Comeback yang Belum Berbuah Manis: Anthony Sinisuka Ginting Terus Mencari Ritme Setelah Enam Bulan Cedera

Comeback yang Belum Berbuah Manis: Anthony Sinisuka Ginting Terus Mencari Ritme Setelah Enam Bulan Cedera

Kembalinya Anthony Sinisuka Ginting ke kancah kompetisi bulutangkis internasional setelah enam bulan absen karena cedera bahu, belum membuahkan hasil positif seperti yang diharapkan. Dalam ajang Japan Open 2025 yang bergengsi, Ginting harus tersingkir di babak pertama, menunjukkan bahwa proses pencarian ritme dan performa terbaiknya masih membutuhkan waktu. Meski demikian, kekalahan ini tidak menyurutkan semangat peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu, yang justru mengungkapkan rasa syukurnya bisa kembali berkompetisi setelah melalui masa-masa pemulihan yang panjang dan menantang.

Turnamen Malaysia Open 2025 pada bulan Januari lalu menjadi penampilan terakhir Ginting sebelum ia memutuskan untuk menepi dari lapangan bulutangkis. Cedera bahu yang dideritanya mengharuskannya menjalani proses rehabilitasi intensif, menjauhkannya dari hiruk pikuk kompetisi selama enam bulan penuh. Sebuah periode yang tidak mudah bagi seorang atlet profesional, di mana konsistensi latihan dan atmosfer pertandingan adalah elemen krusial dalam menjaga performa puncak. Japan Open 2025, yang merupakan turnamen BWF Super 750, dipilih Ginting sebagai panggung untuk mengakhiri masa hiatusnya dan menguji kembali kondisi fisiknya serta pola permainannya.

Namun, undian babak pertama mempertemukan Ginting dengan lawan yang tidak ringan, wakil tuan rumah yang juga merupakan salah satu rising star bulutangkis Jepang, Kodai Naraoka. Pertandingan yang berlangsung pada Rabu, 16 Juli 2025, di hadapan publik Jepang, menjadi ujian sesungguhnya bagi Ginting. Naraoka, yang dikenal dengan pertahanan solid dan stamina prima, mampu memanfaatkan kondisi Ginting yang belum sepenuhnya kembali ke performa terbaiknya. Ginting harus mengakui keunggulan Naraoka dalam dua game langsung dengan skor 13-21 dan 19-21.

Pada set pertama, Ginting terlihat kesulitan untuk mengembangkan permainannya yang agresif dan cepat. Beberapa kali pukulannya kurang akurat, dan serangan-serangan andalannya seringkali mampu dikembalikan oleh Naraoka yang tampil disiplin. Naraoka, dengan kesabarannya, memaksa Ginting untuk bermain dalam reli-reli panjang yang menguras tenaga, sebuah taktik yang mungkin belum bisa diimbangi sepenuhnya oleh Ginting yang baru pulih dari cedera. Keunggulan Naraoka di set pertama cukup telak, 13-21.

Memasuki set kedua, Ginting mencoba bangkit. Ia menunjukkan beberapa kilasan permainannya yang memukau, dengan smes-smes tajam dan penempatan bola yang cerdik. Sempat terjadi kejar-kejaran angka yang ketat, menunjukkan semangat juang Ginting yang tak pernah padam. Namun, di poin-poin krusial, Naraoka lebih tenang dan berhasil memanfaatkan beberapa kesalahan Ginting. Perbedaan tipis di akhir set kedua, 19-21, menjadi bukti bahwa Ginting sebenarnya memiliki potensi untuk memberikan perlawanan, namun masih ada aspek-aspek minor yang perlu diasah kembali, terutama konsistensi dan pengambilan keputusan di bawah tekanan.

Pasca-pertandingan, Ginting tidak menampik bahwa dirinya masih dalam proses adaptasi. "Saya mengaku belum menemukan ritme dan pola permainan saya," ujar Ginting, sebuah pengakuan jujur dari seorang atlet yang terbiasa tampil di level tertinggi. Namun, di balik kekalahan tersebut, tersimpan rasa syukur yang mendalam. "Saya sangat senang. Saya mengawali pekan di Jepang dengan penuh syukur, karena tidak mudah bagi saya melewati masa-masa sulit, enam bulan, dengan pemulihan dan sebagainya. Saya merindukan semua tentang turnamen," tambahnya, seperti dikutip dari situs resmi BWF.

Pernyataan Ginting ini memberikan gambaran jelas mengenai perjuangan mental dan fisik yang harus ia lalui. Cedera bahu, yang disinyalir sebagai strain atau peradangan pada otot rotator cuff, adalah mimpi buruk bagi seorang atlet bulutangkis yang sangat mengandalkan kekuatan dan fleksibilitas bahu dalam setiap pukulan. Enam bulan tanpa kompetisi berarti enam bulan fokus pada rehabilitasi, latihan penguatan, dan pemulihan, jauh dari gemuruh penonton dan tekanan pertandingan yang ia rindukan.

