
Krakow, Polandia – Arena panjat tebing dunia kembali bergemuruh, menjadi saksi bisu atas dominasi tak terbantahkan Tim Nasional Panjat Tebing Indonesia dalam disiplin speed. Pada ajang bergengsi IFSC Climbing World Cup Krakow 2025, yang memuncak pada Minggu, 6 Juli, kontingen Merah Putih berhasil menorehkan sejarah baru dengan membawa pulang dua medali emas dan satu medali perak, menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan utama di kancah panjat tebing internasional, khususnya di kategori kecepatan.
Piala Dunia Panjat Tebing IFSC (International Federation of Sport Climbing) adalah serangkaian kompetisi global yang menjadi barometer performa atlet-atlet panjat tebing terbaik dunia. Ajang ini tidak hanya memperebutkan medali dan poin peringkat, tetapi juga menjadi panggung penting untuk menguji mental dan strategi para pemanjat sebelum menghadapi kompetisi yang lebih besar seperti Kejuaraan Dunia atau bahkan Olimpiade. Krakow, dengan atmosfernya yang energik dan dukungan penonton yang luar biasa, selalu menjadi salah satu seri yang paling dinanti dalam kalender IFSC.
Disiplin Speed, atau panjat tebing kecepatan, adalah salah satu cabang olahraga paling mendebarkan dan mudah dipahami dalam panjat tebing. Dalam format ini, dua atlet beradu cepat memanjat dinding vertikal setinggi 15 meter dengan kemiringan 95 derajat yang memiliki rute standar global. Setiap gerakan, setiap pijakan, dan setiap tarikan harus dilakukan dengan presisi dan kekuatan maksimal, di mana sepersekian detik bisa menjadi penentu kemenangan atau kekalahan. Kecepatan reaksi, kekuatan eksplosif, koordinasi sempurna, dan ketahanan mental adalah kunci utama bagi seorang pemanjat speed untuk mencapai puncak secepat kilat. Suara "beeper" yang menandai dimulainya balapan, deru langkah kaki yang cepat, dan gerakan tubuh yang nyaris seperti balet vertikal, semuanya menciptakan tontonan yang memukau bagi para penonton.
Babak final di Krakow berlangsung dengan intensitas tinggi sejak awal, memancarkan aura persaingan yang ketat di setiap jalur. Fokus utama tentu tertuju pada disiplin Speed putra dan putri, di mana harapan besar digantungkan pada pundak atlet-atlet Indonesia yang dikenal sebagai "pabrik" pemanjat speed tercepat di dunia.
Di kategori Speed Putri, sorotan tertuju pada Desak Made Rita Kusuma Dewi, atlet andalan Indonesia yang telah mengukir namanya di jajaran elit dunia. Dengan rekam jejak yang mengesankan dan konsistensi performa yang luar biasa, Desak melangkah ke babak final dengan penuh keyakinan. Di jalur sebelahnya, ia harus menghadapi tantangan berat dari Emma Hunt, wakil Amerika Serikat yang juga dikenal memiliki kecepatan dan teknik yang mumpuni.
Duel Desak vs. Emma menjadi tontonan yang memukau. Begitu sinyal start berbunyi, Desak langsung melesat dengan gerakan eksplosif dan presisi yang menjadi ciri khasnya. Setiap cengkeraman pada pegangan dan setiap pijakan kaki dilakukan dengan sempurna, meminimalkan gerakan tidak perlu dan memaksimalkan efisiensi. Dalam waktu singkat, Desak berhasil mengukir waktu fantastis 6,27 detik, sebuah catatan waktu yang nyaris sempurna dan menggetarkan arena. Emma Hunt, meskipun telah berusaha maksimal, harus puas dengan catatan waktu 7,56 detik, yang menempatkannya di posisi kedua dan meraih medali perak. Kemenangan Desak ini bukan hanya menegaskan dominasinya, tetapi juga menjadi bukti hasil dari latihan keras dan dedikasi yang tak kenal lelah.
Perebutan medali perunggu di kategori putri juga tak kalah seru. Aleksandra Miroslaw, pahlawan tuan rumah dari Polandia, menunjukkan performa impresif untuk meraih podium ketiga. Ia berhasil memenangkan "Small Final" atau perebutan medali perunggu melawan sesama atlet Polandia, Natalia Kalucka, dengan catatan waktu 6,36 detik. Dukungan penuh dari penonton tuan rumah memberikan energi ekstra bagi Miroslaw untuk mengamankan tempat di podium.
Namun, drama sesungguhnya tersaji di kategori Speed Putra, di mana babak final menyajikan duel "All-Indonesian Final" yang mendebarkan. Dua raksasa panjat tebing speed Indonesia, Raharjati Nursamsa dan Kiromal Katibin, harus berhadapan satu sama lain. Situasi ini, meskipun menjamin medali emas dan perak untuk Indonesia, juga menciptakan ketegangan unik antara persaingan persahabatan dan keinginan untuk menjadi yang terbaik.
