
Fluminense berhasil menghentikan laju impresif Al Hilal dalam sebuah duel sengit di babak perempatfinal Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. Klub asal Brasil itu memastikan diri melangkah ke semifinal setelah menumbangkan raksasa Arab Saudi dengan skor tipis 2-1 dalam pertandingan yang digelar di Camping World Stadium, Orlando, Florida, pada Sabtu dini hari WIB, 5 Juli 2025. Kemenangan ini tidak hanya mengamankan tempat Fluminense di babak empat besar, tetapi juga menegaskan dominasi wakil Conmebol di panggung global.
Edisi perdana dengan format baru yang lebih masif, Piala Dunia Antarklub FIFA 2025, menyuguhkan persaingan yang lebih ketat dan dramatis. Turnamen ini mempertemukan 32 tim terbaik dari seluruh konfederasi, menjanjikan tontonan sepak bola kelas dunia. Fluminense, yang berstatus juara bertahan Copa Libertadores, datang ke Amerika Serikat dengan reputasi sebagai tim yang mengandalkan kolektivitas, penguasaan bola, dan gaya bermain "tiki-taka" ala Fernando Diniz. Mereka membawa harapan besar publik Brasil untuk mengulang kejayaan tim-tim Amerika Latin di kancah dunia.
Di sisi lain, Al Hilal, raksasa Arab Saudi dan salah satu klub terkaya di Asia, tiba dengan skuad bertabur bintang yang didanai besar-besaran oleh dana investasi publik. Meskipun tanpa Neymar Jr. yang masih dalam pemulihan cedera, kekuatan mereka tetap mengerikan dengan kehadiran nama-nama top Eropa seperti Kalidou Koulibaly, Ruben Neves, Sergej Milinkovic-Savic, Malcom, dan penyerang muda berbakat Marcos Leonardo. Mereka adalah simbol kebangkitan sepak bola Asia dan ambisi Arab Saudi di panggung global, datang dengan target tinggi untuk membuktikan bahwa investasi besar mereka dapat membuahkan hasil di level tertinggi.
Pertandingan perempatfinal ini adalah bentrokan dua filosofi sepak bola yang berbeda: keindahan dan kreativitas ala Amerika Selatan melawan kekuatan finansial dan talenta individu kelas dunia dari Asia. Atmosfer pertandingan yang biasanya meriah seketika diselimuti duka mendalam sesaat sebelum peluit kick-off dibunyikan. Momen mengheningkan cipta dilakukan untuk mengenang Diogo Jota, bintang Liverpool dan timnas Portugal, serta adiknya, Andre Silva, yang baru saja meninggal dunia karena kecelakaan tragis. Kejadian ini menambah sentuhan emosional pada pertandingan yang sudah dinantikan banyak pihak.
Begitu pertandingan dimulai, kedua tim langsung menunjukkan intensitas tinggi. Fluminense berusaha menguasai lini tengah dengan umpan-umpan pendek yang rapi, sementara Al Hilal mencoba memanfaatkan kecepatan sayap dan kualitas individu para gelandangnya untuk membongkar pertahanan lawan. Beberapa peluang awal tercipta dari kedua belah pihak, namun belum ada yang benar-benar mengancam gawang.
Kebuntuan pecah pada menit ke-40, dan Fluminense berhasil membuka keunggulan melalui sebuah serangan balik cepat yang dieksekusi dengan sempurna. Martinelli, gelandang muda Fluminense, menjadi aktor utamanya. Menerima umpan terobosan cerdas dari Gabriel Fuentes yang melihat celah di pertahanan Al Hilal, Martinelli menggiring bola beberapa langkah sebelum melepaskan sepakan roket kaki kirinya dari luar kotak penalti. Bola melaju deras ke pojok kanan atas gawang Al Hilal, tak kuasa dihentikan oleh kiper kelas dunia Yassine Bounou. Gol yang spektakuler ini sontak membangkitkan semangat para suporter Fluminense yang memadati stadion.
Tertinggal satu gol, Al Hilal yang memiliki materi pemain bintang tidak tinggal diam. Mereka meningkatkan intensitas serangan dan hampir menyamakan kedudukan jelang turun minum. Ruben Neves, dengan visi lapangannya yang brilian, melepaskan umpan silang akurat ke jantung pertahanan Fluminense. Kalidou Koulibaly, yang dikenal dengan kekuatan fisiknya, menyambut bola dengan sundulan keras yang mengarah ke sudut gawang. Namun, kiper veteran Fluminense, Fabio, menunjukkan refleks luar biasa. Dengan sigap ia melompat dan menepis bola keluar, melakukan penyelamatan gemilang yang menjaga keunggulan timnya hingga jeda babak pertama.
Memasuki babak kedua, Al Hilal langsung tancap gas dan menunjukkan tekad untuk menyamakan kedudukan. Upaya mereka membuahkan hasil pada menit ke-51. Gol penyeimbang tercipta melalui skema sepak pojok yang terencana dengan baik. Bola lambung yang dikirimkan dari tendangan sudut berhasil ditanduk oleh Kalidou Koulibaly. Bek tangguh ini tidak langsung mengarahkan bola ke gawang, melainkan menunjukkan visinya dengan menyundul bola ke arah Marcos Leonardo yang berdiri bebas di tiang dekat. Penyerang muda Brasil itu tidak menyia-nyiakan peluang emas, dengan tenang ia menuntaskan bola dari jarak dekat ke dalam gawang Fabio. Skor pun berubah menjadi 1-1, dan pertandingan kembali terbuka lebar.
Momentum tampaknya berada di pihak Al Hilal, namun Fluminense tidak butuh waktu lama untuk merespons. Hanya empat menit setelah gol penyeimbang, mereka nyaris mencetak gol kedua. German Cano, penyerang tajam Fluminense, berhasil lolos dari kawalan dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Bounou. Namun, kiper Al Hilal itu membaca situasi dengan sangat baik. Ia keluar dari sarangnya dengan cepat dan memblok bola di kaki lawannya, melakukan intervensi krusial yang mencegah Fluminense kembali unggul. Penyelamatan ini menunjukkan mengapa Bounou adalah salah satu kiper terbaik di dunia.
Pertandingan berjalan semakin seru dengan jual beli serangan. Kedua tim bermain terbuka, mencari celah di pertahanan lawan. Fluminense akhirnya berhasil memimpin lagi pada menit ke-70, dan gol ini menjadi bukti kedalaman skuad mereka. Hercules, yang baru masuk menggantikan Martinelli di awal babak kedua, menjadi pahlawan. Ia menerima bola dari Samuel Xavier yang aktif di sisi kanan. Dengan cerdik, Samuel Xavier mengirimkan umpan mendatar yang menusuk jantung pertahanan Al Hilal. Hercules, yang bergerak tanpa bola, menyambut umpan tersebut dengan sentuhan pertama yang sempurna, lalu dengan tenang menempatkan bola ke pojok kiri bawah gawang Bounou. Gol ini disambut dengan sorak sorai riuh dari bangku cadangan dan para pendukung Fluminense, yang kembali merasakan harapan kemenangan.
Keunggulan 2-1 ini mampu dipertahankan Fluminense hingga laga usai, meskipun Al Hilal mengerahkan semua upaya di sisa waktu pertandingan. Pelatih Al Hilal, Jorge Jesus, melakukan beberapa pergantian pemain, termasuk memasukkan Hamdallah dan Kaio, untuk menambah daya gedor dan mencari gol penyeimbang. Namun, pertahanan Fluminense yang dikomandoi oleh Ignacio dan Silva tampil disiplin dan solid. Mereka berhasil meredam setiap serangan Al Hilal, menunjukkan ketenangan dan pengalaman mereka di momen-momen krusial. Wasit meniup peluit panjang, mengakhiri laga dengan kemenangan Fluminense 2-1.
Kemenangan ini bukan hanya sekadar tiket ke semifinal, tetapi juga validasi atas gaya bermain dan filosofi Fluminense di panggung global. Mereka berhasil membuktikan bahwa kerja sama tim dan visi taktis yang jelas bisa mengalahkan kekuatan individu semata. Pelatih Fernando Diniz patut diacungi jempol atas strategi dan kemampuannya meracik tim. Penampilan Fabio di bawah mistar gawang juga patut mendapat sorotan khusus, dengan beberapa penyelamatan krusial yang menjaga asa Fluminense.
Bagi Al Hilal, kekalahan ini tentu menjadi pil pahit dan pukulan telak bagi ambisi mereka di Piala Dunia Antarklub. Meskipun memiliki materi pemain bintang dan mendominasi sebagian jalannya pertandingan, mereka kurang klinis dalam penyelesaian akhir dan pertahanan mereka terlihat rapuh di momen-momen penting. Absennya Neymar mungkin terasa, namun tim ini seharusnya memiliki kualitas yang cukup untuk mengatasi Fluminense. Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Al Hilal tentang persaingan di level tertinggi sepak bola dunia.
Fluminense kini melaju ke babak semifinal dan akan menanti pemenang dari duel besar lainnya antara Palmeiras, wakil Brasil lainnya yang juga juara Copa Libertadores sebelumnya, melawan raksasa Inggris, Chelsea. Pertandingan semifinal ini dipastikan akan menjadi tantangan yang lebih berat bagi Fluminense, namun dengan semangat dan kepercayaan diri yang tinggi, mereka siap untuk menghadapi siapapun demi mimpi meraih gelar juara dunia. Pertandingan ini juga menjadi cerminan persaingan antara gaya bermain Amerika Latin yang mengandalkan teknik dan kreativitas, melawan kekuatan dan dominasi finansial dari klub-klub yang kini diperkuat banyak bintang Eropa. Piala Dunia Antarklub 2025 memang telah menyajikan drama yang tak terduga.
Susunan pemain:
Fluminense: Fabio, Ignacio, Silva, Freytes, Martinelli (Hercules 46′), Bernal, Nonato (Lima 68′), Samuel Xavier, Fuentes, Arias, Cano (Everaldo 68′)
Al Hilal: Bounou, Cancelo, Koulibaly, Neves, Lodi, Al Harbi, Milinkovic-Savic, Kanno (Hamdallah 75′), Al Dawsari (Kaio 83′), Malcom, Marcos Leonardo
