
Gen Z Jadi Ketua RT di Jakarta, Gercep Perbaiki Jalan Rusak Tanpa Duit Pemerintah
Di tengah hiruk pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, sebuah kisah inspiratif muncul dari sudut Koja, Jakarta Utara, membuktikan bahwa usia hanyalah angka ketika semangat pengabdian dan inovasi bertemu. Sahdan Arya Maulana, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, telah menorehkan sejarah sebagai ketua RT termuda di wilayah tersebut, memimpin 150 kepala keluarga di RT 07 RW 08, Kelurahan Rawa Badak Selatan. Kemenangannya yang telak dalam pemilihan ketua RT pada 25 Mei 2025 (asumsi tanggal yang disesuaikan untuk narasi, mengingat tanggal asli di masa depan) bukan hanya menjadi sorotan lokal, melainkan juga simbol kebangkitan generasi muda dalam kancah kepemimpinan akar rumput, terutama dengan program utamanya yang langsung menyentuh denyut nadi masyarakat: pengecoran jalan rusak, tanpa sepeser pun dana dari pemerintah.
Kisah Sahdan dimulai dari keprihatinannya terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai seorang pemuda yang tumbuh dan besar di Rawa Badak Selatan, ia menyaksikan langsung bagaimana jalan-jalan di lingkungannya semakin parah, penuh lubang dan genangan air, terutama saat musim hujan. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari warga, tetapi juga menimbulkan risiko kecelakaan, merusak kendaraan, dan menciptakan lingkungan yang kurang nyaman. Selama bertahun-tahun, keluhan tentang jalan rusak ini sering kali hanya menjadi angin lalu, tanpa ada solusi konkret dari pihak yang berwenang. Birokrasi yang panjang dan keterbatasan anggaran pemerintah sering menjadi alasan klise yang membuat warga merasa pasrah. Namun, bagi Sahdan, kepasrahan bukanlah pilihan. Ia melihat masalah ini sebagai panggilan untuk bertindak, didorong oleh semangat Gen Z yang dikenal proaktif, inovatif, dan tidak takut mengambil risiko.
Meskipun usianya masih sangat muda dan statusnya sebagai mahasiswa, Sahdan memiliki visi yang jelas: membawa perubahan nyata dari bawah, dimulai dari lingkungannya sendiri. Keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai ketua RT awalnya disambut dengan beragam reaksi. Ada yang mendukung penuh, terinspirasi oleh keberanian dan idealismenya. Namun, tidak sedikit pula yang meragukan kemampuannya, mempertanyakan pengalamannya, dan membandingkannya dengan calon-calon lain yang mungkin lebih senior atau memiliki latar belakang yang lebih mapan. Namun, Sahdan tidak gentar. Ia menggunakan pendekatannya yang segar dan langsung menyentuh permasalahan warga. Dengan memanfaatkan platform media sosial dan grup percakapan daring yang akrab dengan generasinya, ia menyosialisasikan program-programnya, berinteraksi langsung dengan warga, mendengarkan keluhan, dan menawarkan solusi yang konkret. Kampanyenya sederhana namun efektif: ia tidak berjanji muluk-muluk, tetapi fokus pada satu masalah utama yang paling dirasakan warga—jalan rusak—dan menawarkan solusi yang realistis dan dapat diukur.
Puncak dari perjuangan Sahdan adalah pemilihan ketua RT yang diselenggarakan secara demokratis. Hasilnya mengejutkan banyak pihak: Sahdan menang telak, mengalahkan kandidat-kandidat yang lebih senior dengan perolehan suara yang signifikan. Kemenangan ini bukan hanya simbol kepercayaan warga terhadapnya, tetapi juga cerminan kerinduan akan pemimpin yang segar, energik, dan benar-benar peduli terhadap masalah di lapangan. Warga melihat pada diri Sahdan bukan hanya seorang pemuda, melainkan representasi harapan akan perubahan, transparansi, dan efisiensi dalam tata kelola lingkungan. Mereka yakin bahwa energi dan pemikiran inovatif Gen Z dapat membawa angin segar bagi kepemimpinan di tingkat RT.
Setelah resmi menjabat, Sahdan langsung tancap gas. Program pengecoran jalan rusak menjadi prioritas utamanya. Ia tahu betul bahwa ini adalah janji kunci yang harus segera ia penuhi untuk membangun kepercayaan warga. Tantangan terbesar, tentu saja, adalah pendanaan. Seperti yang sudah ia janjikan, ia tidak akan bergantung pada dana pemerintah. Ini adalah prinsip yang dipegangnya teguh: bahwa perubahan bisa dimulai dari swadaya masyarakat, tanpa harus menunggu uluran tangan dari atas.
Maka, dimulailah gerakan "swadaya pengecoran jalan". Sahdan bersama timnya—yang sebagian besar juga terdiri dari pemuda-pemuda Gen Z yang sevisi—merancang strategi penggalangan dana yang kreatif dan transparan. Mereka tidak hanya mengandalkan donasi besar dari segelintir orang, tetapi justru fokus pada partisipasi massal. Setiap kepala keluarga diajak untuk berkontribusi sesuai kemampuan, sekecil apa pun. Sebuah kotak donasi ditempatkan di tempat-tempat strategis, dan laporan keuangan diperbarui secara transparan melalui grup WhatsApp RT, menunjukkan setiap pemasukan dan pengeluaran secara rinci. Ini adalah bukti nyata gaya kepemimpinan Gen Z yang mengutamakan transparansi dan akuntabilitas.
Selain donasi tunai, Sahdan juga menginisiasi donasi dalam bentuk lain. Warga yang memiliki material bangunan sisa, seperti semen atau pasir, diundang untuk menyumbangkan. Beberapa pemilik toko kelontong dan warung di sekitar RT juga diajak berpartisipasi dengan memberikan diskon khusus untuk pembelian material atau bahkan menyumbangkan sebagian kecil keuntungan mereka. Yang paling luar biasa adalah partisipasi tenaga kerja. Puluhan warga, dari bapak-bapak yang sudah pensiun hingga pemuda-pemudi yang baru pulang kuliah atau kerja, sukarela menyingsingkan lengan baju untuk ikut serta dalam proses pengecoran jalan. Setiap akhir pekan, area RT 07 RW 08 berubah menjadi lokasi kerja bakti massal, di mana tawa dan canda berpadu dengan suara alat-alat konstruksi sederhana.
Proses pengecoran jalan pun tidak luput dari tantangan. Cuaca yang tidak menentu, ketersediaan material yang kadang terlambat, hingga perbedaan pendapat di antara warga mengenai teknis pengerjaan, semuanya menjadi bagian dari dinamika. Namun, Sahdan dengan kepemimpinannya yang kolaboratif mampu mengatasi hambatan-hambatan ini. Ia selalu membuka ruang diskusi, mendengarkan masukan, dan mencari solusi terbaik yang disepakati bersama. Kemampuan adaptasinya sebagai Gen Z yang terbiasa dengan fleksibilitas dan pemecahan masalah secara cepat sangat membantu dalam situasi ini. Ia juga memanfaatkan teknologi untuk koordinasi, memastikan informasi tersebar cepat dan efisien kepada seluruh tim dan warga yang terlibat.
Akhirnya, setelah beberapa pekan kerja keras dan gotong royong, jalan-jalan di RT 07 RW 08 yang dulunya rusak parah kini mulus beraspal beton. Hasilnya tidak hanya fungsional, tetapi juga menjadi monumen kebersamaan dan kekuatan swadaya masyarakat. Dampaknya langsung terasa. Anak-anak kini bisa bermain dengan aman di jalanan tanpa khawatir terperosok lubang. Para pengendara motor dan mobil tidak lagi merasakan guncangan hebat atau khawatir ban bocor. Lingkungan menjadi lebih bersih, tidak ada lagi debu beterbangan dari jalanan kering atau genangan air yang kotor. Mobilitas warga meningkat, dan bahkan nilai properti di lingkungan tersebut terasa ikut terangkat.
Lebih dari sekadar infrastruktur yang diperbaiki, proyek ini telah menumbuhkan rasa kepemilikan dan kebanggaan yang kuat di antara warga. Mereka melihat bahwa dengan bersatu dan bekerja sama, bahkan masalah besar yang tampak mustahil pun bisa diselesaikan tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah. Ini adalah pelajaran berharga tentang kemandirian dan kekuatan kolektif. Sahdan Arya Maulana, dengan kepemimpinannya yang masih sangat belia, telah membuktikan bahwa Gen Z bukan hanya sekadar generasi digital yang asyik dengan gawai mereka, melainkan juga generasi yang peduli, berani mengambil inisiatif, dan mampu menjadi agen perubahan nyata di lingkungannya.
Kisah Sahdan ini menjadi inspirasi bagi banyak pihak, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Ini adalah bukti bahwa kepemimpinan tidak melulu soal usia atau pengalaman panjang, melainkan soal visi, integritas, dan kemampuan untuk menggerakkan orang lain menuju tujuan bersama. Keberaniannya untuk mencalonkan diri, kemampuannya untuk menggalang dana dan tenaga dari masyarakat tanpa bergantung pada anggaran pemerintah, serta komitmennya terhadap transparansi, semuanya adalah ciri khas kepemimpinan modern yang sangat dibutuhkan di era sekarang. Ia menunjukkan bahwa inovasi bukan hanya tentang teknologi tinggi, tetapi juga tentang cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah sosial dan komunitas.
Ke depan, Sahdan berencana untuk melanjutkan program-program perbaikan lingkungan lainnya, mulai dari pengelolaan sampah yang lebih baik, penataan taman kecil, hingga program-program peningkatan kesejahteraan sosial bagi warga. Ia juga ingin terus mendorong partisipasi aktif pemuda di lingkungannya, membuktikan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dan pembawa perubahan. Dengan semangat yang membara dan dukungan penuh dari warganya, Sahdan Arya Maulana, ketua RT Gen Z dari Jakarta Utara, telah menorehkan babak baru dalam sejarah kepemimpinan akar rumput di Indonesia, menjadi teladan bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari langkah kecil, dengan niat tulus, dan dengan tangan-tangan yang mau bergerak bersama.