Raharjati Nursamsa, yang akrab disapa Hujrang, memasuki final dengan determinasi tinggi. Ia dikenal memiliki gaya memanjat yang eksplosif dan konsisten. Di sisi lain, Kiromal Katibin adalah pemegang rekor dunia dan salah satu pemanjat tercepat yang pernah ada, dengan reputasi kecepatan yang sulit ditandingi.
Ketika sinyal start berbunyi, keduanya melesat dengan kecepatan luar biasa. Namun, di tengah balapan yang intens, insiden tak terduga terjadi. Kiromal Katibin, dalam upaya mencapai kecepatan maksimal, mengalami "fall" atau terjatuh di pertengahan jalur. Momen ini sontak membuat penonton terdiam sesaat, sebelum kemudian sorakan dukungan kembali menggema. Insiden tersebut secara otomatis memberikan kemenangan kepada Raharjati Nursamsa. Hujrang, yang berhasil menyelesaikan lintasannya tanpa hambatan, mencatatkan waktu impresif 4,73 detik. Meskipun kemenangan diraih karena fall lawan, performa Raharjati tetap patut diacungi jempol atas fokus dan eksekusinya yang sempurna di bawah tekanan tinggi. Kiromal Katibin, meskipun harus puas dengan medali perak, menunjukkan sportivitas tinggi dan menerima hasil tersebut dengan lapang dada.
Medali perunggu di kategori putra diraih oleh Ryo Omasa dari Jepang. Ia menunjukkan performa solid dengan memenangkan Small Final melawan Zach Hammer dari Amerika Serikat. Sama seperti Katibin, Hammer juga mengalami slip di tengah jalur, memberikan jalan bagi Omasa untuk mengamankan podium ketiga dengan catatan waktu 5,48 detik.
Hasil gemilang di Krakow ini bukan sekadar kebetulan, melainkan buah dari kerja keras, dedikasi, serta sistem pembinaan yang matang di Indonesia. Panjat tebing Indonesia telah lama dikenal sebagai "pabrik" talenta speed, dengan banyak atlet yang secara konsisten menembus jajaran elit dunia. Kemenangan ini semakin menegaskan reputasi tersebut, menunjukkan bahwa dominasi Indonesia di disiplin speed akan terus berlanjut.
Sekretaris Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI), Pristiawan Buntoro, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. "Ini menjadi bukti kerja keras para atlet, pelatih, serta dukungan penuh dari seluruh pihak yang terlibat. Selamat untuk para juara dan tim Indonesia!" ujar Pristiawan dalam rilis yang diterima detikSport. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara atlet, jajaran pelatih yang kompeten, dukungan fasilitas dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), serta peran aktif federasi dalam menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan olahraga panjat tebing.
Raharjati Nursamsa, sang peraih medali emas putra, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Kemenangan ini terasa sangat istimewa baginya, mengingat sudah dua tahun sejak terakhir kali ia meraih medali emas di ajang serupa. "Saya senang, akhirnya bisa dapat emas lagi setelah terakhir kali 2 tahun lalu. Saya hanya berusaha memanjat secepat mungkin dan tidak tekanan dalam diri saya," kata Hujrang, panggilan akrab Raharjati Nursamsa. Ungkapan "tidak tekanan dalam diri saya" menunjukkan kematangan mental seorang atlet yang mampu mengelola ekspektasi dan fokus sepenuhnya pada performa, sebuah kunci penting untuk meraih sukses di level tertinggi. Kemenangan ini juga menjadi motivasi besar bagi Raharjati untuk terus berprestasi dan mengembalikan performa puncaknya.
Keberhasilan di IFSC Climbing World Cup Krakow 2025 ini juga membawa optimisme besar menjelang tantangan-tantangan di masa depan. Dengan Olimpiade Paris 2024 yang semakin dekat, dan persiapan menuju Los Angeles 2028, hasil ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk bersaing di panggung olahraga terbesar dunia. Para atlet ini tidak hanya menjadi pahlawan di mata bangsa, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk menekuni olahraga panjat tebing dan bermimpi setinggi-tingginya.
Dengan koleksi dua emas dan satu perak dari Krakow, Timnas Panjat Tebing Indonesia telah membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan yang harus diperhitungkan. Kerja keras, dedikasi, dan semangat juang yang tinggi adalah resep utama di balik kesuksesan ini. Dunia kini menanti aksi-aksi selanjutnya dari para pemanjat tebing kebanggaan Indonesia, yang siap untuk terus mengukir prestasi dan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak-puncak dunia.