"Selama enam bulan, saya mengerjakan banyak hal. Saya mengalami cedera bahu dan ada hal yang harus dilakukan, jadi saya mencoba mengatasinya satu per satu dan tidak terburu-buru, menikmati setiap waktunya saya harus menjalani pemulihan," jelas Ginting. Ungkapan ini menunjukkan kedewasaan dan kesabarannya dalam menghadapi cobaan. Ia tidak terburu-buru untuk kembali, melainkan memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pemulihan dilakukan dengan benar dan hati-hati. Pendekatan ini sangat penting untuk mencegah cedera kambuh di kemudian hari dan memastikan keberlanjutan kariernya dalam jangka panjang.

Masa pemulihan bukan hanya tentang menyembuhkan fisik, tetapi juga tentang menjaga mental. Rasa frustrasi, keraguan, dan kecemasan seringkali menghantui atlet yang cedera. Namun, Ginting tampaknya mampu melewati fase tersebut dengan dukungan dari tim medis, pelatih, dan keluarganya. Keinginan kuat untuk kembali bertanding, merasakan atmosfer turnamen, dan berjuang di lapangan menjadi motivasi terbesarnya. Kekalahan di babak pertama Japan Open 2025 ini, bagi Ginting, lebih merupakan sebuah "pemanasan" atau pengujian awal, bukan akhir dari segalanya.

Kalender bulutangkis internasional cukup padat, dan Ginting tidak memiliki banyak waktu untuk berlarut-larut dalam kekalahan. Jadwal selanjutnya sudah menanti. Ia dijadwalkan akan tampil di China Open 2025, sebuah turnamen BWF Super 1000 yang akan digelar pada 22-27 Juli di Changzhou. China Open merupakan salah satu turnamen paling bergengsi di sirkuit BWF, dengan poin dan hadiah yang besar, serta diikuti oleh para pemain top dunia. Ini akan menjadi ujian yang lebih berat dan krusial bagi Ginting untuk melihat sejauh mana progres pemulihan dan penyesuaian permainannya.

Setelah China Open, tantangan yang lebih besar lagi menanti, yaitu Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2025 yang akan dihelat di Paris, Prancis, pada 25-31 Agustus. Kejuaraan Dunia adalah salah satu gelar paling didambakan dalam bulutangkis, setara dengan Olimpiade. Bagi Ginting, yang pernah meraih medali perunggu Olimpiade, gelar juara dunia tentu menjadi salah satu target utama dalam kariernya. Ini adalah ajang di mana setiap atlet akan mengerahkan segalanya untuk menjadi yang terbaik.

Peraih medali perunggu Olimpiade 2020 itu pun berharap bisa menemukan kembali permainannya sebelum Kejuaraan Dunia. "Masih ada satu bulan sebelum Kejuaraan Dunia, jadi saya akan mencoba memberikan yang terbaik di dua atau tiga turnamen sebelumnya dan mencoba bangkit," kata Ginting. Pernyataan ini menunjukkan tekadnya untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, termasuk China Open, untuk mematangkan permainannya. Satu bulan adalah waktu yang singkat untuk mengembalikan performa puncak, namun bagi seorang atlet sekelas Ginting, setiap sesi latihan dan setiap pertandingan adalah kesempatan untuk beradaptasi dan meningkatkan diri.

Keberhasilan seorang atlet kembali ke performa terbaiknya pasca-cedera parah adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh liku. Tidak ada jaminan kesuksesan instan, dan setiap kekalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Bagi Ginting, kekalahan di Japan Open 2025 adalah langkah pertama dari serangkaian langkah yang harus ia ambil untuk kembali ke jajaran elit tunggal putra dunia. Para penggemar bulutangkis di Indonesia dan seluruh dunia akan terus menantikan kebangkitan Ginting, sang "Giant Killer" yang dikenal dengan gaya bermainnya yang eksplosif dan tak kenal menyerah. Semangat dan ketekunannya dalam menghadapi cobaan ini akan menjadi inspirasi, dan diharapkan ia bisa kembali menunjukkan penampilan terbaiknya di panggung internasional dalam waktu dekat. Perjalanan Ginting untuk menemukan kembali ritme dan pola permainannya yang hilang selama enam bulan absen baru saja dimulai, dan tantangan di depan akan membentuknya menjadi pribadi dan atlet yang lebih kuat.

Comeback yang Belum Berbuah Manis: Anthony Sinisuka Ginting Terus Mencari Ritme Setelah Enam Bulan Cedera

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *