
Jakarta – Langkah Tim Nasional Indonesia yang berhasil menembus Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah memicu gelombang optimisme baru, sekaligus menuntut strategi yang lebih ambisius dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Menyadari bahwa tantangan di fase ini akan jauh lebih berat, PSSI tidak tinggal diam. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara eksplisit menyatakan bahwa federasi sedang bergerak cepat untuk memperkuat skuad Garuda, khususnya di lini serang, dengan mendatangkan dua pemain keturunan baru yang telah berkomitmen untuk bergabung. Keputusan ini menunjukkan keseriusan PSSI dalam mewujudkan mimpi besar tampil di panggung Piala Dunia.
Pernyataan krusial tersebut disampaikan Erick Thohir kepada awak media pada Jumat, 18 Juli 2025. “Kami sedang mendorong beberapa tambahan. Seperti apa, saya belum bisa ngomong. Tapi ada dua tambahan yang kami sedang seriuskan,” ujar Erick, menegaskan komitmen PSSI untuk terus meningkatkan kualitas tim. Lebih lanjut, Erick mengungkapkan kabar gembira bahwa kedua pemain tersebut telah memberikan persetujuan mereka. “Dan sepertinya tadi malam (Kamis, 17 Juli), dua-duanya sudah berkomitmen untuk bergabung,” tambahnya, memberikan detail waktu yang menunjukkan betapa cepatnya proses negosiasi dan pengambilan keputusan. Fokus utama penambahan ini adalah di lini depan, sebuah area yang memang sangat dibutuhkan Timnas Indonesia. “Ya pemain depan. Kalau bek tengah, kanan, kiri sudah banyak, ya jadi pemain depan lah,” ucap Erick, menggarisbawahi prioritas PSSI saat ini.
Kebutuhan akan pemain depan yang berkualitas memang menjadi sorotan utama. Meskipun Timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam organisasi permainan, soliditas pertahanan, dan kreativitas di lini tengah, sektor penyerangan masih kerap menjadi pekerjaan rumah. Konsistensi dalam mencetak gol, kemampuan menciptakan peluang dari situasi sulit, serta naluri gol yang tajam adalah atribut yang sangat diharapkan dapat dibawa oleh para penyerang baru ini. Selama ini, Timnas kerap mengandalkan gol dari gelandang atau sayap, sementara penyerang murni belum menunjukkan ketajaman yang konsisten di level internasional. Kehadiran pemain-pemain naturalisasi sebelumnya seperti Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick memang memberikan dimensi baru, namun kedalaman skuad dan opsi penyerangan yang lebih bervariasi tetap menjadi kunci untuk bersaing di level tertinggi.
Dua pemain depan yang disebutkan Erick Thohir ini bukan termasuk Mauro Zijlstra, penyerang muda dari FC Volendam yang proses naturalisasinya sudah mendekati rampung. Mauro, yang kini berusia 20 tahun, dipersiapkan untuk memperkuat Timnas Indonesia kelompok usia, khususnya U-23, sebelum kemudian berpotensi naik ke tim senior. Erick Thohir menjelaskan status Mauro, “Sedang proses dari pemerintah ke DPR, kita tunggu saja. Mauro Zijlstra sekarang sudah ada, tentu ada prosesnya.” Mengenai potensi Mauro, Erick Thohir menyinggung fenomena Lamine Yamal, pemain muda Barcelona yang bersinar di usia belia. “Nah dia (Mauro) umurnya 20 tahun, tapi di sepakbola modern, Lamine Yamal saja masih muda bisa bagus. Tapi jangan terburu-buru, biarkan dia main dulu di U-23, siapa tahu bagus,” tuturnya, menunjukkan pendekatan PSSI yang hati-hati namun visioner dalam mengembangkan talenta muda. Penempatan Mauro di tim U-23 memberikan waktu baginya untuk beradaptasi dengan iklim sepak bola Indonesia dan mengembangkan potensinya tanpa tekanan langsung dari tim senior.
Gelombang naturalisasi yang terus digulirkan PSSI bukanlah tanpa alasan. Sejak Timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Erick Thohir dan Shin Tae-yong menunjukkan progres signifikan, terutama dengan lolos ke babak gugur Piala Asia 2023 dan kini mencapai Ronde Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, standar dan ekspektasi semakin tinggi. Keberhasilan mendapatkan pemain-pemain keturunan berkualitas seperti Jay Idzes, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, dan Justin Hubner telah terbukti mampu meningkatkan level kompetitif tim secara drastis. Para pemain ini tidak hanya membawa kualitas teknis, tetapi juga mentalitas bermain di liga-liga Eropa yang kompetitif. Keberadaan mereka telah mengubah Timnas Indonesia dari tim yang kerap diremehkan menjadi kuda hitam yang patut diperhitungkan di Asia.
Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah panggung yang sama sekali berbeda. Di fase ini, Indonesia akan berhadapan dengan tim-tim raksasa Asia yang secara historis memiliki kekuatan dan pengalaman jauh di atas rata-rata, seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Australia, dan Arab Saudi. Format kompetisi yang lebih ketat, di mana hanya sedikit tim yang akan melaju ke Piala Dunia, menuntut kesiapan skuad yang benar-benar prima di setiap lini. Oleh karena itu, penambahan dua penyerang keturunan baru ini adalah langkah strategis untuk memastikan Timnas memiliki daya gempur yang memadai untuk menembus pertahanan tim-tim kuat tersebut. Mereka diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah kreativitas dan efektivitas di sepertiga akhir lapangan, yang seringkali menjadi penentu hasil pertandingan ketat.
Proses naturalisasi pemain di Indonesia melibatkan tahapan yang cukup panjang dan kompleks, dimulai dari rekomendasi PSSI, persetujuan Kementerian Pemuda dan Olahraga, kemudian dibahas di DPR RI untuk mendapatkan persetujuan, hingga akhirnya diterbitkan Keputusan Presiden. Setelah itu, pemain harus mengucapkan sumpah setia sebagai Warga Negara Indonesia dan mengurus pergantian federasi di FIFA. Proses ini membutuhkan koordinasi yang kuat antar lembaga dan komitmen penuh dari sang pemain. Kecepatan PSSI dalam mengamankan komitmen dua penyerang ini menunjukkan efisiensi dan fokus tinggi yang diterapkan federasi di bawah kepemimpinan Erick Thohir.
Langkah PSSI ini juga mencerminkan visi jangka panjang untuk membangun Timnas Indonesia yang kuat dan berkelanjutan. Naturalisasi bukanlah satu-satunya jalan, melainkan bagian dari strategi komprehensif yang juga mencakup pengembangan pemain muda melalui program-program PSSI, peningkatan kualitas liga domestik, dan peningkatan kualitas pelatih. Namun, untuk target jangka pendek seperti Kualifikasi Piala Dunia, naturalisasi menjadi jalan pintas yang efektif untuk meningkatkan kualitas tim secara instan.
Kehadiran dua penyerang baru ini akan memicu antusiasme besar di kalangan penggemar sepak bola Indonesia. Harapan akan terciptanya lini serang yang lebih tajam dan produktif akan melambung tinggi. Tentu saja, integrasi pemain baru ke dalam tim asuhan Shin Tae-yong akan menjadi tantangan tersendiri, mengingat waktu yang terbatas dan adaptasi dengan gaya bermain serta rekan-rekan setim. Namun, dengan pengalaman para pemain naturalisasi sebelumnya, proses adaptasi diharapkan bisa berjalan lancar.
Dengan semakin dekatnya Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, setiap keputusan PSSI akan sangat krusial. Penambahan dua penyerang keturunan baru ini adalah bukti nyata dari keseriusan federasi untuk tidak hanya sekadar berpartisipasi, tetapi juga bersaing secara kompetitif demi meraih tiket ke Piala Dunia. Mimpi jutaan rakyat Indonesia untuk melihat Timnas berlaga di ajang sepak bola terbesar dunia kini terasa semakin nyata, didukung oleh strategi PSSI yang berani dan visioner. Perjalanan masih panjang dan berat, namun dengan kekuatan baru di lini depan, Timnas Indonesia siap menghadapi tantangan demi mengukir sejarah.
