Serangan Udara Israel Guncang Ibu Kota Suriah, Targetkan Markas Militer dan Dekat Istana Kepresidenan

Serangan Udara Israel Guncang Ibu Kota Suriah, Targetkan Markas Militer dan Dekat Istana Kepresidenan

Serangan Udara Israel Guncang Ibu Kota Suriah, Targetkan Markas Militer dan Dekat Istana Kepresidenan

TEL AVIV, Israel – Israel pada Rabu melancarkan serangkaian serangan udara intensif di jantung ibu kota Suriah, Damaskus, menargetkan fasilitas militer utama yang memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di wilayah yang sudah bergejolak. Serangan ini dilaporkan menghantam markas besar militer Suriah dan lokasi lain di dekat istana kepresidenan, menandai salah satu serangan paling signifikan oleh Israel terhadap sasaran di dalam Damaskus dalam beberapa waktu terakhir.

Militer Israel, melalui pernyataan resminya, mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan udara tersebut. Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa target-target yang diserang meliputi markas besar militer Suriah di Damaskus, yang merupakan pusat komando dan kontrol strategis bagi rezim Bashar al-Assad, serta sasaran militer lain yang berdekatan dengan kompleks istana kepresidenan. Penargetan area-area sensitif seperti itu mengindikasikan tingkat intelijen yang tinggi dan keberanian operasional dari pihak Israel, sekaligus mengirimkan pesan tegas kepada Damaskus dan sekutunya.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, segera setelah serangan itu, memposting sebuah video di platform X (sebelumnya Twitter) yang menunjukkan rekaman langsung berita televisi dari Damaskus. Dalam video tersebut, sebuah bangunan terlihat meledak di belakang presenter berita, menggarisbawahi dampak langsung dari serangan tersebut. "Serangan yang menyakitkan telah dimulai," tulis Katz dalam keterangan videonya, sebuah pernyataan yang sarat makna dan dapat diartikan sebagai peringatan atau penegasan atas respons Israel terhadap peristiwa-peristiwa regional. Pernyataan ini juga mengisyaratkan bahwa serangan tersebut mungkin merupakan bagian dari strategi yang lebih besar atau balasan terhadap provokasi tertentu.

Dampak langsung dari serangan udara tersebut terasa di Damaskus. Kementerian Kesehatan Suriah melaporkan bahwa satu orang tewas dan 28 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Angka korban ini menunjukkan bahwa meskipun target utama adalah fasilitas militer, warga sipil di sekitar area yang diserang juga tidak luput dari dampak konflik yang terus berlanjut ini. Tim medis dan penyelamat segera dikerahkan ke lokasi kejadian untuk memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban luka. Foto-foto yang dirilis oleh kantor berita resmi Suriah, SANA, menunjukkan kepulan asap tebal membubung dari gedung Kementerian Pertahanan Suriah, memberikan gambaran visual tentang kehancuran yang ditimbulkan oleh serangan tersebut. Bangunan markas militer Suriah juga terlihat rusak parah, dengan puing-puing berserakan di jalanan, menunjukkan intensitas ledakan.

Serangan di Damaskus ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Suriah barat daya, khususnya di wilayah yang menjadi rumah bagi komunitas minoritas Druze. Komunitas Druze memiliki populasi yang signifikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan di sisi perbatasan Suriah, menciptakan dinamika kompleks yang seringkali melibatkan berbagai aktor. Beberapa hari sebelumnya, pada Senin dan Selasa, Israel juga telah melancarkan serangan terhadap militer Suriah di wilayah tersebut. Menurut pernyataan Israel, serangan-serangan sebelumnya ini bertujuan untuk melindungi komunitas Druze yang terlibat dalam bentrokan dengan militer Suriah dan milisi Badui. Israel menyatakan bahwa tujuan mereka adalah menjaga sisi perbatasan Suriah tetap demiliterisasi, sebuah kebijakan jangka panjang Israel untuk mencegah pembentukan kehadiran militer Iran atau milisi pro-Iran di dekat perbatasannya.

Konflik yang melibatkan komunitas Druze di Sweida, sebuah kota di Suriah selatan, telah menjadi fokus perhatian. Bentrokan antara militer Suriah, yang didukung oleh beberapa milisi lokal, dan kelompok-kelompok Druze telah menyebabkan kekerasan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut. Israel, yang memiliki hubungan historis dan demografis dengan komunitas Druze di wilayahnya sendiri, seringkali memandang perlindungan Druze sebagai bagian dari kepentingan keamanannya. Namun, keterlibatan Israel dalam konflik internal Suriah ini menambah lapisan kerumitan pada krisis yang sudah berlangsung lama.

