
Kabar menarik datang dari bursa transfer Liga Inggris, di mana Manchester United berpotensi besar mendapatkan "durian runtuh" finansial dari penjualan mantan pemainnya, Anthony Elanga. Winger muda asal Swedia ini kini menjadi incaran serius Newcastle United, yang siap menggelontorkan dana fantastis untuk memboyongnya dari Nottingham Forest. Jika transfer ini terealisasi, Setan Merah dipastikan akan kecipratan cuan berkat klausul "sell-on" yang mereka sisipkan dalam kesepakatan penjualan Elanga sebelumnya.
Newcastle United, di bawah kepemimpinan ambisius konsorsium Arab Saudi dan manajer Eddie Howe, tengah berbenah serius untuk memperkuat skuad mereka menyambut musim depan. Setelah tampil memukau dan berhasil mengamankan tiket Liga Champions, The Magpies bertekad untuk tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga kontender serius di kancah Eropa dan domestik. Salah satu area yang menjadi fokus utama adalah memperkaya opsi di lini serang, khususnya posisi penyerang sayap. Di sinilah nama Anthony Elanga muncul sebagai target utama.
Elanga, yang kini berusia 23 tahun, telah menunjukkan peningkatan performa yang signifikan sejak bergabung dengan Nottingham Forest. Musim lalu, ia menjadi salah satu pilar penting bagi Forest dalam perjuangan mereka di Liga Inggris. Dalam 38 penampilan di Premier League, Elanga berhasil membukukan enam gol dan mengemas 11 assist. Statistik ini menunjukkan kontribusinya yang vital dalam menciptakan peluang dan mencetak gol, menjadikannya aset berharga bagi timnya. Kecepatan, kemampuan dribbling, dan etos kerjanya yang tinggi menjadikannya pilihan menarik bagi banyak klub, termasuk Newcastle yang mencari pemain dengan profil serupa untuk menambah dinamisme serangan mereka.
Tawaran yang diajukan Newcastle United untuk memboyong Anthony Elanga dari Nottingham Forest terbilang fantastis, yakni sebesar 55 juta Poundsterling atau setara dengan sekitar Rp 1,1 triliun. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya Newcastle dalam upaya mendapatkan jasa Elanga, serta merefleksikan inflasi harga pemain di pasar transfer modern. Bagi Nottingham Forest, tawaran sebesar ini tentu sangat menggiurkan, terutama mengingat situasi finansial yang mereka hadapi. Forest baru saja dihantam sanksi pengurangan poin akibat pelanggaran Financial Fair Play (FFP), sehingga pemasukan dana segar dalam jumlah besar akan sangat krusial untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub dan menghindari sanksi lebih lanjut di masa depan. Penjualan Elanga dengan harga setinggi ini bisa menjadi penyelamat finansial bagi mereka.
Namun, di balik potensi keuntungan besar bagi Nottingham Forest, ada pihak lain yang juga akan tersenyum lebar: Manchester United. Ketika Forest membeli Elanga dari MU pada musim panas 2023, mereka hanya merogoh kocek sebesar 15 juta Poundsterling atau sekitar Rp 331 miliar. Dalam kesepakatan tersebut, Manchester United dengan cerdas menyertakan klausul "sell-on" yang memberikan mereka persentase dari keuntungan penjualan Elanga di masa depan. Jika tawaran 55 juta Poundsterling dari Newcastle diterima oleh Forest, maka Manchester United akan kecipratan sekitar 5 juta Poundsterling atau setara dengan Rp 110 miliar dari klausul tersebut.
Klausul "sell-on" adalah praktik umum dalam dunia transfer sepak bola, di mana klub penjual mempertahankan hak untuk menerima persentase tertentu dari keuntungan penjualan pemain di masa mendatang oleh klub pembeli. Ini adalah strategi cerdas, terutama untuk pemain muda yang memiliki potensi besar tetapi belum sepenuhnya matang atau tidak mendapatkan menit bermain yang cukup di klub asalnya. Bagi Manchester United, klausul ini menunjukkan foresight mereka dalam mengelola aset pemain. Meskipun Elanga tidak lagi menjadi bagian dari rencana utama Erik ten Hag, potensi pendapatan dari penjualannya membuktikan bahwa investasi dan pengembangan pemain di akademi mereka bisa memberikan dividen finansial di kemudian hari. Dana sebesar Rp 110 miliar, meskipun tidak fantastis dalam skala transfer megabintang, tetap merupakan tambahan yang signifikan. Uang ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menopang kepatuhan Financial Fair Play (FFP), menginvestasikan lebih lanjut di akademi Carrington yang terkenal, atau bahkan memberikan sedikit ruang gerak dalam jendela transfer yang kompetitif untuk mendatangkan pemain baru.
Namun, drama transfer ini belum berakhir. Laporan terkini menyebutkan bahwa Anthony Elanga sendiri menolak untuk dijual dan masih ingin bertahan di Nottingham Forest. Sikap Elanga ini menambah kompleksitas dalam saga transfer ini. Ada beberapa alasan mengapa seorang pemain mungkin menolak tawaran dari klub yang lebih besar dan berpartisipasi di Liga Champions. Pertama, Elanga mungkin merasa nyaman dan dihargai di Nottingham Forest. Di sana, ia mendapatkan jaminan menit bermain yang konsisten, menjadi pemain kunci, dan merasakan dukungan penuh dari staf pelatih serta para penggemar. Lingkungan yang stabil dan kesempatan untuk terus berkembang sebagai starter mungkin lebih menarik baginya daripada potensi menjadi pemain rotasi di klub yang lebih besar.
Kedua, ada faktor loyalitas. Meskipun baru satu musim di Forest, Elanga mungkin merasa memiliki ikatan dengan klub yang memberinya kesempatan untuk bersinar setelah kesulitan di Manchester United. Ia mungkin ingin terus berkontribusi dalam proyek jangka panjang Forest dan membantu mereka stabil di Liga Primer. Ketiga, pertimbangan pribadi dan keluarga juga bisa memainkan peran. Pindah klub berarti adaptasi dengan kota baru, rekan setim baru, dan sistem permainan yang berbeda, yang tidak selalu mudah.
Sikap Elanga ini menempatkan Nottingham Forest dalam dilema besar. Di satu sisi, mereka sangat membutuhkan dana segar untuk mengatasi masalah FFP dan memperkuat skuad. Penjualan Elanga dengan harga 55 juta Poundsterling akan menjadi solusi finansial yang luar biasa. Di sisi lain, kehilangan pemain kunci seperti Elanga akan berdampak signifikan pada kekuatan tim di lapangan. Ia adalah salah satu penyerang paling produktif mereka, dan mencari pengganti dengan kualitas setara yang terjangkau tidaklah mudah. Manajer Forest, Nuno Espírito Santo, kemungkinan besar juga ingin mempertahankan pemain terbaiknya untuk memastikan kelangsungan hidup klub di Premier League.
Bagi Newcastle United, penolakan Elanga ini berarti mereka harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan sang pemain. Mereka mungkin perlu menawarkan gaji yang lebih tinggi, jaminan menit bermain yang jelas, atau mempresentasikan visi proyek klub yang lebih menarik. Potensi bermain di Liga Champions tentu menjadi daya tarik kuat, namun itu saja mungkin tidak cukup untuk mengubah pikiran Elanga jika ia merasa nyaman di lingkungan saat ini.
Situasi ini juga menyoroti dinamika kekuatan antara klub dan pemain di era modern. Meskipun klub mungkin memiliki kekuatan finansial dan kebutuhan strategis, keinginan pemain seringkali menjadi penentu akhir. Jika Elanga bersikeras untuk tetap di Nottingham, Forest mungkin akan menghadapi tekanan dari penggemar untuk mempertahankan bintang mereka, meskipun ada tawaran finansial yang sangat menggiurkan.
Pada akhirnya, saga transfer Anthony Elanga ini masih jauh dari kata selesai. Ada banyak skenario yang mungkin terjadi: Newcastle bisa menaikkan tawaran mereka, Forest bisa mencoba meyakinkan Elanga untuk berubah pikiran demi kepentingan finansial klub, atau Elanga bisa tetap teguh pada pendiriannya dan memaksa Newcastle untuk mencari target lain. Yang jelas, Manchester United akan terus memantau situasi ini dengan cermat, berharap Forest mengiyakan tawaran fantastis dari Newcastle, sehingga mereka bisa mendapatkan bagian dari kue transfer tersebut. Ini adalah contoh nyata bagaimana investasi jangka panjang pada pemain muda, bahkan yang akhirnya dilepas, bisa memberikan keuntungan tak terduga di masa depan, menegaskan pentingnya klausul "sell-on" dalam strategi transfer klub-klub besar.
