
Pertandingan persahabatan bertajuk Piala Presiden 2025 yang mempertemukan Oxford United dari Inggris dan Liga Indonesia All Star di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Minggu malam (6/7/2025) berakhir dengan pesta gol yang didominasi oleh tim tamu. Sembilan gol tercipta dalam laga yang mendebarkan, di mana Oxford United berhasil menundukkan wakil terbaik Liga 1 Indonesia dengan skor telak 6-3. Kemenangan ini sekaligus menegaskan kualitas tim berjuluk "The U’s" yang baru saja promosi ke Championship, kasta kedua Liga Inggris.
Sejak peluit babak pertama ditiup oleh wasit, Oxford United langsung menunjukkan intensitas permainan yang tinggi, khas sepakbola Eropa. Mereka menerapkan pressing ketat dan transisi cepat yang membuat Liga Indonesia All Star kesulitan mengembangkan permainan di awal laga. Strategi ini langsung membuahkan hasil instan. Baru berjalan dua menit, gawang Liga Indonesia All Star yang dijaga oleh Reza Arya sudah bergetar. Umpan silang terukur dari sisi kanan pertahanan Indonesia yang dilepaskan oleh Matt Phillips berhasil disambar dengan cermat oleh Mark Harris yang tak terkawal di tiang jauh. Gol cepat ini seolah menjadi penanda dominasi yang akan ditunjukkan Oxford sepanjang pertandingan.
Meskipun berada di bawah tekanan yang konstan, semangat juang para pemain Liga Indonesia All Star patut diacungi jempol. Mereka tidak menyerah begitu saja dan mencoba merespons. Pada menit ke-14, sebuah momen keberuntungan sekaligus kecerdikan berhasil dimanfaatkan oleh winger lincah Riko Simanjuntak. Memanfaatkan backpass ceroboh dari Phillips yang kurang sempurna, Riko dengan sigap memotong bola dan langsung menceploskannya ke dalam gawang Oxford United, membuat skor menjadi imbang 1-1. Gol ini sontak membangkitkan semangat para suporter Merah Putih yang memadati GBK, memberikan harapan bahwa tim All Star mampu memberikan perlawanan sengit.
Namun, kegembiraan tersebut tidak bertahan lama. Oxford United, dengan kedalaman skuad dan kualitas individu yang mumpuni, terus menggempur pertahanan Indonesia. Penyerang Ole Romeny, yang namanya sudah mencuat sebelum pertandingan, nyaris saja mencatatkan namanya di papan skor. Menerima umpan di tepi kotak penalti, ia melakukan kontrol bola yang apik dan melepaskan tembakan keras, namun masih bisa dihalau oleh kiper Reza Arya yang tampil cukup sigap di bawah mistar.
Tak lama berselang, Oxford kembali memimpin. Pada menit ke-30, Mark Harris menunjukkan insting golnya yang tajam dengan mencetak gol keduanya. Menerima umpan terobosan yang membelah pertahanan Indonesia All Star, Harris dengan tenang mengecoh kiper Reza Arya sebelum akhirnya menceploskan bola ke gawang yang sudah kosong. Keunggulan 2-1 bagi Oxford ini menjadi penegas bahwa mereka datang ke Jakarta bukan hanya untuk berlibur, melainkan untuk menunjukkan kualitas terbaik mereka.
Sebelum jeda babak pertama, Oxford United berhasil memperlebar jarak. Pada menit ke-45, bek tengah Michal Helik memanfaatkan keunggulan fisiknya dalam duel udara. Menyambut umpan silang akurat dari sisi kiri, Helik menanduk bola dengan kuat yang tak mampu dijangkau kiper, mengubah skor menjadi 3-1. Gol ini menjadi pukulan telak bagi Liga Indonesia All Star dan membuat mereka harus menghadapi jeda dengan defisit dua gol.
Memasuki babak kedua, Oxford United tidak mengendurkan serangan mereka. Mereka terus mendominasi lini tengah dan menciptakan banyak peluang. Pada menit ke-53, sebuah kesalahan fatal di lini belakang Liga Indonesia All Star kembali dimanfaatkan dengan sempurna oleh tim tamu. Kegagalan bek muda Bagas Kaffa dalam mengontrol bola lambung di area pertahanan sendiri membuat bola jatuh ke kaki Tom Bradshaw. Bradshaw, yang berdiri bebas di depan kiper, dengan tenang menaklukkan Reza Arya, membuat skor menjadi 4-1.
Tiga menit kemudian, pada menit ke-56, Przemyslaw Placheta menambah pundi-pundi gol Oxford. Merangsek dari tengah lapangan, Placheta melepaskan tembakan jarak jauh yang terukur dengan akurasi tinggi. Bola melesat deras menuju pojok kiri gawang, tak terjangkau oleh Reza Arya. Gol indah ini semakin mempertegas keunggulan Oxford United menjadi 5-1. Pesta gol tim Inggris berlanjut pada menit ke-68, kali ini giliran Brian De Keersmaeckerm yang mencatatkan namanya di papan skor. Tendangan kerasnya dari luar kotak penalti kembali membuat gawang para pemain terbaik Liga 1 bergetar, mengubah skor menjadi 6-1.
Meskipun sudah tertinggal jauh, semangat para pemain Liga Indonesia All Star tetap menyala. Mereka menunjukkan karakter dan tidak mau menyerah begitu saja. Pada menit ke-75, Rizky Dwi berhasil mencetak gol kedua untuk Indonesia All Star. Memanfaatkan kesalahan bek Oxford yang tersandung saat mengontrol bola, Rizky dengan cepat merebut bola dan membobol gawang tim tamu. Gol ini menjadi bukti bahwa para pemain Indonesia masih memiliki determinasi untuk memperkecil ketertinggalan.
Lima menit kemudian, pada menit ke-80, Liga Indonesia All Star kembali mencetak gol. Kali ini, Eksel Runtukahu menjadi pencetak gol. Menyambut umpan silang akurat dari Septian David Maulana, Eksel melepaskan tandukan terukur yang tak mampu diantisipasi kiper Matt Ingram, yang masuk di babak kedua menggantikan kiper utama Oxford. Gol ini memperkecil kedudukan menjadi 6-3 dan menunjukkan bahwa tim All Star masih mampu memberikan perlawanan hingga akhir pertandingan.
Di sisa waktu pertandingan, tidak ada gol tambahan yang tercipta. Skor 6-3 untuk kemenangan Oxford United bertahan hingga peluit panjang dibunyikan. Pertandingan ini menjadi tontonan yang menarik dengan total sembilan gol, meskipun hasil akhir menunjukkan dominasi Oxford United.
Secara taktik, Oxford United jelas unggul dalam hal organisasi permainan, kecepatan, dan efisiensi dalam penyelesaian akhir. Pressing tinggi mereka di awal laga efektif meredam kreativitas lini tengah Indonesia All Star. Kualitas individu para pemain Oxford, terutama dalam transisi dari bertahan ke menyerang, juga terlihat sangat menonjol. Mereka mampu memanfaatkan setiap celah dan kesalahan yang dibuat oleh pertahanan lawan.
Di sisi lain, Liga Indonesia All Star menunjukkan beberapa momen brilian yang lahir dari kemampuan individu. Gol-gol yang dicetak oleh Riko Simanjuntak, Rizky Dwi, dan Eksel Runtukahu menunjukkan bahwa Liga 1 memiliki pemain-pemain dengan bakat dan insting mencetak gol yang baik. Namun, secara kolektif, mereka masih kesulitan menghadapi kecepatan dan fisik pemain-pemain Eropa yang lebih terbiasa dengan intensitas tinggi. Pertahanan yang kurang solid dan seringnya melakukan kesalahan individu menjadi pekerjaan rumah besar bagi tim All Star, yang merupakan gabungan pemain dari berbagai klub.
Pelatih Oxford United, yang terlihat puas dengan performa timnya, menyatakan, "Ini adalah ujian yang bagus bagi kami di pramusim. Kami datang untuk menguji fisik dan taktik, dan saya senang para pemain menunjukkan profesionalisme yang tinggi. Liga Indonesia All Star memberikan perlawanan yang gigih, terutama di babak kedua. Suasana di stadion luar biasa, dan kami sangat menikmati pengalaman ini." Ia juga menambahkan bahwa tur pramusim ke Asia ini sangat berharga untuk membangun chemistry tim menjelang musim baru di Championship.
Sementara itu, pelatih Liga Indonesia All Star, yang mungkin menghadapi tugas sulit menyatukan para pemain dari berbagai klub dalam waktu singkat, mengungkapkan, "Hasil ini memang berat, tapi ini adalah pelajaran berharga bagi para pemain kami. Kami melihat langsung standar sepakbola level Championship. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari, terutama dalam hal disiplin taktik dan kecepatan pengambilan keputusan. Saya bangga dengan semangat juang anak-anak yang tidak menyerah hingga akhir. Ini adalah pengalaman berharga untuk perkembangan sepakbola Indonesia."
Pertandingan ini juga menjadi magnet bagi ribuan suporter sepakbola Indonesia yang memadati Stadion Gelora Bung Karno. Atmosfer yang tercipta sangat luar biasa, dengan sorak sorai dan nyanyian yang tak henti-hentinya dari tribun. Kehadiran Oxford United memberikan hiburan tersendiri bagi pecinta sepakbola tanah air dan menjadi ajang pembuktian bagi pemain-pemain Liga 1 untuk mengukur kemampuan mereka di kancah internasional.
Bagi Oxford United, kemenangan telak ini menjadi modal berharga dalam persiapan pramusim mereka. Mereka dapat menguji formasi, strategi, dan melihat potensi para pemain baru. Sementara itu, bagi Liga Indonesia All Star dan sepakbola Indonesia secara umum, pertandingan ini adalah cerminan sekaligus motivasi. Kekalahan telak ini harus menjadi cambuk untuk terus meningkatkan kualitas kompetisi dan pembinaan pemain di tanah air agar mampu bersaing di level yang lebih tinggi. Meskipun kalah, pengalaman berharga menghadapi tim sekelas Oxford United di Piala Presiden 2025 ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan sepakbola Indonesia di masa depan.
