Fenomena “Mobil Bekas 0 Kilometer”: Ketika Unit Baru Menjadi “Bekas” dan Membanjiri Pasar Global

Fenomena “Mobil Bekas 0 Kilometer”: Ketika Unit Baru Menjadi “Bekas” dan Membanjiri Pasar Global

Pasar mobil bekas di China saat ini menghadapi sebuah anomali unik yang dikenal sebagai fenomena "mobil bekas 0 kilometer". Istilah ini merujuk pada kendaraan yang secara administratif sudah terdaftar sebagai "terjual" atau "bekas", namun secara fisik nyaris tidak pernah melaju di jalanan. Praktik ini, yang semakin marak di tengah persaingan ketat industri otomotif China, tidak hanya mendistorsi transparansi pasar domestik tetapi juga memiliki implikasi signifikan terhadap ekspor kendaraan ke seluruh dunia.

Mobil-mobil ini, meskipun secara teknis masih dalam kondisi baru dan belum pernah digunakan oleh konsumen akhir, dijual kembali sebagai unit bekas. Ini adalah strategi yang diadopsi oleh berbagai pihak dalam rantai pasok otomotif China sebagai jalan pintas untuk mencapai target penjualan, mengosongkan stok yang menumpuk, dan bahkan memanfaatkan celah dalam kebijakan subsidi pemerintah. Fenomena ini, yang awalnya mungkin terlihat sebagai trik penjualan sederhana, kini telah berkembang menjadi masalah struktural yang mengancam integritas pasar dan kepercayaan konsumen.

Menurut laporan dari Carnewschina, peran dealer afiliasi dan platform pihak ketiga sangat krusial dalam memperdagangkan mobil 0 kilometer ini. Mereka bertindak sebagai perantara yang secara formal "membeli" kendaraan dari produsen atau dealer utama, mencatatnya sebagai penjualan, namun kemudian segera menjualnya kembali sebagai unit bekas tanpa ada penggunaan yang berarti. Motivasi di balik praktik ini sangat beragam dan kompleks. Pertama, tekanan untuk mengejar target penjualan yang ambisius dari produsen adalah faktor pendorong utama. Dealer seringkali dihadapkan pada kuota penjualan yang ketat, dan kegagalan untuk memenuhinya dapat berakibat pada pemotongan insentif, pengurangan alokasi unit di masa depan, atau bahkan peninjauan ulang status kemitraan mereka. Dengan "menjual" mobil kepada entitas afiliasi, dealer dapat secara artifisial memenuhi target tersebut.

Baca Juga:

Kedua, pemanfaatan celah subsidi pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan kendaraan energi baru (NEV) seperti mobil listrik, juga menjadi insentif kuat. Dalam beberapa skema subsidi, insentif finansial diberikan berdasarkan volume penjualan atau pendaftaran kendaraan. Dengan mendaftarkan mobil 0 kilometer sebagai penjualan, produsen atau dealer dapat mengklaim subsidi ini, bahkan jika mobil tersebut belum mencapai tangan konsumen akhir. Praktik ini efektif menguras dana subsidi yang seharusnya ditujukan untuk mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan secara riil.

Ketiga, praktik ini membantu produsen dan dealer menghindari tekanan inventaris yang tinggi. Pasar otomotif China sangat kompetitif, dan kapasitas produksi yang masif seringkali melebihi permintaan domestik. Penumpukan stok dapat menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi, penurunan nilai aset, dan kebutuhan untuk memberikan diskon besar yang merugikan margin keuntungan. Dengan memindahkan unit-unit ini secara administratif dari kategori "stok baru" ke "stok bekas", perusahaan dapat melaporkan tingkat inventaris yang lebih sehat dan memoles laporan keuangan mereka.

