
Kejadian tak terduga yang melibatkan sebuah mobil listrik BYD Seal yang tiba-tiba mengeluarkan asap saat terparkir di garasi rumah pemiliknya, sempat menimbulkan kekhawatiran dan spekulasi luas di kalangan masyarakat, khususnya para pegiat dan calon pengguna kendaraan listrik. Insiden yang terjadi belum lama ini, di mana mobil tersebut berasap padahal tidak digunakan selama tiga hari, sontak memicu beragam pertanyaan mengenai keamanan baterai mobil listrik. Namun, setelah melalui proses investigasi mendalam yang melibatkan pihak BYD Indonesia dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), misteri di balik insiden ini akhirnya terungkap, memberikan kejelasan dan sekaligus meredakan kekhawatiran yang sempat muncul.
Kepanikan sempat menyelimuti pemilik BYD Seal ketika mendapati kendaraannya mengeluarkan asap dari bagian bawah, meskipun mobil dalam kondisi mati dan telah terparkir selama beberapa hari. Kejadian ini menjadi sorotan karena mobil listrik seringkali dikaitkan dengan isu keamanan baterai, terutama risiko kebakaran. Oleh karena itu, respons cepat dari BYD Indonesia untuk melakukan investigasi bersama dengan KNKT menjadi sangat krusial untuk menjaga kepercayaan publik dan memberikan penjelasan yang akurat. Proses investigasi yang transparan ini menjadi jaminan bahwa penyebab insiden akan diungkap secara objektif, menghindari spekulasi yang tidak berdasar.
Menurut Luther Pandjaitan, Head of Marketing, PR & Government Relations BYD Indonesia, hasil investigasi bersama KNKT secara gamblang menunjukkan bahwa insiden asap tersebut disebabkan oleh faktor eksternal. "Saya informasikan lagi bahwa kita telah melakukan investigasi bersama dengan KNKT. Dan saat itu kita juga sudah mengeluarkan hasil dari investigasinya. Bahwa ini adalah kondisi yang diakibatkan faktor eksternal. Bisa saja berupa gigitan serangga atau gigitan hewan pengerat," ujar Luther, seperti dikutip Antara. Pernyataan ini secara tegas menepis dugaan awal yang mungkin mengarah pada kerusakan sistem internal atau baterai utama kendaraan, yang merupakan komponen paling vital dan seringkali menjadi perhatian utama dalam diskusi mengenai keamanan mobil listrik.
Baca Juga:
- Persaingan Sengit Big Skutik 150cc: Honda PCX 160 Terbaru Lawan Yamaha NMAX Turbo di Juli 2025
- Pedro Acosta Frustrasi, Mengincar Ducati di Tengah Krisis KTM: Duel Ambisi dan Realitas MotoGP 2025
- SOCI Jelajahi Pantai Selatan Jawa dalam Touring Epik ‘Discover South Coast of Java’
- Estimasi Biaya Perpanjangan SIM Terbaru 2024: Siapkan Dana Hingga Rp 265 Ribu, Termasuk Kenaikan Biaya Tes Psikologi
- Ferrari Amalfi: Gerbang Termurah Menuju Dunia Kuda Jingkrak, Namun Tetap Eksklusif di Indonesia
Penjelasan lebih lanjut menegaskan bahwa sumber asap bukanlah dari baterai utama (high-voltage battery) yang berfungsi menggerakkan mobil, melainkan dari baterai tegangan rendah (low voltage battery). Ini adalah poin krusial yang harus dipahami oleh masyarakat. Baterai tegangan rendah ini, seringkali disamakan dengan aki pada mobil konvensional, memiliki fungsi yang berbeda dan tingkat risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan baterai utama. "Jadi low voltage battery itu sama seperti aki. Memang materialnya itu tidak sama seperti aki kendaraan biasa ya. Dan itu memang dia hanya berasap dampak dari adanya gigitan hewan pengerat tersebut," jelas Luther. Asap yang muncul adalah konsekuensi dari korsleting yang terjadi pada baterai tegangan rendah akibat gigitan hewan pengerat, bukan karena kegagalan sistematis atau cacat produksi pada baterai utama kendaraan.
Untuk memahami lebih jauh, penting untuk membedakan peran kedua jenis baterai ini dalam mobil listrik. Baterai tegangan rendah, umumnya bertegangan 12 volt, berfungsi layaknya aki pada mobil konvensional. Tugas utamanya adalah menyuplai daya untuk sistem kelistrikan bertegangan rendah, seperti menyalakan lampu-lampu interior dan eksterior, sistem infotainment, sistem keamanan, serta yang paling vital, untuk mengaktifkan sistem mobil ketika pengemudi menekan tombol starter atau power. Tanpa baterai 12V ini, mobil listrik tidak akan bisa "bangun" dari mode tidur, meskipun baterai utamanya penuh. Sementara itu, high-voltage battery atau baterai tegangan tinggi adalah jantung dari sistem propulsi mobil listrik. Baterai inilah yang menyimpan energi dalam jumlah besar untuk menggerakkan motor listrik yang memutar roda, memungkinkan mobil untuk melaju dengan kecepatan tinggi dan menempuh jarak jauh. Kapasitasnya jauh lebih besar dan teknologinya lebih kompleks untuk menangani daya yang sangat besar.
Peristiwa korsleting akibat gigitan hewan pengerat bukanlah hal baru dalam dunia otomotif, baik pada mobil konvensional maupun listrik. Kabel-kabel kelistrikan yang terbuat dari bahan isolator seringkali menjadi target gigitan tikus atau serangga karena tekstur dan baunya yang mungkin menarik bagi mereka, atau hanya sekadar untuk mengasah gigi. Ketika isolasi kabel terkikis, ini dapat menyebabkan kontak langsung antara kabel positif dan negatif, memicu korsleting. Korsleting ini menghasilkan panas berlebih, yang kemudian dapat menyebabkan asap, bau hangus, bahkan api jika tidak segera ditangani. Lokasi baterai tegangan rendah pada BYD Seal yang berada di bawah jok penumpang belakang, meskipun dirancang untuk keamanan, tetap tidak luput dari potensi gangguan eksternal seperti ini. Desain interior mobil yang menyediakan celah atau ruang tersembunyi bisa menjadi jalur masuk bagi hewan pengerat yang mencari tempat berlindung atau makanan.
Yang menarik dari spesifikasi BYD Seal adalah penggunaan baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) untuk sistem tegangan rendah 12 volt-nya. Ini berbeda dengan kebanyakan mobil konvensional atau bahkan beberapa mobil listrik lainnya yang masih menggunakan aki timbal-asam (lead-acid battery) sebagai baterai 12V. Penggunaan teknologi LFP untuk baterai tegangan rendah ini diklaim oleh BYD menawarkan sejumlah manfaat signifikan. Pertama, bobotnya enam kali lebih ringan dibandingkan dengan baterai tegangan rendah konvensional, yang berkontribusi pada efisiensi keseluruhan kendaraan. Kedua, konsumsi dayanya lima kali lebih baik, menunjukkan efisiensi energi yang lebih tinggi dalam menyuplai kebutuhan listrik sistem tegangan rendah. Ketiga, masa pakainya diklaim bisa mencapai hingga 15 tahun, jauh melampaui usia pakai rata-rata aki timbal-asam yang biasanya hanya bertahan 2-5 tahun. Ini menunjukkan komitmen BYD terhadap inovasi dan durabilitas bahkan pada komponen yang seringkali dianggap sepele. Selain itu, baterai tegangan rendah LFP ini juga dapat dicas secara otomatis menggunakan high-voltage battery pada kondisi tertentu, menjamin pasokan daya yang stabil untuk sistem kelistrikan mobil.
Keterlibatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam investigasi ini juga patut digarisbawahi. KNKT adalah lembaga independen yang bertugas melakukan investigasi kecelakaan transportasi untuk mencari tahu penyebabnya dan mengeluarkan rekomendasi keselamatan, bukan untuk mencari pihak yang bersalah. Kehadiran KNKT dalam kasus ini memberikan lapisan kredibilitas tambahan pada hasil investigasi. Laporan dan kesimpulan yang dikeluarkan oleh KNKT memiliki bobot yang kuat di mata publik dan industri, karena mereka beroperasi tanpa konflik kepentingan dan berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah serta teknis. Ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap teknologi kendaraan listrik yang masih relatif baru di Indonesia.
Insiden ini, meskipun menimbulkan kekhawatiran awal, pada akhirnya menjadi pelajaran berharga bagi konsumen dan industri. Bagi konsumen, ini adalah pengingat bahwa mobil listrik, seperti halnya mobil konvensional, tetap rentan terhadap faktor eksternal seperti gangguan hewan pengerat. Penting bagi pemilik kendaraan untuk melakukan pemeriksaan rutin dan mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti menjaga kebersihan garasi, menggunakan penghalau tikus, atau melakukan inspeksi visual berkala pada area-area yang rentan terhadap gigitan. Bagi industri, ini adalah kesempatan untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai perbedaan antara komponen-komponen vital pada mobil listrik dan bagaimana setiap komponen tersebut berfungsi serta potensi risikonya.
Peristiwa ini juga memperkuat pesan bahwa mobil listrik, khususnya BYD Seal, memiliki standar keamanan yang tinggi, di mana sistem baterai utamanya dirancang dengan berbagai lapisan perlindungan untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan. Hasil investigasi ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran publik dan mendorong adopsi kendaraan listrik di Indonesia, yang merupakan bagian dari upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Dengan informasi yang akurat dan transparan, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi dan merasa lebih yakin dalam beralih ke mobilitas listrik yang berkelanjutan. Insiden BYD Seal yang berasap ini, pada akhirnya, justru menjadi bukti dari ketangguhan sistem keamanan mobil listrik, di mana bahkan ketika terjadi insiden, penyebabnya dapat diidentifikasi secara jelas dan bukan berasal dari cacat desain atau produksi yang membahayakan. Ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang komprehensif tentang teknologi kendaraan listrik dan mitigasi risiko yang tepat.
