
Milan telah secara resmi mengumumkan kedatangan Luka Modric, gelandang legendaris berusia 39 tahun, yang bergabung dengan Rossoneri bukan sekadar untuk mengisi waktu di masa akhir kariernya, melainkan dengan ambisi membara untuk membawa klub raksasa Italia itu meraih kejayaan dan gelar. Pengumuman yang menggemparkan jagat sepak bola ini datang pada Selasa (15/7) dini hari WIB, menandai babak baru dalam perjalanan karier sang peraih Ballon d’Or. Modric, yang kini akan mengenakan nomor punggung 14 yang ikonik di San Siro, telah menandatangani kontrak berdurasi satu tahun hingga Juni 2026, dengan opsi perpanjangan satu tahun, menunjukkan komitmen jangka pendek namun penuh potensi.
Keputusan Modric untuk bergabung dengan Milan secara free transfer datang setelah pengabdian luar biasa selama 13 tahun bersama Real Madrid, sebuah era yang tak pelak akan selalu dikenang dalam sejarah sepak bola. Selama periode emasnya di Santiago Bernabéu, maestro lini tengah asal Kroasia ini mencatatkan 597 penampilan di berbagai kompetisi, sebuah angka yang mencerminkan konsistensi dan keandalannya yang luar biasa. Dari jumlah tersebut, ia berhasil menyumbangkan 43 gol dan 97 assist, statistik yang mungkin tidak mencerminkan sepenuhnya pengaruhnya yang tak tertandingi dalam mengatur tempo permainan, memecah lini pertahanan lawan, dan menjadi motor serangan tim.
Bersama El Real, Modric bergelimang gelar, mengukir sejarah sebagai salah satu pemain paling sukses di generasinya. Koleksi trofinya bersama Real Madrid mencapai angka fantastis 28, termasuk empat titel La Liga Spanyol dan, yang paling mencolok, enam gelar Liga Champions UEFA. Enam mahkota Liga Champions tersebut adalah bukti dominasi Real Madrid di Eropa, di mana Modric menjadi poros tak tergantikan di lini tengah, dikenal dengan visi permainannya yang brilian, umpan-umpan akuratnya yang membelah pertahanan, dribblingnya yang lincah di ruang sempit, dan etos kerjanya yang tanpa henti. Ia adalah bagian integral dari trio lini tengah legendaris "CMK" bersama Casemiro dan Toni Kroos, yang mendefinisikan era keemasan Real Madrid.
Meskipun usianya kini telah menginjak 39 tahun, Modric dengan tegas menolak gagasan pensiun. Kepindahannya ke Milan adalah pernyataan kuat bahwa ia masih memiliki gairah, energi, dan, yang terpenting, ambisi besar untuk bersaing di level tertinggi. Ia tidak datang ke San Siro hanya untuk menikmati masa senja kariernya di bawah sinar matahari Italia. Sebaliknya, Modric ingin membantu Milan kembali ke puncak kejayaan, baik di kancah domestik maupun Eropa. Keinginannya untuk meraih gelar bersama Rossoneri sangat jelas, dan ia sudah tidak sabar untuk merasakan atmosfer dukungan penuh dari publik San Siro yang terkenal bersemangat.
Dalam kutipan yang dirilis oleh Gazzetta dello Sport saat kedatangannya di Milan, Modric mengungkapkan kegembiraan dan tekadnya. "Saya sangat senang berada di sini; tantangan besar menanti saya," ujarnya, dengan mata berbinar penuh semangat. "Halo untuk semua penggemar Milan—saya baru saja tiba di Milan dan saya sangat bahagia dan bersemangat untuk memulai babak baru dalam karier saya. Pelukan hangat untuk kalian semua: Saya tak sabar untuk bertemu kalian di San Siro. Semoga kami dapat memberikan banyak momen indah dan membuat kalian bangga dan bahagia bersama kami, untuk merayakan banyak gelar bersama." Pernyataan ini bukan sekadar basa-basi, melainkan cerminan dari mentalitas juara yang selalu melekat pada dirinya. Ketika ditanya mengapa ia memilih Milan, jawabannya singkat namun padat, "Karena ini klub yang hebat."
Pilihan Milan sebagai destinasi berikutnya menunjukkan pemahaman Modric tentang status klub tersebut dalam sejarah sepak bola. AC Milan, dengan tujuh gelar Liga Champions dan 19 Scudetto di lemari trofinya, adalah salah satu institusi paling dihormati di dunia. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir mereka berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan masa lalu, kedatangan Modric diharapkan dapat menjadi katalisator. Kehadiran seorang pemain dengan pengalaman dan mentalitas juara seperti dirinya akan menjadi aset tak ternilai bagi skuad Milan yang relatif muda. Ia bisa menjadi mentor, pemimpin di lapangan, dan inspirasi bagi para pemain muda Rossoneri seperti Ismaël Bennacer, Tijjani Reijnders, atau Ruben Loftus-Cheek, membantu mereka mengembangkan potensi dan menanamkan etos kerja yang diperlukan untuk bersaing di level tertinggi.
Secara taktis, Modric diharapkan dapat mengisi peran penting di lini tengah Stefano Pioli (atau pelatih selanjutnya). Fleksibilitasnya memungkinkan ia bermain sebagai regista (gelandang bertahan yang mengatur serangan), mezzala (gelandang box-to-box), atau bahkan sebagai trequartista (gelandang serang) di belakang striker. Visi permainannya yang superior dan kemampuannya dalam mendikte tempo akan sangat berharga dalam sistem Milan yang mengandalkan penguasaan bola dan serangan cepat. Adaptasi terhadap gaya bermain Serie A yang lebih taktis dan fisik mungkin menjadi tantangan, namun dengan kecerdasan sepak bolanya yang luar biasa, Modric diyakini mampu menyesuaikan diri dengan cepat.
Kepindahan Modric ke Milan juga menjadi sorotan di tengah tren pemain veteran yang mencari tantangan baru di liga lain, membuktikan bahwa usia hanyalah angka jika kualitas dan gairah masih membara. Ini mengingatkan kita pada keberhasilan Zlatan Ibrahimović saat kembali ke Milan di usia senja, atau Cristiano Ronaldo yang pindah ke Juventus. Kehadiran Modric tidak hanya akan meningkatkan kualitas di lapangan, tetapi juga memberikan dampak besar dari segi komersial dan citra klub. Antusiasme para Milanisti di seluruh dunia melonjak drastis, membuktikan daya tarik abadi dari seorang maestro yang memutuskan untuk melanjutkan warisannya di panggung yang berbeda.
Bagi Modric, San Siro bukan sekadar stadion, melainkan panggung di mana ia ingin menciptakan babak baru dalam dongeng sepak bolanya. Dukungan dari para penggemar adalah energi yang ia nantikan, dan ia berjanji untuk membalasnya dengan performa terbaik dan, yang paling penting, gelar. Ia tahu bahwa tantangan ini tidak akan mudah, dengan persaingan ketat di Serie A dan ambisi tinggi di Liga Champions. Namun, dengan pengalaman segudang, mentalitas baja, dan keinginan kuat untuk terus meraih kemenangan, Luka Modric siap untuk membuktikan bahwa keajaiban di lapangan tidak mengenal batas usia. Kedatangannya adalah sebuah pernyataan, sebuah janji, bahwa musim ini, AC Milan akan berjuang habis-habisan untuk mewujudkan impian para penggemar mereka.