Carnewschina menyoroti bahwa, "Ini adalah cara produsen mengurangi stok, mengejar target, bahkan memoles laporan penjualan. Tapi dampaknya merusak transparansi dan persaingan pasar." Pernyataan ini menggarisbawahi dampak negatif yang lebih luas. Di satu sisi, laporan penjualan yang dipoles menciptakan gambaran palsu tentang kesehatan pasar, yang dapat menyesatkan investor dan analis. Di sisi lain, persaingan yang tidak sehat terjadi antara mobil 0 kilometer yang dijual dengan harga diskon sebagai "bekas" dengan mobil baru yang sebenarnya. Konsumen mungkin tergoda oleh penawaran yang lebih murah, tanpa menyadari bahwa mereka tidak mendapatkan semua manfaat yang seharusnya melekat pada pembelian mobil baru.

Risiko bagi konsumen yang tergoda tawaran menarik mobil bekas 0 kilometer ini sangat nyata. Pertama, mereka kehilangan manfaat sebagai pemilik pertama. Ini termasuk hak atas garansi penuh dari pabrikan, paket servis gratis, atau program dukungan pelanggan khusus yang hanya berlaku untuk pembeli pertama. Meskipun mobilnya belum dipakai, status "bekas" dapat membatasi cakupan ini. Kedua, ada risiko kualitas baterai, terutama untuk kendaraan listrik. Meskipun mobil belum digunakan, baterai kendaraan memiliki masa pakai dan dapat mengalami degradasi seiring waktu jika tidak disimpan atau dirawat dengan benar, bahkan dalam kondisi diam. Konsumen mungkin tanpa sadar membeli kendaraan dengan kapasitas baterai yang sudah sedikit menurun. Ketiga, depresiasi nilai jual mobil ini cenderung lebih curam. Begitu sebuah mobil didaftarkan sebagai "bekas", nilai jual kembalinya akan langsung jatuh dibandingkan dengan mobil baru yang belum pernah terdaftar. Ini berarti investasi konsumen akan kehilangan nilai lebih cepat.

Lebih jauh, tren menjual mobil baru tapi bekas ini tidak hanya terbatas di pasar domestik China. Praktik ini telah mewabah ke luar China karena banyak dari mobil-mobil 0 kilometer ini diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia. Tingginya angka ekspor mobil bekas dari China memang menimbulkan kecurigaan. Data menunjukkan lonjakan yang mencengangkan: pada tahun 2023, total ekspor mobil bekas China mencapai 275.000 unit. Angka ini melonjak tajam menjadi 436.000 unit pada tahun 2024, yang berarti peningkatan lebih dari 58 persen hanya dalam setahun. Lonjakan eksponensial ini sulit dijelaskan hanya dengan peningkatan permintaan global untuk mobil bekas konvensional.

Banyak analis percaya bahwa lonjakan ini salah satunya dipicu oleh praktik ‘baru tapi bekas’ tadi. Mobil-mobil yang secara administratif telah "dijual" untuk memenuhi target domestik atau mendapatkan subsidi, namun secara fisik tetap bertahan di gudang atau dealer, akhirnya menemukan jalan keluarnya melalui jalur ekspor. Ini memungkinkan produsen dan dealer untuk mengosongkan inventaris yang tidak terjual di pasar domestik, sekaligus tetap memenuhi target ekspor yang ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, pasar otomotif di negara-negara tujuan ekspor juga mulai dibanjiri oleh kendaraan yang statusnya ambigu ini, menciptakan tantangan baru bagi industri lokal dan konsumen di sana.

Regulasi Diperketat, Mobil Bekas Wajib Lulus Uji

Menghadapi situasi yang semakin kompleks dan berpotensi merusak reputasi industri otomotifnya, pemerintah China mulai mengambil langkah-langkah serius untuk mengetatkan regulasi ekspor mobil bekas. Langkah ini diwujudkan melalui keputusan bersama yang melibatkan Kementerian Perdagangan (MOFCOM) dan empat lembaga pemerintah lainnya, menunjukkan koordinasi tingkat tinggi dalam menangani masalah ini. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa ekspor kendaraan bekas dari China memenuhi standar kualitas dan keamanan yang memadai, sekaligus mencegah praktik curang yang merusak integritas pasar.

Regulasi baru yang diterapkan mengharuskan setiap kendaraan yang akan diekspor sebagai unit bekas untuk memenuhi standar teknis nasional yang ketat. Untuk mobil penumpang, standar yang berlaku adalah WM/T 8-2022, sementara untuk kendaraan komersial dan trailer, standar yang harus dipenuhi adalah WM/T 9-2022. Meskipun laporan Carnewschina tidak merinci isi spesifik dari standar teknis tersebut, dapat diasumsikan bahwa standar ini mencakup berbagai aspek penting seperti kondisi mesin, sistem pengereman, kelistrikan, emisi gas buang, kondisi sasis dan bodi, serta, yang paling krusial untuk kendaraan energi baru, kesehatan dan keamanan baterai.

Selain memenuhi standar teknis, setiap unit kendaraan yang akan diekspor wajib diperiksa secara menyeluruh oleh lembaga pihak ketiga yang tersertifikasi dan independen. Prosedur ini dirancang untuk memastikan objektivitas dan keakuratan penilaian kondisi kendaraan. Hasil dari pemeriksaan ini harus disertakan dalam bentuk laporan inspeksi yang komprehensif. Laporan ini akan menjadi dokumen penting yang memverifikasi kondisi dan kelayakan kendaraan untuk diekspor.

Lebih lanjut, regulasi juga menekankan bahwa eksportir harus memastikan kendaraan tidak hanya lolos standar nasional China, tetapi juga mematuhi regulasi dan persyaratan teknis yang berlaku di negara tujuan ekspor. Ini adalah langkah penting untuk mencegah pengiriman kendaraan yang mungkin tidak sesuai dengan hukum atau standar keselamatan di negara penerima, yang dapat menimbulkan masalah hukum dan reputasi bagi eksportir China.

Pemerintah China juga mendorong pemanfaatan sistem "Rekam Kesehatan Elektronik Pemeliharaan Otomotif". Sistem ini berfungsi sebagai basis data terpusat yang mencatat riwayat servis dan pemeliharaan kendaraan. Sebelum diekspor, eksportir diwajibkan untuk memverifikasi riwayat servis mobil melalui sistem ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan transparansi dan memberikan informasi yang lebih lengkap kepada pembeli di luar negeri mengenai kondisi dan riwayat penggunaan kendaraan. Ini akan membantu mengurangi risiko pembelian mobil bekas dengan masalah tersembunyi atau riwayat yang tidak jelas.

He Yadong, juru bicara MOFCOM, menegaskan komitmen pemerintah dalam pernyataannya yang dikutip dari Carnewschina pada hari Rabu (2/7/25): "MOFCOM menyatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan panduan regulasi untuk ekspor kendaraan bekas, sebagai bagian dari upaya untuk mendukung perluasan sektor nasional dan menjaga ketertiban pengembangan." Pernyataan ini menggarisbawahi dua tujuan utama: pertama, mendukung pertumbuhan dan ekspansi industri otomotif China di pasar global, namun kedua, dan yang tidak kalah penting, adalah menjaga ketertiban dan integritas dalam proses pengembangan tersebut. Ini menunjukkan pergeseran fokus dari sekadar volume penjualan menuju kualitas dan keberlanjutan.

Langkah-langkah regulasi yang diperketat ini adalah upaya krusial dari pemerintah China untuk mengendalikan fenomena mobil bekas 0 kilometer dan dampaknya yang meluas. Dengan menetapkan standar yang lebih tinggi dan prosedur pemeriksaan yang lebih ketat, China berharap dapat memulihkan kepercayaan pasar, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Keberhasilan implementasi regulasi ini akan sangat menentukan masa depan ekspor otomotif China dan bagaimana negara tersebut akan dipandang sebagai pemain global di industri kendaraan bekas. Ini adalah tantangan besar, tetapi juga merupakan peluang untuk membangun reputasi sebagai eksportir kendaraan yang berkualitas dan dapat diandalkan.

Fenomena “Mobil Bekas 0 Kilometer”: Ketika Unit Baru Menjadi “Bekas” dan Membanjiri Pasar Global

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *