
Jakarta – Larry Ellison, salah satu pendiri, Ketua Dewan Direksi, dan Chief Technology Officer (CTO) raksasa teknologi perangkat lunak Oracle, baru-baru ini melampaui CEO Meta Platforms Mark Zuckerberg, mengukuhkan posisinya sebagai orang terkaya kedua di dunia. Prestasi monumental ini tidak hanya menandai kebangkitan kembali seorang veteran teknologi, tetapi juga menyoroti strategi dan kinerja gemilang Oracle di tengah lanskap digital yang terus berubah.
Menurut data terbaru dari Bloomberg Billionaires Index, kekayaan bersih Ellison yang kini berusia 80 tahun telah mencapai angka fantastis USD 251 miliar. Lonjakan signifikan sebesar USD 59 miliar hanya dalam tahun ini saja telah mendorongnya melewati Zuckerberg, yang kini berada di posisi ketiga. Kenaikan dramatis ini sebagian besar dipicu oleh kinerja saham Oracle yang melonjak, mencerminkan kepercayaan investor terhadap arah strategis perusahaan, khususnya dalam dominasi pasar database dan ekspansi agresif di sektor komputasi awan.
Saham Oracle melonjak 5,7% pada Selasa, 15 Juli, menyusul berita penting bahwa Amerika Serikat akan mengizinkan pembuat chip terkemuka seperti Nvidia dan Advanced Micro Devices Inc. (AMD) untuk mengekspor beberapa produk semikonduktor mereka ke China. Meskipun Oracle bukan produsen chip, berita ini secara tidak langsung memberi sentimen positif bagi seluruh ekosistem teknologi, khususnya perusahaan-perusahaan yang bergantung pada infrastruktur komputasi canggih untuk layanan cloud dan kecerdasan buatan. Bulan lalu, Ellison juga telah mendulang tambahan USD 26 miliar ke kekayaan bersihnya karena kenaikan saham Oracle yang konsisten, menunjukkan momentum positif yang berkelanjutan.
Siapa Larry Ellison? Arsitek di Balik Imperium Oracle
Untuk memahami lonjakan kekayaan Larry Ellison, penting untuk menyelami perjalanan hidup dan kariernya yang luar biasa. Lahir dengan nama Lawrence Joseph Ellison di New York City pada 17 Agustus 1944, Ellison diadopsi dan dibesarkan di Chicago oleh bibi dan pamannya. Latar belakangnya yang sederhana tidak menyiratkan masa depan sebagai salah satu titan teknologi dunia. Ia sempat mengenyam pendidikan di University of Illinois at Urbana-Champaign dan University of Chicago, namun tidak pernah menyelesaikan gelar sarjananya.
Minatnya pada komputer dan pemrograman mulai tumbuh saat ia bekerja di berbagai perusahaan teknologi di awal kariernya, termasuk Ampex Corporation. Di sanalah ia terlibat dalam proyek basis data untuk CIA, yang memberinya wawasan mendalam tentang potensi sistem manajemen basis data relasional (RDBMS). Pada tahun 1977, bersama dua rekannya, Bob Miner dan Ed Oates, Ellison mendirikan Software Development Laboratories (SDL), yang kemudian berganti nama menjadi Relational Software Inc., dan akhirnya menjadi Oracle Systems Corporation pada tahun 1982, diambil dari nama proyek basis data CIA tersebut.
Visi Ellison adalah menciptakan basis data relasional komersial pertama di dunia, yang dapat berjalan di berbagai jenis komputer. Pada saat itu, IBM telah mengembangkan konsep basis data relasional, tetapi Ellison dan timnya melihat peluang untuk mengkomersialkannya secara lebih luas. Keberanian ini terbayar lunas. Oracle segera menjadi pemain dominan di pasar basis data, produk yang menjadi tulang punggung bagi hampir setiap perusahaan besar di dunia. Dari bank, maskapai penerbangan, hingga pemerintahan, semua mengandalkan teknologi basis data Oracle untuk menyimpan dan mengelola data penting mereka.
Selama beberapa dekade, Ellison dikenal sebagai pemimpin yang karismatik namun juga agresif dan sangat kompetitif. Ia tidak segan-segan menghadapi pesaing atau mengambil risiko besar demi pertumbuhan Oracle. Di bawah kepemimpinannya, Oracle melakukan serangkaian akuisisi strategis yang mengubah lanskap industri perangkat lunak, termasuk Peoplesoft (2005), Siebel Systems (2005), BEA Systems (2008), dan yang paling fenomenal adalah Sun Microsystems (2010), yang membawa Java dan Solaris di bawah payung Oracle. Akuisisi-akuisi ini tidak hanya memperluas portofolio produk Oracle tetapi juga memberinya pijakan kuat di berbagai segmen pasar perangkat lunak enterprise.
Transformasi Oracle dan Dorongan Awan
Meskipun Oracle telah lama menjadi raksasa di segmen perangkat lunak on-premise, Ellison menyadari bahwa masa depan ada di komputasi awan. Awalnya, Oracle sempat tertinggal dari para pesaing seperti Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure dalam transisi ke cloud. Namun, Ellison tidak menyerah. Ia memimpin transformasi radikal dalam strategi perusahaan, menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun Oracle Cloud Infrastructure (OCI) dan mengembangkan aplikasi berbasis cloud seperti Oracle Fusion Cloud Applications dan NetSuite.
Upaya ini mulai membuahkan hasil signifikan dalam beberapa tahun terakhir. OCI, yang awalnya menghadapi skeptisisme, kini menawarkan kinerja dan harga yang kompetitif, menarik pelanggan baru, termasuk beberapa perusahaan besar yang mencari alternatif dari penyedia cloud dominan. Selain itu, aplikasi cloud Oracle, seperti ERP dan CRM, telah menjadi pilihan utama bagi banyak perusahaan yang ingin memodernisasi operasi mereka tanpa harus sepenuhnya meninggalkan ekosistem Oracle yang sudah ada. Lonjakan saham Oracle adalah cerminan langsung dari keberhasilan strategi cloud ini, yang kini menjadi mesin pertumbuhan utama perusahaan.
Kinerja Oracle yang kuat juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan layanan infrastruktur cloud dan aplikasi yang didukung AI. Dengan maraknya kecerdasan buatan, perusahaan membutuhkan kekuatan komputasi yang besar dan basis data yang efisien untuk memproses data. OCI telah memposisikan dirinya sebagai platform yang ideal untuk beban kerja AI, menyediakan sumber daya komputasi yang dibutuhkan dan kemampuan manajemen data yang superior. Berita tentang pelonggaran pembatasan ekspor chip ke China, meskipun tidak langsung terkait dengan Oracle, menunjukkan bahwa permintaan global untuk teknologi canggih tetap tinggi, yang pada akhirnya akan mendorong investasi lebih lanjut dalam infrastruktur cloud seperti yang ditawarkan Oracle.
Lanskap Miliarder Global: Siapa Saja yang Berada di Puncak?
Pergeseran posisi di jajaran orang terkaya dunia selalu menjadi sorotan, mencerminkan dinamika ekonomi global dan inovasi teknologi. Berikut adalah urutan lima besar orang terkaya dunia saat ini mengutip Bloomberg Billionaires Index:
-
CEO Tesla Elon Musk: Tetap berada di puncak sebagai orang terkaya di dunia. Kekayaan Musk berasal dari berbagai perusahaan inovatifnya, terutama Tesla (mobil listrik dan energi terbarukan) dan SpaceX (teknologi luar angkasa). Ia juga memiliki platform media sosial X (sebelumnya Twitter) dan terlibat dalam proyek-proyek ambisius lainnya seperti Neuralink dan The Boring Company. Kekayaannya sangat fluktuatif, terikat erat dengan valuasi pasar saham perusahaannya serta perkembangan proyek-proyeknya yang sering kali berisiko tinggi namun berpotensi sangat menguntungkan.
-
Pendiri Oracle Larry Ellison: Seperti yang telah dibahas, kenaikan Ellison ke posisi kedua adalah bukti ketahanan dan kemampuan adaptasi Oracle, serta strategi investasi pribadinya yang sebagian besar terikat pada saham perusahaannya.
-
CEO Meta Mark Zuckerberg: Setelah sempat mengalami penurunan kekayaan yang signifikan pasca rebranding Facebook menjadi Meta dan investasi besar-besaran di metaverse, Zuckerberg kini berada di posisi ketiga. Kekayaannya didominasi oleh saham di Meta Platforms, yang mencakup Facebook, Instagram, WhatsApp, dan investasi masa depannya dalam realitas virtual dan augmented. Tantangan regulasi dan persaingan ketat di pasar media sosial dan teknologi baru terus membentuk perjalanannya.
-
Pendiri Amazon Jeff Bezos: Mantan CEO Amazon ini dikenal sebagai arsitek di balik raksasa e-commerce dan komputasi awan (Amazon Web Services/AWS). Meskipun telah mundur dari posisi CEO Amazon, kekayaannya tetap signifikan dan sebagian besar terikat pada saham Amazon. Selain itu, Bezos juga memiliki perusahaan roket Blue Origin, yang berkompetisi di industri penerbangan luar angkasa.
-
Mantan CEO Microsoft Steve Ballmer: Ballmer adalah contoh unik dalam daftar ini karena kekayaannya berasal dari akumulasi saham yang ia miliki selama masa jabatannya yang panjang sebagai CEO Microsoft, bukan dari pendirian perusahaan baru. Ia dikenal karena kepemimpinannya yang energik dan penuh semangat di Microsoft. Setelah pensiun dari Microsoft, Ballmer membeli tim bola basket NBA, Los Angeles Clippers, dan aktif dalam filantropi melalui Ballmer Group. Kekayaannya terus tumbuh seiring dengan kinerja saham Microsoft yang kuat.
Peringkat ini bersifat dinamis dan dapat berubah dengan cepat tergantung pada kinerja pasar saham, akuisisi, divestasi, dan berbagai faktor ekonomi makro. Namun, satu hal yang jelas adalah bahwa kekayaan ekstrem di era modern ini sebagian besar terkonsentrasi pada individu-individu yang telah membangun atau memimpin perusahaan teknologi raksasa.
Ellison di Luar Oracle: Sang Kolektor Pulau dan Pelaut Ulung
Selain perannya sebagai maestro teknologi, Larry Ellison juga dikenal dengan gaya hidupnya yang mewah dan minatnya yang unik. Sebagian besar kekayaannya, sekitar 80%, masih dalam bentuk saham dan opsi Oracle, yang menunjukkan keyakinan teguhnya pada perusahaan yang ia dirikan. Namun, ia juga memiliki portofolio aset pribadi yang mengesankan.
Ellison adalah seorang penggemar berat pelayaran dan pernah berpartisipasi dalam kompetisi America’s Cup, bahkan memenangkannya pada tahun 2010 dan 2013 dengan timnya, Oracle Team USA. Minatnya pada properti juga terkenal; ia memiliki koleksi real estat yang luas dan mewah di seluruh dunia. Namun, aset pribadinya yang paling ikonik adalah kepemilikan mayoritas Pulau Lanai di Hawaii, yang ia beli pada tahun 2012. Ellison memiliki visi untuk mengubah Lanai menjadi laboratorium untuk praktik berkelanjutan, pariwisata mewah, dan inovasi teknologi. Ia telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk mengembangkan infrastruktur pulau, energi terbarukan, dan pertanian berkelanjutan.
Meski tidak se-vokal beberapa miliarder lain dalam filantropi publik berskala besar, Ellison juga berkontribusi melalui berbagai cara, termasuk melalui Ellison Institute of Technology yang berfokus pada penelitian kanker dan kesehatan manusia. Ia juga telah menjadi miliarder sejak tahun 1993, menjadikannya salah satu individu dengan kekayaan stabil dan terus bertumbuh dalam kurun waktu yang sangat panjang.
Kenaikan Larry Ellison ke posisi orang terkaya kedua di dunia adalah cerminan dari kegigihan, visi, dan kemampuan adaptasi. Ini bukan hanya kisah tentang akumulasi kekayaan, tetapi juga tentang bagaimana seorang pemimpin mampu memandu perusahaannya melalui berbagai era teknologi, dari dominasi database on-premise hingga era komputasi awan yang didukung AI. Keberhasilan Oracle di bawah kepemimpinannya yang tak tergoyahkan membuktikan bahwa inovasi dan transformasi strategis adalah kunci untuk tetap relevan dan sukses di puncak dunia teknologi.
