarti klub harus bekerja lebih keras di masa depan untuk menyeimbangkan buku-buku mereka, mungkin dengan menjual aset lain atau mengurangi pengeluaran di area lain.
- Moral Tim dan Penggemar: Situasi ini juga akan berdampak pada moral para pemain dan penggemar. Melihat pemain bernilai tinggi dijual dengan harga sangat murah bisa menimbulkan kesan ketidakmampuan manajemen dan memperpanas frustrasi di kalangan suporter.
Manchester United berada di persimpangan jalan. Mereka harus membuat keputusan sulit di bursa transfer musim panas ini. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk merampingkan skuad dan mematuhi FFP. Di sisi lain, mereka menghadapi klub-klub seperti Juventus yang siap memanfaatkan kelemahan mereka demi keuntungan finansial. Pertarungan di bursa transfer ini mungkin sama sengitnya dengan pertarungan di lapangan, dan nasib finansial serta masa depan United sangat bergantung pada bagaimana mereka menavigasi situasi yang penuh tekanan ini. Kerugian Rp1,3 triliun mungkin hanyalah awal dari drama transfer musim panas yang pahit bagi Setan Merah.
