
Wuling Motors Indonesia baru-baru ini mengumumkan perkembangan signifikan terkait hasil investigasi awal insiden terbakarnya unit Wuling Air EV di Bandung, Jawa Barat, sebuah peristiwa yang sempat menyita perhatian publik dan memicu beragam spekulasi. Maulana Hakim, selaku Aftersales Director Wuling Motors, dalam keterangan resminya yang diterima pada Minggu pekan lalu, dengan tegas menyatakan bahwa temuan awal mengeliminasi baterai tegangan tinggi dan motor listrik sebagai sumber atau pemicu kebakaran tersebut. Pengumuman ini menjadi titik terang penting di tengah kekhawatiran masyarakat mengenai keselamatan kendaraan listrik, khususnya model Air EV yang telah populer di pasar domestik.
Menurut penjelasan Maulana Hakim, setelah proses pemadaman api berhasil dilakukan, tim investigasi Wuling segera terjun ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan komprehensif. Hasil pengecekan terhadap komponen vital mobil listrik, yakni baterai tegangan tinggi yang strategis terletak di bagian bawah kabin, serta motor listrik yang berada di bagian belakang kendaraan, ditemukan dalam kondisi utuh dan normal. Kondisi ini secara meyakinkan menepis dugaan awal yang mungkin muncul di benak publik bahwa insiden kebakaran tersebut berkaitan langsung dengan sistem propulsi utama kendaraan listrik. "Kami juga ingin menyampaikan bahwa komponen baterai tegangan tinggi yang terletak di bawah kabin mobil dan motor listrik yang berada di bagian belakang mobil ditemukan dalam kondisi yang utuh dan normal usai proses pemadaman selesai," ujar Maulana Hakim. "Oleh karenanya dapat dipastikan bila komponen tersebut tidak ada kaitannya dan juga bukan pemicu dari insiden ini," tegasnya, memberikan jaminan awal kepada konsumen dan calon pembeli.
Meskipun demikian, investigasi mendalam terhadap penyebab pasti insiden ini masih terus bergulir. Dengan dikesampingkannya baterai dan motor listrik sebagai sumber masalah, fokus penyelidikan kini dialihkan sepenuhnya ke area kap depan mobil. Dari lokasi inilah, menurut laporan awal dan kesaksian di lapangan, kepulan asap pertama kali terlihat sebelum api membesar dan melalap bagian depan kendaraan. "Dengan demikian, investigasi yang lebih dalam tetap berjalan dan kami fokuskan terhadap area kap depan untuk dapat mengetahui penyebab insiden ini. Kami mohon untuk dapat menunggu perkembangan selanjutnya," tambah Maulana Hakim, mengindikasikan komitmen Wuling untuk mencapai kesimpulan yang definitif dan transparan.
Baca Juga:
- Melacak Jejak Kekayaan Presiden Jokowi: Lonjakan Harta Rp 9 Miliar dan Isi Garasi yang Sederhana
- Ofero Guncang PRJ 2025: Menawarkan Solusi Mobilitas Listrik Terjangkau yang Revolusioner untuk Keluarga Modern Indonesia
- Kecelakaan Tragis Bus Pariwisata di Malaysia Renggut Nyawa Dua WNI, Belasan Lainnya Luka-Luka
- Tesla di Titik Krusial: Penjualan Anjlok, Persaingan Memanas, Janji Terabaikan
- Mengapa Mobil Listrik China Makin Merajai Pasar Otomotif Indonesia?
Proses investigasi ini tidak hanya dilakukan secara internal oleh tim Wuling, melainkan juga melibatkan koordinasi aktif dengan berbagai pihak terkait. Maulana Hakim menyebutkan bahwa Wuling telah berhasil menjalin komunikasi dan mencapai kesepakatan dengan konsumen pemilik kendaraan melalui dealer setempat. Kesepakatan ini mencakup persetujuan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut bersama pihak-pihak berwenang lainnya. Keterlibatan pihak eksternal, seperti kepolisian, lembaga investigasi independen, atau ahli forensik otomotif, sangat krusial untuk memastikan objektivitas dan kredibilitas hasil akhir investigasi. Pendekatan kolaboratif ini menunjukkan upaya Wuling untuk tidak hanya menemukan akar masalah, tetapi juga membangun kembali kepercayaan publik terhadap produk dan layanan mereka.
Insiden terbakarnya Wuling Air EV ini pertama kali menjadi sorotan publik setelah sebuah video singkat yang merekam kejadian tersebut diunggah oleh akun TikTok @Viranurzahra17. Video tersebut dengan cepat menjadi viral, menarik perhatian lebih dari 5 juta penonton dan memicu beragam reaksi serta perdebatan di kalangan warganet mengenai keamanan kendaraan listrik. Kejadian ini berlangsung di pinggir jalan, tepatnya di sekitar Jalan Soekarno Hatta, Bandung, sebelum persimpangan Jalan Soekarno Hatta – Jalan Moch Toha.
Pihak kepolisian, melalui Kanit Gakkum Satlantas Polrestabes Bandung AKP Fiekry Perdana, turut memberikan keterangan berdasarkan hasil penyelidikan awal di lapangan dan kesaksian para saksi mata. Menurut AKP Fiekry, sebelum insiden kebakaran terjadi, kendaraan Wuling Air EV tersebut sempat terlibat dalam tabrakan ringan dengan kendaraan lain. Namun, permasalahan tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan di tempat kejadian. Setelah itu, mobil melanjutkan perjalanan dan berputar di Jalan Soekarno Hatta menuju arah timur. Insiden kebakaran terjadi saat kendaraan berhenti menunggu lampu merah di perempatan Jalan Soekarno Hatta – Jalan Moch Toha. "Saat menunggu lampu merah, tiba-tiba dari mesin keluar kepulan asap disusul api dan membesar," ungkap AKP Fiekry Perdana, menjelaskan kronologi kejadian dari sudut pandang kepolisian.
Berdasarkan temuan di lokasi dan keterangan saksi, polisi menduga kuat bahwa kebakaran tersebut diakibatkan oleh faktor kendaraan, khususnya adanya korsleting kelistrikan. "Kebakaran diakibatkan faktor kendaraan yaitu diduga ada korsleting kelistrikan pada kendaraan," tambah AKP Fiekry. Dugaan korsleting kelistrikan ini sejalan dengan arah penyelidikan Wuling yang kini terfokus pada area kap depan, di mana sistem kelistrikan non-traksi utama (seperti sistem 12V, lampu, atau komponen lainnya) biasanya berada.
Wuling Air EV sendiri merupakan salah satu model kendaraan listrik yang paling diminati di Indonesia, dikenal dengan ukurannya yang kompak, desain yang modern, dan harganya yang terjangkau, menjadikannya pilihan menarik bagi mobilitas perkotaan. Kehadiran Air EV telah memberikan kontribusi signifikan dalam mempopulerkan kendaraan listrik di Tanah Air. Oleh karena itu, insiden seperti ini tentu menjadi perhatian serius, baik bagi produsen maupun bagi ekosistem kendaraan listrik secara keseluruhan. Wuling, sebagai pemain kunci di pasar EV Indonesia, memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya menyelesaikan kasus ini dengan tuntas, tetapi juga untuk terus meningkatkan standar keamanan dan kualitas produk mereka.
Dalam konteks keamanan kendaraan listrik, penting untuk memahami bahwa kebakaran dapat terjadi pada jenis kendaraan apa pun, baik bertenaga listrik maupun bahan bakar internal (ICE). Penyebab kebakaran pada kendaraan listrik bisa beragam, mulai dari kerusakan baterai akibat benturan keras, cacat produksi, hingga masalah pada sistem kelistrikan non-baterai seperti korsleting kabel, komponen elektronik yang rusak, atau bahkan kesalahan dalam pemasangan aksesori aftermarket. Perbedaan utama seringkali terletak pada karakteristik api dan cara pemadamannya. Baterai kendaraan listrik, jika mengalami thermal runaway, dapat menghasilkan api yang lebih sulit dipadamkan dan berpotensi menyala kembali. Namun, data global menunjukkan bahwa insiden kebakaran pada kendaraan listrik tidak lebih sering terjadi dibandingkan kendaraan konvensional, bahkan dalam beberapa studi, angkanya justru lebih rendah.
Oleh karena itu, pernyataan Wuling yang mengesampingkan baterai tegangan tinggi dan motor listrik sebagai pemicu kebakaran ini memberikan validasi awal terhadap desain keamanan inti Air EV. Fokus pada area kap depan menunjukkan bahwa kemungkinan besar masalahnya terletak pada sistem kelistrikan tegangan rendah atau komponen lain di bagian depan kendaraan, yang secara umum lebih mudah ditangani dan diidentifikasi penyebabnya dibandingkan masalah pada paket baterai utama.
Wuling Motors Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan pihak berwenang dan konsumen guna mengungkap akar masalah secara menyeluruh. Transparansi dalam proses investigasi dan hasil akhirnya akan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan konsumen dan memastikan bahwa insiden serupa dapat dicegah di masa mendatang. Pengungkapan penyebab pasti akan menjadi pelajaran berharga bagi industri otomototif, terutama dalam pengembangan dan penerapan standar keamanan yang lebih tinggi untuk kendaraan listrik. Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tidak berspekulasi dan menunggu hasil investigasi resmi yang lebih lengkap dan final. Insiden ini, meskipun disayangkan, juga menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan mengedepankan aspek keamanan dan keandalan.
