Kekalahan Mengejutkan: Debut Erik ten Hag di Bayer Leverkusen Berakhir Bencana 1-5 Melawan Flamengo U-20

Kekalahan Mengejutkan: Debut Erik ten Hag di Bayer Leverkusen Berakhir Bencana 1-5 Melawan Flamengo U-20

Jakarta, 19 Juli 2025 – Debut Erik ten Hag sebagai pelatih kepala Bayer Leverkusen berakhir dengan sebuah tamparan keras yang mungkin akan sulit dilupakan. Dalam laga uji coba pramusim pertama mereka di Rio de Janeiro, Sabtu (19/7) dini hari WIB, Die Werkself yang merupakan juara Bundesliga tak terkalahkan musim lalu, secara memalukan dibantai oleh tim U-20 Flamengo dengan skor telak 1-5. Kekalahan ini bukan hanya sekadar hasil minor di laga persahabatan, melainkan sebuah sinyal peringatan dini yang menggema keras, terutama mengingat reputasi Leverkusen sebagai "Invincibles" dan sejarah Ten Hag yang penuh gejolak di Manchester United.

Pertandingan yang digelar di Brasil ini menandai dimulainya tur pramusim Bayer Leverkusen ke Amerika Selatan, menjadikan mereka tim Bundesliga pertama yang menggelar tur di benua tersebut. Ekspektasi tinggi menyelimuti kedatangan Ten Hag, yang diharapkan dapat melanjutkan sekaligus mengembangkan warisan cemerlang Xabi Alonso yang baru saja pergi. Untuk pertandingan pembuka ini, Ten Hag memilih untuk menurunkan susunan pemain yang merupakan kombinasi antara pilar senior berpengalaman dan talenta-talenta muda yang menjanjikan. Nama-nama seperti penyerang tajam Victor Boniface, gelandang kreatif Jonas Hofmann, dan kiper baru Mark Flekken, diberikan kepercayaan untuk memimpin tim. Mereka didampingi oleh darah-darah muda seperti Axel Tape, Ferdinand Pohl, dan Nebe-Sirak Domnic, yang diharapkan dapat menunjukkan potensi mereka di bawah arahan pelatih baru.

Namun, harapan itu sirna dalam sekejap mata. Baru dua menit pertandingan berjalan, gawang Leverkusen sudah bergetar. Sebuah serangan cepat dan terkoordinasi dari Flamengo U-20 berhasil dibobol oleh Lorran Lucas, mengejutkan barisan pertahanan Leverkusen yang tampak belum siap. Sepuluh menit kemudian, mimpi buruk semakin menjadi kenyataan ketika Flamengo U-20 menggandakan keunggulan mereka berkat gol bunuh diri Arthur, sebuah kesalahan fatal yang menambah beban di pundak para pemain. Tekanan yang diberikan oleh para pemain muda Flamengo sungguh luar biasa, menunjukkan energi dan kecepatan yang tidak mampu diimbangi oleh kombinasi pemain Leverkusen di babak pertama.

Sebelum babak pertama usai, Leverkusen polesan Ten Hag sudah tertinggal 0-3 pada menit ke-39, kali ini melalui sundulan Matheus Goncalves yang memanfaatkan kelengahan di area kotak penalti. Puncaknya, Pedro Leao menambah penderitaan Leverkusen dengan mencetak gol keempat bagi Flamengo U-20 tepat sebelum turun minum. Skor 0-4 saat jeda adalah pukulan telak yang membuat para penggemar Leverkusen tercengang dan memunculkan pertanyaan besar mengenai kesiapan tim dan taktik yang diterapkan Ten Hag. Pertahanan mereka terlihat rapuh, koordinasi antar lini sangat minim, dan serangan balik Flamengo U-20 terbukti sangat efektif dalam mengekspos kelemahan Leverkusen.

Memasuki babak kedua, situasinya tidak banyak berubah. Pada menit ke-54, Gustavo berhasil mencetak gol kelima bagi Flamengo U-20, memperlebar jarak menjadi 0-5 dan membuat kekalahan ini terasa semakin memalukan. Menyikapi situasi yang sudah tak terkendali ini, Ten Hag akhirnya melakukan perubahan besar-besaran. Beberapa pilar senior yang menjadi kunci sukses musim lalu seperti Granit Xhaka, Edmond Tapsoba, Alex Grimaldo, dan Patrick Schick, dimasukkan ke lapangan. Masuknya para pemain ini memang memberikan sedikit stabilitas dan pengalaman di lini tengah serta pertahanan.

Perubahan tersebut membuahkan hasil, meski hanya sekadar gol hiburan. Penyerang muda Montrell Culbreath berhasil mencetak satu-satunya gol balasan bagi Leverkusen, menunjukkan sedikit percikan harapan di tengah kegelapan. Sontekannya di sisa waktu pertandingan setidaknya mencegah Leverkusen pulang dengan nol gol, namun skor akhir 1-5 tetap menjadi noda hitam yang akan tercatat dalam buku sejarah debut Ten Hag. Meskipun hasil pertandingan uji coba seringkali tidak menjadi patokan utama dan lebih difokuskan pada kebugaran serta adaptasi taktik, kekalahan dengan margin sebesar ini dari tim U-20 jelas menghadirkan tekanan yang tidak bisa diabaikan.

Kekalahan ini terasa semakin ironis mengingat Bayer Leverkusen baru saja menorehkan sejarah gemilang di musim 2023/2024 di bawah kepemimpinan Xabi Alonso. Mereka tidak hanya menjuarai Bundesliga dengan status "Invincibles" – sebuah prestasi yang belum pernah dicapai tim mana pun sebelumnya – tetapi juga memenangkan DFB Pokal dan mencapai final Liga Europa. Warisan Alonso adalah standar keunggulan yang luar biasa, dengan gaya bermain yang memukau, pertahanan yang solid, dan serangan yang mematikan. Tim ini dikenal karena ketahanan mentalnya, kemampuan untuk bangkit dari ketertinggalan, dan kekompakan yang tak tertandingi. Kehilangan rekor tak terkalahkan mereka di laga debut Ten Hag, dan itu pun dari tim junior, tentu saja menimbulkan keraguan dan kekhawatiran.

Kedatangan Erik ten Hag ke Leverkusen sendiri adalah babak baru yang menarik. Setelah dua musim penuh yang penuh gejolak di Manchester United, di mana ia memenangkan Piala Liga namun gagal membawa tim konsisten di Premier League dan Liga Champions, Ten Hag mencari tantangan baru di Bundesliga. Ia dikenal dengan filosofi sepak bola menyerang, penguasaan bola, dan tekanan tinggi. Namun, di United, ia kerap dihadapkan pada isu cedera, inkonsistensi pemain, dan kritik terhadap keputusannya di bursa transfer. Banyak yang berharap Leverkusen, dengan struktur klub yang stabil dan skuad yang sudah terbangun, akan menjadi tempat yang ideal bagi Ten Hag untuk merehabilitasi reputasinya dan membuktikan kemampuannya. Namun, debut ini menjadi pengingat pahit bahwa tantangan yang dihadapinya di Leverkusen mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Mengisi sepatu Xabi Alonso adalah tugas yang maha berat, dan ia harus segera menemukan formula yang tepat untuk mempertahankan momentum positif klub.

Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa masalah Leverkusen di pertandingan ini multidimensional. Di babak pertama, para pemain senior yang diturunkan seperti Boniface, Hofmann, dan Flekken terlihat kurang padu dengan para pemain muda. Lini tengah tampak mudah ditembus, dan transisi dari bertahan ke menyerang sangat lambat. Flamengo U-20, di sisi lain, menunjukkan kedewasaan yang mengejutkan. Mereka bermain dengan keberanian, kecepatan, dan akurasi dalam penyelesaian akhir. Pertahanan Leverkusen seringkali berada dalam posisi yang salah, dan kiper Flekken yang baru didatangkan pun terlihat kesulitan menghadapi rentetan serangan. Masuknya pemain seperti Xhaka dan Grimaldo di babak kedua memang memberikan sedikit perbaikan dalam penguasaan bola dan distribusi, namun kerusakan sudah terlanjur parah. Pertanyaan muncul apakah Ten Hag terlalu bereksperimen dengan komposisi tim ataukah para pemain belum sepenuhnya memahami sistem barunya.

Kekalahan telak ini juga memicu gelombang spekulasi di media dan kekhawatiran di kalangan penggemar. Riwayat Ten Hag di Manchester United, di mana timnya sering menunjukkan penurunan performa di musim keduanya, kini menjadi bayang-bayang yang membuntuti. Meskipun pre-season adalah waktu untuk mencoba hal baru dan bukan untuk menilai hasil akhir, skor 1-5 melawan tim U-20 jelas merupakan anomali yang mencolok bagi tim sekelas Leverkusen. Ini adalah pengingat keras bahwa pekerjaan rumah Ten Hag sangat banyak. Ia perlu segera membangun kembali kepercayaan diri tim, memadukan pemain lama dan baru, serta menanamkan filosofi permainannya agar dapat diterapkan secara efektif.

Selanjutnya, Leverkusen akan menghadapi serangkaian uji coba pramusim yang lebih menantang. Mereka dijadwalkan akan melawan sesama tim Jerman, Bochum, disusul oleh pertandingan melawan Fortuna Sittard dari Belanda, Pisa dari Italia, dan puncaknya adalah laga kontra raksasa Liga Primer Inggris, Chelsea. Setiap pertandingan ini akan menjadi kesempatan krusial bagi Ten Hag untuk mengidentifikasi masalah, menguji berbagai formasi, dan membangun chemistry tim. Kekalahan dari Flamengo U-20 mungkin hanyalah sebuah benjolan di jalan, namun ini adalah benjolan yang sangat besar dan mencolok. Bagaimana Ten Hag dan para pemainnya merespons kekalahan memalukan ini akan menjadi indikator penting bagi perjalanan mereka di musim 2025/2026. Tekanan sudah mulai terasa, dan ia harus segera membuktikan bahwa ia adalah orang yang tepat untuk memimpin Bayer Leverkusen mempertahankan status mereka sebagai kekuatan dominan di sepak bola Jerman.

Kekalahan Mengejutkan: Debut Erik ten Hag di Bayer Leverkusen Berakhir Bencana 1-5 Melawan Flamengo U-20

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *