
Pasangan ganda campuran Indonesia, Jafar Hidayatullah dan Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu, harus menghentikan langkah mereka di babak 16 besar Japan Open 2025. Harapan untuk melaju lebih jauh di turnamen bergengsi ini pupus setelah mereka takluk di tangan wakil Malaysia, Chen Tang Jie/Toh Ee Wei, dalam pertandingan yang berlangsung sengit selama tiga gim. Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi skuad Merah Putih di sektor ganda campuran, mengingat Jafar/Felisha adalah salah satu tumpuan harapan di turnamen berlevel Super 750 ini.
Pertandingan yang digelar di Tokyo Metropolitan Gymnasium pada Kamis, 17 Juli 2025 siang WIB, menjadi arena pertarungan mental dan fisik. Jafar/Felisha, yang datang dengan bekal semangat tinggi dan performa yang terus menanjak, menghadapi tantangan besar dari pasangan Malaysia yang dikenal memiliki kecepatan dan variasi pukulan yang mumpuni. Sejak awal turnamen, Jafar/Felisha telah menunjukkan determinasi kuat, namun babak 16 besar selalu menjadi gerbang krusial yang menentukan perjalanan mereka di setiap ajang internasional.
Memasuki gim pertama, Jafar/Felisha sempat mengawali laga dengan sedikit tertinggal. Chen Tang Jie/Toh Ee Wei tampil agresif sejak servis pertama, mencoba menekan pertahanan wakil Indonesia. Namun, dengan sigap dan fokus penuh, Jafar/Felisha berhasil mengejar ketertinggalan. Reli-reli panjang yang menguras tenaga mulai tersaji, menunjukkan kualitas kedua pasangan. Dengan kombinasi penempatan bola yang cerdik dari Felisha dan smes keras dari Jafar, mereka berhasil menyamakan kedudukan menjadi 7-7. Titik balik momentum terjadi setelah itu, di mana Jafar/Felisha sukses merebut empat angka beruntun, mengubah skor menjadi 11-7 saat interval. Keunggulan ini memberikan angin segar dan meningkatkan kepercayaan diri pasangan Indonesia.
Setelah jeda interval, Jafar/Felisha semakin memantapkan dominasi mereka. Pola permainan yang terstruktur rapi, dengan Jafar yang aktif di lini belakang untuk melakukan serangan dan Felisha yang cekatan di depan net untuk mematikan bola-bola pendek lawan, membuat Chen/Toh kesulitan mengembangkan permainan mereka. Meskipun Chen/Toh berusaha keras untuk mengejar dan beberapa kali berhasil mendekatkan selisih poin, Jafar/Felisha tetap tenang dan menjaga keunggulan mereka. Dengan kontrol penuh atas jalannya pertandingan, mereka berhasil mengamankan gim pertama dengan skor 21-17, memberikan sinyal positif bagi para pendukung Indonesia. Kemenangan di gim pembuka ini seolah menegaskan bahwa Jafar/Felisha siap bersaing di level tertinggi.
Namun, angin keberuntungan mulai bergeser di gim kedua. Jafar/Felisha kembali memulai dengan kurang mulus, membiarkan Chen/Toh unggul di awal. Pasangan Malaysia tampaknya telah mempelajari pola permainan Jafar/Felisha dan melakukan penyesuaian strategi. Chen/Toh mulai lebih berani dalam melakukan serangan, memanfaatkan celah-celah di pertahanan Indonesia, dan meningkatkan kecepatan permainan mereka. Meskipun Jafar/Felisha sempat memberikan perlawanan sengit dan mencoba mengejar ketertinggalan, mereka selalu berada di bawah tekanan. Saat interval gim kedua, Jafar/Felisha kembali tertinggal tipis 10-11. Ini adalah momen krusial, di mana Chen/Toh berhasil mempertahankan momentum positif mereka.
Setelah interval, performa Jafar/Felisha justru terlihat mengendur. Konsentrasi mereka sedikit buyar, dan beberapa kesalahan sendiri mulai muncul, baik dari pukulan yang terlalu panjang atau yang menyangkut di net. Kondisi ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Chen/Toh. Pasangan Malaysia tersebut meraih empat poin beruntun, memperlebar keunggulan mereka dan semakin menekan Jafar/Felisha. Upaya Jafar/Felisha untuk bangkit kembali terasa berat di bawah tekanan lawan yang semakin dominan. Pada akhirnya, Jafar/Felisha harus merelakan gim kedua jatuh ke tangan Chen/Toh dengan skor 16-21. Kekalahan ini memaksa pertandingan berlanjut ke gim penentuan, sebuah skenario yang selalu menegangkan di setiap turnamen.
Gim penentuan menjadi ajang pembuktian mental dan ketahanan fisik. Sayangnya, di gim ketiga ini, Jafar/Felisha tampak kesulitan menemukan ritme permainan terbaik mereka. Tekanan psikologis yang datang setelah kehilangan gim kedua terlihat memengaruhi akurasi pukulan dan pengambilan keputusan mereka. Berulang kali, Jafar/Felisha melakukan kesalahan sendiri yang tidak perlu, memberikan poin cuma-cuma kepada lawan. Pukulan-pukulan yang sebelumnya akurat kini seringkali melebar atau tidak melewati net.
Di sisi lain, Chen Tang Jie/Toh Ee Wei tampil semakin percaya diri. Mereka bermain lepas, dengan serangan-serangan yang semakin variatif dan pertahanan yang solid. Pasangan Malaysia ini berhasil merebut poin demi poin secara beruntun, membangun keunggulan yang signifikan. Jafar/Felisha tertinggal jauh 4-11 saat interval gim ketiga, sebuah defisit yang sangat sulit dikejar di level kompetisi seperti Japan Open.
Setelah jeda interval, Jafar/Felisha mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaga dan semangat mereka. Mereka berusaha keras untuk menekan dan memperkecil selisih poin, namun Chen/Toh sudah terlalu nyaman dengan keunggulan mereka. Meskipun ada beberapa momen di mana Jafar/Felisha berhasil meraih poin melalui upaya keras dan reli-reli panjang, kesalahan-kesalahan yang terus terjadi membuat mereka semakin tertinggal, hingga skor menunjukkan 9-16.
Perjuangan Jafar/Felisha akhirnya harus berakhir pada skor 12-21. Pukulan Felisha yang gagal menyeberangi net menjadi penutup dari laga yang melelahkan ini. Kemenangan Chen Tang Jie/Toh Ee Wei mengukuhkan langkah mereka ke perempat final, sementara Jafar/Felisha harus pulang lebih awal dari Japan Open 2025.
Dengan kekalahan ini, wakil ganda campuran Indonesia di Japan Open 2025 sudah habis. Ini tentu menjadi catatan penting bagi tim pelatih dan PBSI untuk melakukan evaluasi mendalam. Meskipun Jafar/Felisha adalah pasangan muda dengan potensi besar, konsistensi di bawah tekanan tinggi dan minimnya kesalahan sendiri menjadi kunci penting untuk bersaing di turnamen level atas. Kehilangan momentum di gim kedua dan banyaknya kesalahan di gim ketiga menjadi faktor utama yang menggagalkan langkah mereka.
Perjalanan Jafar Hidayatullah dan Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu di Japan Open 2025 memang terhenti di babak 16 besar. Namun, kekalahan ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, ini adalah pengalaman berharga yang akan mematangkan mental dan skill mereka. Dengan usia yang masih relatif muda, pasangan ini memiliki masa depan cerah di dunia bulutangkis internasional. Evaluasi menyeluruh terkait fisik, teknik, dan terutama mentalitas bertanding di bawah tekanan akan menjadi fokus utama untuk persiapan turnamen-turnamen berikutnya. Potensi mereka untuk menjadi ganda campuran top dunia sangat besar, dan dengan kerja keras serta bimbingan yang tepat, bukan tidak mungkin mereka akan bangkit lebih kuat di ajang-ajang mendatang, membawa nama harum Indonesia di panggung bulutangkis global.
