
Prancis Membekuk Belanda 5-2, Mengakhiri Kiprah Oranje di Euro Putri 2025.
Laga penentuan Grup D UEFA Women’s Euro 2025 menjadi saksi bisu berakhirnya perjalanan Tim Nasional Putri Belanda, yang dikenal dengan julukan Oranje, setelah mereka dibekuk dengan skor telak 5-2 oleh kekuatan dominan Prancis. Kekalahan ini tidak hanya menghentikan langkah mereka di fase grup, tetapi juga menandai kali kedua dalam sejarah turnamen bergengsi ini di mana Belanda gagal melaju dari babak penyisihan grup, sebuah pukulan telak bagi tim yang pernah menjadi juara Eropa pada 2017 dan finalis Piala Dunia pada 2019. Pertandingan yang berlangsung sengit dan penuh drama ini digelar di hadapan ribuan pasang mata yang memadati stadion, menjadi penutup fase grup yang dramatis bagi salah satu tim favorit di benua biru.
Belanda memasuki pertandingan krusial ini dengan beban berat di pundak mereka. Kekalahan telak 4-0 dari Inggris di pertandingan sebelumnya telah menempatkan mereka dalam posisi yang sangat sulit, memaksa mereka untuk meraih kemenangan mutlak demi menjaga asa lolos ke babak selanjutnya. Tekanan psikologis terasa begitu nyata, namun lawan yang mereka hadapi bukanlah sembarang tim. Prancis, yang datang dengan rekor impresif dan performa konsisten, bertekad untuk mengamankan posisi teratas grup dan menunjukkan dominasi mereka. Atmosfer pertandingan terasa memanas sejak peluit pertama dibunyikan, dengan kedua tim saling melancarkan serangan dan menunjukkan intensitas tinggi.
Sejak awal babak pertama, Prancis sudah menunjukkan niat mereka untuk mendominasi pertandingan. Serangan demi serangan dilancarkan ke pertahanan Belanda, dengan Delphine Cascarino menjadi motor serangan yang sangat merepotkan. Pada menit-menit awal, Cascarino berhasil menciptakan peluang emas yang seharusnya bisa mengubah papan skor, namun tendangan kerasnya masih mampu ditepis dengan gemilang oleh kiper Belanda, Daphne van Domselaar, yang tampil heroik di bawah mistar gawang. Bola rebound yang jatuh ke kaki Sakina Karchaoui juga tak mampu dimanfaatkan secara maksimal, tembakannya masih membentur tiang dekat, seolah-olah gawang Belanda memiliki perisai tak kasat mata.
Namun, kegigihan Prancis akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-22. Melalui kombinasi permainan cepat dan umpan-umpan pendek yang presisi di lini tengah, bola berhasil dialirkan ke Sandie Toletti. Tanpa kawalan berarti, Toletti melepaskan tembakan mendatar yang akurat ke pojok kiri gawang, membuat Van Domselaar tak berdaya. Gol pembuka ini sontak membangkitkan semangat Les Bleues dan menekan mentalitas para pemain Oranje yang sudah terbebani. Ini adalah awal yang tidak diinginkan bagi Belanda, yang sangat membutuhkan momentum positif.
Meskipun tertinggal, Belanda menunjukkan karakter mereka sebagai tim besar. Respons yang cepat dan memukau datang hanya empat menit setelah gol Prancis. Victoria Pelova, gelandang muda berbakat Belanda, berhasil menyamakan kedudukan lewat sebuah sepakan melengkung yang indah dari luar kotak penalti. Bola meluncur deras ke sudut kanan atas gawang Prancis, sebuah gol yang tak hanya spektakuler tetapi juga krusial untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Gol ini seakan menjadi suntikan energi bagi Oranje, mengubah atmosfer pertandingan yang semula dikuasai Prancis menjadi lebih berimbang.
Kejutan belum berhenti sampai di situ. Menjelang turun minum, Belanda justru berhasil berbalik unggul. Sebuah insiden tak terduga terjadi ketika umpan silang dari sisi kiri pertahanan Belanda justru dibelokkan oleh pemain bertahan Prancis, Selma Bacha, ke gawangnya sendiri. Gol bunuh diri ini mengubah skor menjadi 2-1 untuk keunggulan Belanda, memompa semangat tim asuhan Andries Jonker ke titik tertinggi. Mereka memasuki jeda babak pertama dengan keunggulan yang tidak terduga, memberikan harapan besar bagi para penggemar bahwa keajaiban bisa saja terjadi di babak kedua. Para pemain Oranje terlihat bersemangat, yakin bahwa mereka bisa mempertahankan keunggulan ini dan melangkah ke babak gugur.
Namun, momentum positif yang dibangun Belanda di babak pertama tak bertahan lama di babak kedua. Prancis tampil jauh lebih agresif, seolah-olah mereka baru saja mendapatkan instruksi khusus dari pelatih Laurent Bonadei untuk melancarkan serangan habis-habisan. Cascarino kembali menjadi momok menakutkan bagi pertahanan Belanda, sempat nyaris mencetak gol dari jarak dekat, namun ketangguhan Van Domselaar sekali lagi menggagalkannya. Namun, itu hanyalah permulaan dari badai yang akan menerjang. Dalam kurun waktu enam menit yang mematikan, Prancis berhasil mencetak tiga gol yang benar-benar menghancurkan harapan Belanda dan mengubah jalannya pertandingan secara drastis.
Rentetan gol pembantai itu dimulai dari umpan terobosan cerdik yang dilepaskan oleh Cascarino. Bola diterima dengan sempurna oleh Marie-Antoinette Katoto, yang dengan tenang dan dingin menyelesaikannya menjadi gol penyeimbang. Gol ini mengembalikan kepercayaan diri Prancis dan memberikan sinyal bahaya bagi Belanda. Tak lama berselang, Cascarino kembali mencatatkan namanya di papan skor, kali ini melalui sebuah tembakan jarak jauh yang spektakuler. Dari jarak sekitar 25 yard, ia melepaskan sepakan keras yang menghujam pojok atas gawang Belanda, meninggalkan Van Domselaar terpaku. Gol ini tak hanya indah tetapi juga terasa seperti pukulan telak yang merobek mentalitas tim Oranje.
Belum sempat Belanda bernapas, Cascarino kembali mengukir namanya di papan skor. Kali ini, ia menunjukkan insting seorang penyerang murni dengan menyambar bola rebound dari tembakan Katoto yang sebelumnya membentur kedua tiang gawang. Bola liar itu dengan cepat disambar Cascarino, memastikan gol ketiganya dalam pertandingan tersebut, sekaligus menggenapkan hat-trick-nya yang brilian. Tiga gol dalam enam menit itu seolah meruntuhkan seluruh semangat juang Belanda, mengubah skor menjadi 4-2 dan membuat mereka berada di ambang eliminasi. Para pemain Belanda terlihat lesu, menyadari bahwa peluang mereka untuk lolos kini semakin menipis.
Pesta gol Prancis ditutup di masa tambahan waktu. Karchaoui, yang sebelumnya kerap menciptakan peluang, kali ini berhasil mengeksekusi penalti dengan sempurna. Penalti ini diberikan setelah pelanggaran di kotak terlarang, memberikan kesempatan bagi Prancis untuk menegaskan dominasi mereka. Dengan tenang, Karchaoui melesakkan bola ke gawang, menggenapkan kemenangan 5-2 bagi Les Bleues. Gol ini sekali lagi menegaskan dominasi Prancis atas Belanda, sebuah fakta yang kini tercatat dalam lima pertemuan terakhir di mana Prancis selalu keluar sebagai pemenang. Kekalahan beruntun ini menjadi catatan yang perlu diwaspadai bagi Belanda di masa mendatang.
Kemenangan gemilang ini menjadi yang ke-11 secara beruntun bagi tim asuhan Laurent Bonadei, sebuah rekor yang menunjukkan konsistensi dan kekuatan mereka. Dengan hasil ini, Prancis berhasil melaju ke babak perempat final UEFA Women’s Euro 2025 bersama juara bertahan Inggris, yang juga tampil impresif di Grup D. Prancis kini memiliki momentum yang sangat kuat dan terus memburu gelar perdana mereka di Kejuaraan Eropa, sebuah trofi yang belum pernah mereka raih meskipun memiliki tim yang sangat bertalenta. Perjalanan mereka di turnamen ini tampaknya akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk diikuti.
Bagi Belanda, tersingkirnya mereka dari fase grup adalah pil pahit yang harus ditelan. Setelah mencapai puncak kejayaan di Euro 2017 dan Piala Dunia 2019, kegagalan ini akan memicu evaluasi mendalam dalam tubuh tim. Pelatih Andries Jonker dan para pemain harus menganalisis apa yang salah, terutama setelah kebobolan sembilan gol dalam dua pertandingan terakhir fase grup. Apakah ini akhir dari "generasi emas" mereka, ataukah hanya sebuah kemunduran sementara yang akan membuat mereka kembali lebih kuat di turnamen berikutnya? Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi fokus utama bagi Federasi Sepak Bola Belanda dalam beberapa waktu ke depan.
Di sisi lain, Prancis menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu kekuatan yang harus diperhitungkan di kancah sepak bola putri global. Dengan lini serang yang tajam dan pertahanan yang solid (meskipun sempat kebobolan dua gol), mereka memiliki semua elemen untuk menjadi juara. Penampilan Delphine Cascarino yang luar biasa di pertandingan ini, dengan torehan hat-trick dan satu assist, menyoroti kualitas individu yang mereka miliki. Kekuatan kolektif tim, ditambah dengan sentuhan magis dari pemain-pemain bintang, membuat Prancis menjadi kandidat kuat untuk mengangkat trofi Euro Putri 2025. Perjalanan mereka menuju gelar juara kini semakin terbuka lebar, dan dunia akan menantikan bagaimana mereka melanjutkan performa impresif ini di babak perempat final. Kekalahan Belanda menjadi pelajaran berharga bahwa di level tertinggi, setiap kesalahan bisa berakibat fatal, dan Prancis adalah tim yang siap memanfaatkan setiap celah.
