
Sebagai juara bertahan Serie A, Napoli kembali menjadi sorotan utama jelang dimulainya musim 2025/26. Klub asal Naples ini, yang berhasil merebut scudetto pada musim sebelumnya dengan performa dominan, kini dijagokan oleh salah satu legenda taktik sepak bola Italia, Arrigo Sacchi, untuk mempertahankan gelar juara. Pandangan Sacchi, yang dikenal sebagai arsitek di balik era keemasan AC Milan dan revolusioner dalam filosofi "sepak bola total," tentu memiliki bobot yang signifikan di kancah sepak bola Negeri Pizza. Namun, di balik prediksinya yang optimis, Sacchi juga menyertakan sebuah peringatan penting yang harus dihindari oleh tim asuhan Antonio Conte tersebut: sindrom berpuas diri atau, bahkan lebih buruk, tanda-tanda arogansi.
Musim lalu, Napoli berhasil mengungguli Inter Milan dalam perburuan gelar, menunjukkan konsistensi dan kualitas permainan yang luar biasa di bawah arahan pelatih mereka saat itu. Keberhasilan tersebut tidak hanya mengembalikan kejayaan scudetto ke Naples setelah penantian panjang, tetapi juga menempatkan ekspektasi yang sangat tinggi di pundak mereka untuk musim berikutnya. Untuk memperkuat skuad dalam upaya mempertahankan gelar, manajemen Napoli telah melakukan manuver transfer yang mengejutkan dan ambisius, salah satunya dengan mendatangkan megabintang lini tengah, Kevin De Bruyne. Kedatangan pemain sekaliber De Bruyne, yang dikenal dengan visi permainan luar biasa, umpan-umpan mematikan, dan kemampuan mencetak gol dari berbagai posisi, jelas menambah dimensi baru bagi kekuatan Partenopei. Ini adalah langkah berani yang menunjukkan keseriusan Napoli dalam membangun dinasti, sekaligus menegaskan ambisi mereka tidak hanya di kancah domestik tetapi juga di kompetisi Eropa.
Sacchi, dalam komentarnya kepada Gazzetta, menegaskan bahwa Napoli masih menjadi unggulan teratas dalam perburuan scudetto. "Napoli bermain sebagai tim, semuanya bergerak bersama-sama, dan mereka tahu persis apa yang harus dilakukan saat bertahan dan menyerang. Anda tidak melihat ada banyak tim yang seperti itu di Italia," ujar Sacchi, memuji kohesivitas dan pemahaman taktis yang ditunjukkan oleh tim tersebut. Pujian ini bukan sekadar basa-basi, melainkan refleksi dari filosofi sepak bola Sacchi sendiri yang sangat mengedepankan kolektivitas dan pergerakan tanpa bola. Bagi Sacchi, kekuatan sebuah tim terletak pada bagaimana setiap individu berfungsi sebagai bagian dari sebuah orkestra, bukan sekadar kumpulan bintang yang bermain secara individual. Dan dalam pandangannya, Napoli telah berhasil mewujudkan prinsip tersebut.
Namun, di balik pujian dan prediksi positif tersebut, Sacchi menekankan adanya satu "syarat" krusial yang harus dipenuhi oleh Napoli. "Seluruh lingkungan tidak boleh kehilangan antusiasme yang dimiliki musim lalu, terus mendukung tim meski dalam masa sulit, karena akan ada periode sulit," katanya. Peringatan ini mencerminkan pemahaman mendalam Sacchi tentang psikologi sebuah tim juara. Setelah mencapai puncak, seringkali ada kecenderungan untuk merasa nyaman, untuk melonggarkan fokus, dan untuk meremehkan tantangan yang ada di depan. Antusiasme yang dimaksud Sacchi bukan hanya dari para pemain dan staf pelatih, tetapi juga dari seluruh "lingkungan" klub, termasuk para penggemar yang fanatik di Naples. Dukungan yang konsisten, bahkan ketika tim menghadapi rintangan atau periode hasil buruk, adalah kunci untuk menjaga mentalitas juara.
Sindrom berpuas diri, atau bahkan arogansi, adalah ancaman nyata yang bisa menggagalkan upaya mempertahankan gelar. Sejarah sepak bola dipenuhi dengan contoh-contoh tim juara yang gagal mempertahankan performa puncaknya di musim berikutnya karena jatuh ke dalam perangkap ini. Para pemain mungkin merasa bahwa mereka telah "mencapai segalanya," intensitas latihan menurun, dan fokus pertandingan berkurang. Sacchi sangat mewanti-wanti hal ini, mengingat betapa rentannya sebuah tim terhadap perubahan mentalitas setelah meraih kesuksesan besar. Namun, Sacchi juga menaruh kepercayaan pada Antonio Conte, pelatih baru Napoli yang dikenal dengan karakter keras, disiplin tinggi, dan kemampuan memotivasi yang luar biasa. "Tapi saya percaya Conte tahu bagaimana mengatasi situasi mengingat pengalamannya," tambah Sacchi.
Kedatangan Antonio Conte ke kursi kepelatihan Napoli sendiri adalah pernyataan ambisi yang sangat kuat. Conte, dengan rekam jejaknya yang gemilang meraih scudetto bersama Juventus dan Inter Milan, serta gelar Liga Primer Inggris bersama Chelsea, adalah jaminan akan disiplin taktis dan mentalitas pemenang. Ia adalah pelatih yang tidak mengenal kompromi dalam hal kerja keras dan dedikasi. Filosofi kepelatihannya yang menuntut intensitas tinggi, organisasi yang rapi, dan komitmen penuh dari setiap pemain, sangat sesuai dengan prinsip "tim sebagai satu kesatuan" yang ditekankan oleh Sacchi. Conte memiliki reputasi sebagai sosok yang mampu "memeras" kemampuan terbaik dari para pemainnya, bahkan hingga batas maksimal. Kehadirannya diharapkan menjadi tameng ampuh untuk mencegah segala bentuk kepuasan diri merasuki skuad Partenopei. Ia adalah seorang motivator ulung yang tahu bagaimana menjaga ketajaman mental timnya, bahkan di tengah tekanan besar.
Dengan Kevin De Bruyne di lini tengah, Napoli akan memiliki otak permainan kelas dunia yang bisa menjadi orkestrator serangan mereka. De Bruyne, yang dikenal dengan julukan "Si Raja Assist," memiliki kemampuan unik untuk melihat celah yang tidak terlihat oleh pemain lain dan mengirimkan umpan-umpan mematikan. Pengalamannya meraih banyak gelar bersama Manchester City dan bermain di level tertinggi kompetisi Eropa akan sangat berharga bagi Napoli, terutama dalam momen-momen krusial. Dalam sistem Conte, yang seringkali mengandalkan transisi cepat dan pergerakan antar lini, De Bruyne bisa menjadi kunci utama. Baik sebagai mezzala yang lebih dalam maupun sebagai trequartista di belakang striker, kemampuannya untuk mengontrol tempo permainan dan menciptakan peluang akan sangat vital. Ia juga bisa menjadi mentor bagi para pemain muda Napoli, menularkan mentalitas profesionalisme dan ambisi yang telah membawanya ke puncak karier.
Namun, tantangan mempertahankan gelar scudetto di Serie A tidak pernah mudah. Kompetisi Italia dikenal sangat taktis dan menuntut konsistensi tinggi. Tim-tim rival seperti Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, dan Lazio tentu tidak akan tinggal diam. Mereka akan melakukan perombakan dan persiapan maksimal untuk merebut kembali gelar yang lepas. Inter, yang menjadi runner-up musim lalu, pasti akan belajar dari kesalahan dan datang dengan kekuatan baru. Juventus, di bawah pelatih baru atau dengan strategi yang lebih matang, akan selalu menjadi ancaman serius. Milan dan Roma juga memiliki ambisi besar dan akan berusaha keras untuk menembus dominasi Napoli.
Oleh karena itu, peringatan Sacchi mengenai "periode sulit" adalah sesuatu yang sangat realistis. Setiap tim, bahkan yang terbaik sekalipun, pasti akan menghadapi masa-masa di mana performa menurun, cedera menumpuk, atau hasil kurang memuaskan. Dalam situasi seperti inilah mentalitas tim dan dukungan dari lingkungan menjadi sangat krusial. Kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan, untuk tetap solid di bawah tekanan, dan untuk mempertahankan keyakinan pada filosofi permainan, adalah ciri khas tim juara sejati. Conte, dengan pengalamannya mengatasi tekanan dan mengelola skuad yang penuh bintang, adalah figur yang tepat untuk memimpin Napoli melewati badai semacam itu. Ia tidak hanya seorang ahli taktik, tetapi juga seorang psikolog yang memahami dinamika tim dan individu.
Kekuatan Napoli tidak hanya terletak pada penambahan Kevin De Bruyne atau kehadiran Antonio Conte. Skuad mereka saat ini masih diperkuat oleh talenta-talenta inti yang membawa mereka meraih scudetto sebelumnya, seperti Victor Osimhen di lini depan, Khvicha Kvaratskhelia dengan dribel magisnya, serta pilar-pilar pertahanan dan lini tengah lainnya. Kombinasi antara pemain-pemain inti yang sudah memiliki chemistry kuat dengan suntikan kualitas dari De Bruyne, di bawah arahan seorang pelatih bermental juara seperti Conte, memang menjadikan Napoli tim yang patut diwaspadai. Mereka memiliki kedalaman skuad yang cukup untuk menghadapi jadwal padat antara liga domestik dan kompetisi Eropa. Fleksibilitas taktis Conte juga akan memungkinkan Napoli beradaptasi dengan berbagai lawan dan situasi pertandingan.
Pada akhirnya, perburuan scudetto di musim 2025/26 akan menjadi ujian sejati bagi Napoli. Mampukah mereka mengulang sejarah, ataukah akan tergelincir oleh jebakan psikologis yang diperingatkan Sacchi? Keberhasilan mereka akan sangat bergantung pada kemampuan Antonio Conte untuk menjaga fokus dan motivasi timnya, memastikan bahwa tidak ada sedikit pun tanda-tanda kepuasan diri atau arogansi yang muncul. Antusiasme para penggemar di Naples, yang terkenal dengan gairah dan loyalitasnya, juga akan memainkan peran penting dalam memberikan dorongan moral bagi tim. Jika Napoli mampu menjaga semangat kolektivitas yang dipuji Sacchi, jika mereka tetap rendah hati dan bekerja keras di setiap sesi latihan dan pertandingan, dan jika mereka mampu mengatasi periode sulit dengan kepala tegak, maka prediksi Arrigo Sacchi bisa jadi akan terwujud. Musim 2025/26 menjanjikan tontonan sepak bola yang menarik, dengan Napoli sebagai juara bertahan yang akan berjuang mati-matian untuk membuktikan bahwa kejayaan mereka bukanlah kebetulan semata, melainkan hasil dari kerja keras, dedikasi, dan mentalitas juara yang tak tergoyahkan.
