
Jakarta – Sektor keuangan nasional saat ini menghadapi gelombang ancaman baru yang semakin canggih dan sulit dideteksi: penipuan berbasis deepfake. Fenomena ini, yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan konten audio dan visual palsu yang sangat meyakinkan, telah menjadi perhatian utama bagi institusi finansial, khususnya dalam proses verifikasi identitas digital dan onboarding nasabah. Allo Bank Indonesia, sebagai salah satu bank digital terkemuka, bersama dengan Advance.AI, pemimpin dalam solusi identitas digital dan kecerdasan buatan, menyoroti urgensi untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat pertahanan digital di tengah transformasi layanan perbankan yang kian pesat.
Transformasi digital telah membawa kemudahan dan efisiensi yang luar biasa bagi nasabah dan penyedia layanan perbankan. Proses onboarding yang sepenuhnya digital, pengajuan pinjaman online, dan transaksi non-tunai menjadi standar baru yang didorong oleh ekspektasi pengguna dan kebutuhan pasar. Namun, di balik kemudahan ini, terbuka pula celah-celah baru yang rentan disalahgunakan oleh para pelaku kejahatan siber. Teknologi deepfake kini menjadi senjata ampuh bagi penipu, memungkinkan mereka untuk memalsukan identitas dengan tingkat akurasi yang mengkhawatirkan.
Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank, menjelaskan bahwa meningkatnya ketersediaan dan kemudahan akses terhadap konten buatan AI seperti wajah sintetis, suara tiruan, dan dokumen palsu telah membuat penipuan deepfake semakin meluas dan sulit dideteksi. "Proses onboarding digital memang memberikan kenyamanan dan efisiensi lebih bagi pengguna. Namun, kemudahan ini juga membuka celah baru bagi aksi penipuan, termasuk penyalahgunaan teknologi deepfake," ujar Ganda dalam sebuah acara diskusi meja bundar dengan media yang secara khusus membahas ancaman deepfake ini.
Para pelaku kejahatan siber kini semakin menyasar bank digital dan platform fintech yang sangat mengandalkan proses layanan mandiri jarak jauh. Modus operandi mereka pun semakin beragam, mulai dari serangan berbasis Electronic Know-Your-Customer (eKYC) sintetis, di mana penipu menggunakan identitas palsu yang dibuat dengan deepfake untuk membuka rekening baru, hingga penipuan lewat panggilan video multipihak yang memanipulasi citra atau suara eksekutif perusahaan untuk melakukan transfer dana ilegal. Tingginya volume transaksi online dan ketergantungan pada proses eKYC membuat sektor ini menjadi target empuk.
Dalam diskusi tersebut, sejumlah temuan mengkhawatirkan pun dibeberkan. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah kemampuan deepfake untuk melewati sistem deteksi liveness (keaslian manusia) yang selama ini diandalkan dalam proses verifikasi identitas. Deepfake dapat meniru gerakan wajah, kedipan mata, bahkan respons suara yang sangat mirip dengan manusia asli, sehingga sulit dibedakan oleh algoritma konvensional. Data menunjukkan peningkatan signifikan dalam upaya penipuan yang melibatkan identitas sintetis, menuntut bank untuk mengadopsi solusi yang jauh lebih canggih.
Melihat semakin kompleksnya modus penipuan dan pesatnya kemajuan teknologi deepfake, bank digital perlu mengadopsi langkah-langkah antisipatif yang seimbang. Ini bukan hanya tentang membangun tembok pertahanan yang tinggi, tetapi juga tentang memastikan pengalaman nasabah tetap mulus dan intuitif. Integrasi teknologi deteksi multidimensi dan sistem verifikasi berbasis AI menjadi kunci untuk memastikan perlindungan optimal bagi nasabah, tanpa mengorbankan kenyamanan.
"Bank digital perlu menerapkan strategi optimasi risiko yang mampu menyeimbangkan antara pengalaman nasabah dan aspek keamanan, guna menjaga kepuasan serta loyalitas jangka panjang," kata Ganda. Ia menambahkan bahwa kemitraan strategis dan jangka panjang Allo Bank dengan ADVANCE.AI, yang telah terjalin selama tiga tahun, memungkinkan Allo Bank untuk terus menghadirkan visi sebagai platform perbankan digital yang aman, sepenuhnya digital, dan berorientasi pada kebutuhan pengguna di Indonesia. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen kedua belah pihak untuk terus berinovasi dan berada selangkah di depan para penipu.
Untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang ini, Allo Bank dan ADVANCE.AI mendorong pelaku industri untuk menerapkan pendekatan ‘security-by-design’. Ini berarti sistem deteksi penipuan harus diintegrasikan sejak awal perancangan dan pengembangan produk atau layanan digital, bukan sebagai fitur tambahan yang ‘dibaut’ belakangan. Pendekatan ini memastikan keamanan tertanam secara menyeluruh sepanjang siklus hidup akun nasabah, mulai dari tahap akuisisi (onboarding), transaksi harian, hingga interaksi layanan pelanggan. Dengan demikian, risiko dapat diminimalisir secara proaktif, bukan reaktif.
Metode deteksi dan pencegahan penipuan yang direkomendasikan dan telah diterapkan dalam kemitraan ini mencakup beberapa lapisan pertahanan canggih:
- Deteksi Liveness Biometrik Tingkat Lanjut: Sistem ini tidak hanya mendeteksi gerakan sederhana, tetapi juga menganalisis tekstur kulit, pola pantulan cahaya, dan bahkan detak jantung mikro untuk membedakan antara wajah manusia asli dengan gambar, video, atau masker. Teknologi pasif dan aktif digunakan untuk memastikan keaslian individu yang sedang diverifikasi.
- Analisis Perilaku Anomali: Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, sistem memantau pola perilaku pengguna, seperti cara mereka mengetik, menggeser layar, atau menavigasi aplikasi. Perubahan mendadak dalam pola ini, yang mungkin mengindikasikan upaya penipuan, akan memicu peringatan.
- Verifikasi Identitas Multi-Sumber: Proses verifikasi tidak hanya bergantung pada satu dokumen identitas, melainkan juga membandingkan data yang diserahkan dengan berbagai basis data resmi dan sumber informasi terpercaya lainnya untuk memastikan konsistensi dan keaslian.
- Forensik Digital dan Analisis Metadata: Mengidentifikasi tanda-tanda manipulasi pada dokumen atau media digital, seperti perubahan pada metadata gambar atau video, distorsi piksel, atau ketidaksesuaian pola kompresi yang mengindikasikan deepfake.
- Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin (ML): Algoritma AI terus dilatih dengan data penipuan terbaru untuk secara otomatis mengidentifikasi pola-pola baru dan indikator deepfake yang mungkin luput dari deteksi manusia. Ini termasuk analisis suara untuk mendeteksi kloning suara dan analisis video untuk mengidentifikasi manipulasi wajah.
- Sistem Penilaian Risiko Adaptif: Membangun profil risiko untuk setiap transaksi dan pengguna, yang secara dinamis menyesuaikan tingkat keamanan berdasarkan faktor-faktor seperti lokasi, jenis transaksi, dan riwayat perilaku. Transaksi berisiko tinggi akan melalui lapisan verifikasi tambahan.
- Kerja Sama Industri dan Berbagi Informasi: Berpartisipasi dalam forum dan inisiatif berbagi informasi tentang ancaman siber dan modus penipuan terbaru antar lembaga keuangan dan penyedia teknologi untuk memperkuat pertahanan kolektif.
Anggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI, menekankan pentingnya pendekatan proaktif ini. "Evolusi teknologi deepfake yang begitu cepat dan dampaknya terhadap sektor keuangan menjadi ancaman serius bagi fondasi utama kepercayaan konsumen dalam perbankan digital," ujarnya. Menurutnya, pendekatan keamanan yang proaktif tidak hanya penting untuk melindungi pengguna dari potensi kerugian pribadi, tetapi juga krusial dalam menjaga reputasi institusi keuangan di mata publik. Kepercayaan nasabah adalah aset tak ternilai yang harus dijaga dengan segala cara.
Kemitraan antara Allo Bank dan Advance.AI tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada visi bersama untuk menciptakan ekosistem perbankan digital yang aman dan inovatif. "Di Advance.AI, kami berkomitmen mendukung bank digital seperti Allo Bank dalam menerapkan langkah-langkah keamanan yang inovatif sepanjang perjalanan nasabah, serta menetapkan standar baru dalam pengalaman perbankan digital," tutup Anggraini.
Ancaman deepfake adalah tantangan yang terus berkembang, menuntut respons yang adaptif dan kolaboratif dari seluruh ekosistem keuangan. Dengan investasi pada teknologi canggih, adopsi prinsip ‘security-by-design’, dan kemitraan strategis, Allo Bank dan Advance.AI memimpin jalan dalam membangun masa depan perbankan digital yang tidak hanya nyaman dan efisien, tetapi juga tangguh dan terpercaya di hadapan ancaman siber yang semakin kompleks. Upaya edukasi kepada nasabah juga menjadi krusial agar mereka dapat mengenali tanda-tanda penipuan dan turut serta dalam menjaga keamanan finansial mereka sendiri.
![]()