Secara lebih luas, serangan udara Israel di Suriah bukanlah hal baru. Israel telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah selama bertahun-tahun, sebagian besar menargetkan apa yang disebutnya sebagai pengiriman senjata Iran kepada Hizbullah, sebuah kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, serta posisi militer Iran di Suriah. Israel memandang kehadiran Iran dan Hizbullah di Suriah sebagai ancaman eksistensial terhadap keamanannya dan telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan mentolerir konsolidasi kekuatan Iran di sepanjang perbatasannya. Kebijakan ini, yang sering disebut sebagai "kampanye di antara perang" atau "mabam" dalam terminologi militer Israel, bertujuan untuk menggagalkan kemampuan militer musuh tanpa memicu perang skala penuh.

Pemerintah Suriah, yang didukung oleh Rusia dan Iran, secara konsisten mengecam serangan Israel sebagai pelanggaran kedaulatan dan agresi. Sistem pertahanan udara Suriah, yang sebagian besar terdiri dari sistem buatan Rusia, seringkali mencoba mencegat rudal Israel, meskipun tingkat keberhasilan mereka bervariasi. Setiap serangan Israel di Suriah selalu memicu retorika keras dari Damaskus dan Teheran, yang bersumpah untuk membalas pada waktu dan tempat yang tepat. Namun, respons militer langsung dari Suriah atau Iran terhadap serangan Israel di wilayah Suriah seringkali terbatas, kemungkinan besar untuk menghindari eskalasi yang tidak terkendali yang dapat menyeret mereka ke dalam konflik yang lebih besar.

Komunitas internasional juga telah bereaksi terhadap situasi yang memburuk ini. Pada Rabu, sebelum serangan di Damaskus, Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Suriah, Tom Barrack, mengeluarkan pernyataan yang mengutuk kekerasan di kota Sweida, Suriah selatan. Barrack menyerukan semua pihak untuk mengurangi ketegangan dan bernegosiasi untuk mencapai gencatan senjata. Pernyataan AS ini mencerminkan kekhawatiran Washington terhadap destabilisasi lebih lanjut di Suriah, yang dapat menghambat upaya anti-terorisme dan menciptakan lebih banyak krisis kemanusiaan. AS telah lama menyerukan solusi politik untuk konflik Suriah dan menentang segala bentuk kekerasan yang dapat memperpanjang penderitaan rakyat Suriah.

Serangan terbaru ini meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi di Timur Tengah. Dengan Israel yang sudah terlibat dalam konflik intens di Jalur Gaza dan ketegangan yang memuncak di perbatasan utara dengan Lebanon, serangan di Suriah menambah dimensi lain pada lanskap keamanan regional yang kompleks. Analis politik dan militer khawatir bahwa insiden semacam ini dapat memicu respons dari kelompok-kelompok pro-Iran atau bahkan Iran sendiri, yang dapat menyeret lebih banyak aktor ke dalam konflik terbuka. Siklus kekerasan antara Israel dan proksi-proksi Iran di Suriah telah menjadi ciri khas konflik regional selama bertahun-tahun, dan setiap serangan baru berisiko memperburuk situasi.

Meskipun Israel jarang mengomentari secara spesifik serangan-serangan individualnya di Suriah, kebijakan umum mereka jelas: mencegah transfer senjata canggih ke Hizbullah dan menggagalkan konsolidasi militer Iran di Suriah. Bagi Israel, tindakan ini dianggap sebagai langkah-langkah defensif yang penting untuk melindungi perbatasannya dari ancaman yang semakin besar. Namun, bagi Suriah, serangan-serangan ini adalah pelanggaran kedaulatan yang tidak dapat diterima dan campur tangan dalam urusan internal mereka.

Di tengah semua ini, nasib rakyat Suriah, yang telah menderita selama lebih dari satu dekade perang saudara, terus menjadi perhatian utama. Kekerasan yang terus-menerus, baik dari dalam maupun dari luar, semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang parah, dengan jutaan orang mengungsi dan membutuhkan bantuan. Serangan terbaru ini menjadi pengingat pahit bahwa Suriah tetap menjadi arena utama bagi persaingan geopolitik yang lebih luas, di mana kepentingan regional dan internasional saling berbenturan, seringkali dengan konsekuensi tragis bagi penduduk sipil. Situasi ini menunjukkan bahwa prospek perdamaian dan stabilitas di Suriah masih jauh dari jangkauan, dan konflik ini adalah cerita yang terus berkembang tanpa akhir yang terlihat.

Serangan Udara Israel Guncang Ibu Kota Suriah, Targetkan Markas Militer dan Dekat Istana Kepresidenan

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *