Drama Liga Europa: Crystal Palace Ajukan Banding ke CAS, Perang Melawan Aturan Kepemilikan Ganda UEFA

Drama Liga Europa: Crystal Palace Ajukan Banding ke CAS, Perang Melawan Aturan Kepemilikan Ganda UEFA

London – Kekecewaan mendalam menyelimuti skuad dan manajemen Crystal Palace. Impian The Eagles untuk berlaga di panggung Eropa, tepatnya Liga Europa, harus kandas setelah dicoret oleh UEFA. Keputusan pahit ini didasari oleh aturan ketat UEFA mengenai kepemilikan ganda klub, yang mana pemegang saham mayoritas Palace, John Textor, juga memiliki saham signifikan di klub Prancis, Olympique Lyonnais (Lyon), yang kebetulan juga lolos ke kompetisi yang sama. Tidak terima dengan pencoretan ini, Palace bertekad membawa kasus mereka ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), sebuah langkah yang menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam memperjuangkan hak untuk tampil di kompetisi kasta kedua Eropa tersebut.

Keputusan UEFA ini sontak memicu kemarahan di internal Crystal Palace. The Eagles merasa menjadi korban dari sebuah regulasi yang, menurut mereka, diterapkan secara tidak adil dan tidak memperhitungkan dinamika kepemilikan yang terus berubah. Berdasarkan penafsiran UEFA, dua klub yang memiliki pemilik yang sama atau kendali yang saling terkait tidak diizinkan untuk berlaga dalam kompetisi UEFA yang sama. Dalam kasus ini, Lyon, yang finis di posisi keenam Ligue 1 dan secara historis memiliki rekam jejak Eropa yang lebih kuat, diberikan prioritas, sementara Crystal Palace, yang finis di posisi ke-10 Liga Primer Inggris musim lalu dan mendapatkan tiket ke Liga Europa melalui jalur tak langsung (kemungkinan besar karena pemenang piala domestik sudah lolos via liga atau ada perubahan slot), harus mengalah dan "diturunkan" ke Liga Konferensi Eropa. Namun, bahkan tempat di Liga Konferensi Eropa pun pada akhirnya direbut, karena UEFA memutuskan untuk memberikan slot Liga Europa Palace kepada Nottingham Forest yang finis di posisi ketujuh Premier League, dan slot Liga Konferensi Eropa Forest diberikan kepada tim lain di bawahnya.

Argumen utama Palace adalah bahwa John Textor telah secara resmi mundur dari jajaran direksi Crystal Palace dan mengurangi kepemilikan sahamnya menjadi minoritas pada awal Juli, jauh sebelum keputusan final UEFA dikeluarkan. Ini berarti, menurut Palace, tidak ada lagi hubungan kepemilikan mayoritas atau kendali yang tumpang tindih antara kedua klub pada saat keputusan UEFA berlaku. "Kami masih berupaya (tampil di Liga Europa). Ada proses banding, jadi kami pergi ke CAS yang mana itu pengadilan arbitrase dan Anda tahu bahwa kami sangat berharap dari sini. Kami merasa bakal bisa mendapat argumen yang sesuai hukum," ujar Chairman Palace, Steve Parish, dalam sebuah siniar populer, The Rest is Football. Pernyataan Parish ini menggarisbawahi keyakinan klubnya akan kekuatan argumen hukum mereka di hadapan CAS.

Parish lebih lanjut menjelaskan, "Kami rasa ini bukan keputusan yang tepat dilihat dari sisi manapun. Kami pastikan John tidak punya pengaruh apapun ke klub. Kami punya bukti untuk itu." Penegasan ini sangat krusial, karena inti dari regulasi UEFA adalah untuk mencegah konflik kepentingan dan memastikan integritas kompetisi. Jika Textor memang tidak lagi memiliki pengaruh signifikan terhadap operasional atau kebijakan Palace, maka dasar argumen UEFA menjadi goyah di mata The Eagles. Mereka berpendapat bahwa hukuman yang diberikan kepada Palace adalah tindakan yang tidak proporsional dan tidak mencerminkan realitas struktur kepemilikan saat ini.

Kasus ini menyoroti kompleksitas yang semakin meningkat dalam sepak bola modern, khususnya fenomena kepemilikan multi-klub (MCO). John Textor adalah salah satu investor terkemuka di balik Eagle Football Holdings, sebuah entitas yang memiliki saham di beberapa klub sepak bola di seluruh dunia, termasuk Lyon di Prancis, Botafogo di Brasil, dan RWD Molenbeek di Belgia, selain Crystal Palace di Inggris. Tren MCO ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, di mana investor atau grup investasi mengakuisisi saham di beberapa klub dengan tujuan untuk menciptakan sinergi dalam hal pengembangan pemain, pertukaran talenta, dan ekspansi merek global.

Namun, bagi UEFA, tren MCO ini menimbulkan kekhawatiran serius. Regulasi mereka dirancang untuk memastikan bahwa tidak ada klub yang memiliki "kendali atau pengaruh yang menentukan" atas klub lain dalam kompetisi yang sama. Tujuannya adalah untuk mencegah situasi di mana satu pemilik dapat secara tidak langsung memengaruhi hasil pertandingan, memindahkan pemain antar klub dengan cara yang tidak adil, atau mendapatkan keuntungan finansial yang tidak semestinya. Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar; di masa lalu, ada kasus-kasus di mana hubungan kepemilikan ganda menimbulkan pertanyaan tentang integritas olahraga, meskipun tidak selalu berujung pada hukuman pencoretan dari kompetisi. UEFA berusaha keras untuk menjaga "tingkat permainan yang setara" bagi semua peserta, dan MCO, jika tidak diatur dengan ketat, dapat mengikis prinsip tersebut.

Dalam kasus Palace dan Lyon, UEFA berpegang pada fakta bahwa pada saat Crystal Palace mengamankan tiket ke Liga Europa (melalui posisi liga mereka dan mekanisme slot), John Textor masih merupakan pemegang saham mayoritas dan memiliki kendali yang signifikan atas kedua klub. Meskipun Textor kemudian melakukan divestasi atau mengurangi kepemilikannya, UEFA menganggap bahwa "titik pemicu" pelanggaran telah terjadi. Ini adalah interpretasi yang sangat kaku terhadap aturan, dan Palace berharap CAS akan mengambil pandangan yang lebih fleksibel, mempertimbangkan upaya proaktif yang telah dilakukan Textor untuk mematuhi semangat aturan tersebut dengan mengurangi kepemilikannya.

Keputusan untuk membawa kasus ini ke CAS menunjukkan tekad Palace yang tak tergoyahkan. CAS, yang berlokasi di Lausanne, Swiss, adalah badan independen yang berfungsi sebagai pengadilan tertinggi dalam sengketa olahraga internasional. Keputusan mereka mengikat dan tidak dapat diganggu gugat, menjadikannya jalan terakhir bagi klub seperti Palace untuk mencari keadilan. Proses di CAS melibatkan pengajuan banding tertulis, pertukaran argumen hukum, dan potensi sidang dengar pendapat di hadapan panel arbiter yang terdiri dari para ahli hukum olahraga. Palace harus mampu menyajikan bukti kuat dan argumen hukum yang meyakinkan bahwa pada saat keputusan UEFA dibuat, atau setidaknya sebelum kompetisi dimulai, tidak ada lagi pelanggaran terhadap aturan kepemilikan ganda yang dapat dibenarkan.

Bagi Crystal Palace, partisipasi di Liga Europa bukan hanya tentang gengsi atau pengalaman internasional bagi para pemain dan staf. Ini juga membawa keuntungan finansial yang signifikan, termasuk hadiah uang dari UEFA, peningkatan pendapatan hak siar, dan potensi peningkatan nilai sponsor. Hilangnya kesempatan ini akan berdampak tidak hanya pada kas klub tetapi juga pada perencanaan skuad dan daya tarik mereka di bursa transfer. Manajer dan pemain tentu sangat antusias dengan prospek bermain di Eropa, dan pencoretan ini berpotensi merusak moral tim.

Kasus Crystal Palace ini bukan hanya tentang satu klub, melainkan juga berpotensi menjadi preseden penting bagi masa depan aturan kepemilikan multi-klub di Eropa. Dengan semakin banyaknya investor yang tertarik pada model MCO, UEFA mungkin perlu meninjau dan memperjelas regulasi mereka agar lebih adaptif terhadap dinamika kepemilikan modern tanpa mengorbankan integritas kompetisi. Hasil dari banding CAS ini akan sangat dinanti oleh seluruh komunitas sepak bola, tidak hanya di Inggris dan Prancis, tetapi juga di seluruh Eropa, karena dapat membentuk bagaimana aturan MCO akan diterapkan di masa mendatang.

"Semoga saja kami mendapat jawaban yang memuaskan dari CAS," tutup Steve Parish. Harapan besar kini bertumpu pada keputusan Pengadilan Arbitrase Olahraga. Baik bagi Crystal Palace, John Textor, UEFA, maupun klub-klub lain yang terlibat dalam struktur kepemilikan multi-klub, putusan CAS akan menjadi penentu penting yang akan memengaruhi lanskap sepak bola Eropa untuk musim-musim mendatang. Apakah The Eagles akan mendapatkan kembali impian Eropa mereka, ataukah keputusan UEFA akan ditegakkan, hanya waktu yang akan menjawabnya.

Drama Liga Europa: Crystal Palace Ajukan Banding ke CAS, Perang Melawan Aturan Kepemilikan Ganda UEFA

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *