
Suasana haru dan duka mendalam menyelimuti Wankdorf Stadium di Bern, Swiss, pada Jumat dini hari, 4 Juli 2025, saat laga perdana Grup B Piala Eropa Wanita 2025 antara Portugal dan Spanyol berlangsung. Seluruh perhatian terpusat pada momen penghormatan terakhir yang menyayat hati bagi bintang sepak bola Portugal, Diogo Jota, dan adiknya, Andre Silva, yang baru saja meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tragis. Kejadian ini tak hanya mengguncang skuad tim nasional putri Portugal, namun juga seluruh dunia sepak bola yang berduka atas kehilangan dua sosok muda yang menjanjikan.
Kabar duka yang mengejutkan ini datang sehari sebelumnya, pada Kamis, 3 Juli 2025, ketika Jota dan adiknya, Andre Silva, terlibat dalam kecelakaan mobil fatal di jalan raya A-11, sekitar 62 kilometer dari kota Zamora, Spanyol. Menurut laporan awal dari Kepolisian Spanyol, insiden nahas itu terjadi saat mobil yang dikendarai Jota kehilangan kendali setelah mengalami pecah ban di kecepatan tinggi, tepat ketika hendak menyalip kendaraan lain. Kondisi jalan yang saat itu kering namun padat, serta kecepatan tinggi, menjadi faktor yang memperparah situasi. Upaya Jota untuk mengendalikan mobil berakhir sia-sia.
Tragedi semakin memilukan ketika mobil yang mereka tumpangi seketika terbakar hebat pasca benturan. Api berkobar dengan cepat, menjebak Jota dan Andre di dalam kendaraan. Petugas pemadam kebakaran dan tim medis yang tiba di lokasi kejadian beberapa saat kemudian menemukan mobil sudah hangus terbakar. Keduanya dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian, tak berdaya menyelamatkan diri dari kobaran api yang melalap habis kendaraan. Pihak berwenang segera melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan semua detail penyebab kecelakaan, termasuk kondisi kendaraan dan faktor-faktor eksternal lainnya. Berita kematian mereka menyebar dengan cepat, meninggalkan jejak kesedihan di seluruh penjuru Portugal dan di antara penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Merespons tragedi yang mengguncang ini, Federasi Sepak Bola Portugal (FPF) dengan segera mengajukan permohonan kepada UEFA untuk mengadakan momen mengheningkan cipta guna mengenang Diogo Jota dan adiknya. Permintaan tersebut disetujui tanpa ragu oleh UEFA, menyadari betapa besar dampak kepergian Jota terhadap komunitas sepak bola, terutama bagi tim nasional Portugal yang tengah berlaga di turnamen besar. Momen penghormatan yang khusyuk itu akhirnya terlaksana di Wankdorf Stadium, disaksikan oleh ribuan pasang mata di stadion dan jutaan lainnya di seluruh dunia melalui siaran langsung.
Sebelum pertandingan dimulai, setelah lagu kebangsaan kedua tim dikumandangkan, suasana hening yang mencekam menyelimuti stadion. Layar besar di Wankdorf Stadium menampilkan foto Diogo Jota yang tersenyum, seolah mengenang kembali sosoknya yang penuh semangat. Para pemain dari kedua tim, staf pelatih, ofisial pertandingan, dan seluruh penonton berdiri tegak, menundukkan kepala, larut dalam kesedihan dan penghormatan. Beberapa pemain Portugal terlihat meneteskan air mata, berusaha menahan emosi yang meluap. Momen ini bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan dari rasa kehilangan yang mendalam dan solidaritas kemanusiaan.
Bagi skuad tim nasional putri Portugal, hari itu adalah hari yang paling berat untuk bermain sepak bola. Dengan hati yang hancur dan semangat yang terpukul, mereka harus melakoni pertandingan perdana Piala Eropa Wanita 2025 melawan tim kuat Spanyol. Kesedihan yang mendalam terpancar jelas di wajah setiap pemain. Setiap sentuhan bola terasa berat, setiap langkah kaki terasa gontai, dan fokus mereka terpecah belah oleh duka.
"Hari ini benar-benar berat untuk bermain sepak bola, karena hidup ini lebih dari sekadar permainan, lebih dari sekadar sepak bola," ujar penyerang andalan Portugal, Jessica Silva, dengan suara bergetar saat diwawancarai BBC setelah pertandingan. Matanya masih tampak berkaca-kaca. "Tentu saja semua orang sedih. Berat, hati saya juga berat – ada banyak hal yang lebih penting daripada tampil di lapangan saat ini." Pernyataan Jessica mencerminkan perasaan kolektif tim, yang berjuang melawan badai emosi demi kehormatan negara dan mengenang rekan senegara mereka.
Pelatih Tim Nasional Putri Portugal, Francisco Neto, juga tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, ia berbagi cerita tentang hubungan Jota dengan timnya. "Diogo mengikuti tim kami karena dia mencintai daerah ini. Diogo selalu, ketika saya berbicara dengannya, selalu tahu hasilnya. Dia mengikuti tim, beberapa pemain, dan inilah budaya yang kami miliki di Portugal," jelas Neto, suaranya parau. "Hari ini adalah hari yang sangat, sangat menyedihkan karena dua dari kami kehilangan nyawa. Masih sangat muda. Ini bukan hari yang baik." Kata-kata Neto menegaskan betapa Jota, meskipun seorang bintang di sepak bola putra, memiliki perhatian dan dukungan yang tulus terhadap perkembangan sepak bola wanita di negaranya. Jota dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan selalu mendukung atlet-atlet Portugal di berbagai cabang olahraga.
Dalam kondisi mental dan emosional yang sangat terpukul, tim Portugal harus rela menelan kekalahan telak 0-5 dari Spanyol. Pertandingan tersebut berjalan timpang, dengan Spanyol mendominasi penuh. Gol-gol yang dicetak oleh Spanyol terasa seperti pukulan tambahan bagi hati yang sudah remuk. Meskipun demikian, para pemain Portugal tetap menunjukkan sportivitas dan semangat juang, meskipun hasilnya tidak sesuai harapan. Mereka bermain bukan untuk menang semata, tetapi untuk menghormati Jota dan keluarganya, menunjukkan bahwa semangat mereka tidak akan padam meskipun duka menyelimuti. Para pemain Spanyol sendiri juga menunjukkan rasa simpati yang mendalam, beberapa dari mereka terlihat menghibur pemain Portugal setelah pertandingan.
Usai peluit panjang dibunyikan, momen paling mengharukan terjadi. Seluruh penggawa Tim Nasional Putri Portugal berkumpul di tengah lapangan, mata mereka memerah dan wajah mereka menunjukkan kelelahan emosional. Mereka membentangkan sebuah spanduk besar yang telah mereka persiapkan khusus. Spanduk itu bertuliskan pesan yang begitu menyentuh hati: "Terima Kasih Untuk Segalanya Jota. Beristirahatlah Dengan Tenang." Pesan ini adalah ungkapan terima kasih dari tim atas dukungan dan inspirasi yang telah diberikan Jota, sekaligus perpisahan yang tulus. Para pemain kemudian mendekati tribun penonton, menyapa para penggemar yang juga larut dalam kesedihan, berbagi momen duka dan kebersamaan.
Kepergian Diogo Jota, yang merupakan salah satu bintang paling bersinar di sepak bola Portugal dan dunia, meninggalkan lubang besar tidak hanya di kancah sepak bola putra, tetapi juga di hati para penggemar dan sesama atlet. Jota dikenal bukan hanya karena bakatnya yang luar biasa di lapangan, tetapi juga karena kepribadiannya yang hangat, profesionalismenya, dan dedikasinya. Ia adalah contoh bagi banyak pemain muda dan inspirasi bagi seluruh bangsa Portugal. Insiden ini juga kembali mengingatkan kita akan bahaya di jalan raya dan pentingnya keselamatan berkendara.
Tragedi ini menjadi pengingat yang pahit bahwa hidup ini lebih besar dari sekadar olahraga. Sepak bola, dengan segala gairah dan persaingannya, pada akhirnya adalah cerminan dari kehidupan, lengkap dengan suka dan dukanya. Momen mengheningkan cipta di Wankdorf Stadium, air mata yang tumpah, dan spanduk penghormatan yang dibentangkan oleh tim Portugal adalah bukti nyata dari ikatan persaudaraan yang kuat dalam dunia olahraga, serta cara komunitas sepak bola bersatu untuk menghadapi kehilangan yang tak terduga. Semangat Diogo Jota dan adiknya, Andre Silva, akan selalu dikenang dalam sejarah sepak bola Portugal dan di hati mereka yang mencintainya. Rest in peace, Diogo Jota dan Andre Silva.