Prabowo: CEPA Lebih dari Sekadar Perdagangan, Ini tentang Hormat, Keadilan, dan Membangun Masa Depan Kuat Bersama

Prabowo: CEPA Lebih dari Sekadar Perdagangan, Ini tentang Hormat, Keadilan, dan Membangun Masa Depan Kuat Bersama

Prabowo: CEPA Lebih dari Sekadar Perdagangan, Ini tentang Hormat, Keadilan, dan Membangun Masa Depan Kuat Bersama

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, baru-baru ini menggarisbawahi bahwa Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa jauh melampaui sekadar aspek perdagangan. Menurutnya, CEPA adalah fondasi bagi keadilan, rasa hormat, dan keinginan tulus untuk membangun masa depan yang kuat dan berkelanjutan secara bersama-sama. Pernyataan ini disampaikan Presiden Prabowo dalam konferensi pers bersama Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyusul pertemuan penting mereka di Brussels, Belgia, pada hari Minggu.

"Ini adalah momen yang signifikan. Setelah bertahun-tahun kerja keras dan dedikasi, kami telah sepakat untuk melangkah maju dengan semangat baru," kata Presiden Indonesia, mengutip pernyataan pers bersama yang dirilis pada hari Senin. Beliau menambahkan, "Bagi Indonesia, CEPA bukan hanya tentang perdagangan semata. Ini adalah tentang keadilan yang merata, penghormatan timbal balik, dan visi kolektif untuk membangun masa depan yang kokoh bersama."

Negosiasi untuk Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) telah berlangsung sejak Juli 2016, menandai sebuah perjalanan panjang dan kompleks yang melibatkan berbagai isu strategis dan teknis. Sepanjang periode tersebut, setidaknya 19 putaran pertemuan resmi dan sejumlah pertemuan intersesi telah diselenggarakan, menunjukkan komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Pertemuan terakhir yang krusial, di mana kesepakatan prinsip dicapai, berlangsung di kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia, pada hari Minggu, menandai tonggak sejarah dalam hubungan bilateral kedua entitas ekonomi besar ini.

Presiden Prabowo menegaskan bahwa perjanjian ini harus berfungsi sebagai katalisator utama bagi upaya Indonesia dalam mengembangkan sektor industri, menciptakan lapangan kerja yang layak, dan memperkuat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). "Kami siap untuk merampungkan perjanjian ini segera, dengan cara yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, memastikan bahwa kemitraan ini membawa kemakmuran dan stabilitas," ujar Presiden Prabowo, menyoroti urgensi penyelesaian CEPA. Visi ini selaras dengan agenda pembangunan nasional Indonesia yang berfokus pada hilirisasi industri, peningkatan nilai tambah produk dalam negeri, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui CEPA, Indonesia berharap dapat menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) yang berkualitas, memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan, serta memperluas akses pasar bagi produk-produk unggulan Indonesia.

Dari sisi Uni Eropa, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga menyambut baik perkembangan ini. Dalam unggahan di akun media sosialnya, beliau menyatakan bahwa kesepakatan ini akan membuka lebih banyak peluang di berbagai sektor industri kunci, termasuk pertanian dan otomotif. Von der Leyen menekankan bahwa ada potensi besar yang belum sepenuhnya tereksplorasi dalam hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia. "Oleh karena itu, kesepakatan ini hadir pada waktu yang tepat, karena perjanjian baru ini akan membuka pasar-pasar baru dan memperdalam hubungan ekonomi kita," tuturnya. Ini menunjukkan pengakuan Uni Eropa terhadap Indonesia sebagai pasar yang berkembang pesat dengan populasi besar dan sumber daya alam melimpah, serta sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara.

Kedua pemimpin sepakat bahwa CEPA tidak hanya berfungsi sebagai platform yang kuat untuk memperdalam hubungan ekonomi kedua belah pihak, tetapi juga merupakan pencapaian yang menentukan dalam hubungan bilateral nyata antara Indonesia dan Uni Eropa. Kemitraan ini dibangun di atas fondasi komitmen bersama terhadap kerja sama yang terbuka dan berbasis aturan. Dalam konteks geopolitik global yang semakin kompleks, perjanjian ini mengirimkan sinyal kuat tentang pentingnya multilateralisme dan tata kelola perdagangan yang adil.

Salah satu aspek penting dalam negosiasi CEPA adalah bagaimana kedua belah pihak mengatasi isu-isu sensitif dan perbedaan pandangan, khususnya terkait standar lingkungan dan keberlanjutan. Isu minyak kelapa sawit, misalnya, telah menjadi sorotan utama. Uni Eropa memiliki regulasi ketat terkait keberlanjutan dan deforestasi, yang terkadang dianggap diskriminatif oleh produsen kelapa sawit Indonesia. Namun, melalui dialog konstruktif dalam kerangka CEPA, kedua pihak berupaya mencari solusi yang mengakomodasi kekhawatiran lingkungan tanpa menghambat akses pasar. Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap praktik kelapa sawit berkelanjutan melalui sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan upaya-upaya lain untuk memerangi deforestasi dan kebakaran hutan. CEPA diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling mengakui standar keberlanjutan dan mempromosikan praktik terbaik di kedua wilayah.

Lebih dari sekadar tarif dan kuota, CEPA juga mencakup berbagai bidang kerja sama yang lebih luas, seperti fasilitasi perdagangan, perlindungan hak kekayaan intelektual, persaingan usaha, pengadaan pemerintah, investasi, serta kerja sama ekonomi di sektor-sektor spesifik. Hal ini akan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih prediktif dan transparan bagi investor dan pelaku usaha dari kedua belah pihak. Bagi Indonesia, ini berarti peluang untuk menarik investasi dalam sektor-sektor yang membutuhkan teknologi canggih dan keahlian, seperti energi terbarukan, industri digital, dan manufaktur berteknologi tinggi.

Perjanjian ini juga diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global. Dengan akses yang lebih baik ke pasar Uni Eropa, produsen Indonesia akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas produk dan memenuhi standar internasional yang ketat, sehingga meningkatkan daya saing global. Hal ini sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045, dengan ekonomi yang didominasi oleh industri bernilai tambah tinggi dan inovasi.

Langkah selanjutnya setelah kesepakatan prinsip dicapai adalah finalisasi teks hukum dan proses ratifikasi oleh parlemen masing-masing pihak. Proses ini mungkin membutuhkan waktu, namun komitmen politik yang ditunjukkan oleh Presiden Prabowo dan Presiden von der Leyen mengindikasikan keinginan kuat untuk mempercepat implementasinya. Setelah berlaku efektif, CEPA akan menjadi salah satu pilar utama hubungan strategis antara Indonesia dan Uni Eropa, tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, keamanan maritim, dan tata kelola digital. Kemitraan ini akan menjadi contoh bagaimana dua entitas yang berbeda, dengan latar belakang sejarah dan budaya yang kaya, dapat bersatu untuk membangun masa depan yang lebih adil, saling menghormati, dan kuat bersama.

Prabowo: CEPA Lebih dari Sekadar Perdagangan, Ini tentang Hormat, Keadilan, dan Membangun Masa Depan Kuat Bersama

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *