
Jakarta – Sebuah misi ambisius yang dirancang untuk menjadi mata dan telinga dunia dalam memburu emisi metana, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya, kini menghadapi kenyataan pahit. Satelit MethaneSat, sebuah proyek senilai USD 88 juta (sekitar Rp 1,4 triliun), yang diluncurkan dengan harapan besar untuk memberikan transparansi global atas pelepasan gas metana, dilaporkan hilang kontak dan kemungkinan besar tidak dapat dipulihkan. Kehilangan satelit ini merupakan pukulan signifikan bagi upaya internasional dalam memerangi perubahan iklim, khususnya dalam melacak dan mengurangi jejak metana yang semakin mengkhawatirkan.
Satelit MethaneSat, yang didukung secara finansial oleh raksasa teknologi Google dan miliarder pendiri Amazon, Jeff Bezos, diluncurkan tahun lalu menggunakan roket SpaceX milik Elon Musk. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data komprehensif selama lima tahun, memetakan sumber-sumber metana di seluruh dunia dan mengidentifikasi ‘super-emitor’ atau area dengan pelepasan metana yang sangat tinggi. Data ini diharapkan dapat menjadi alat penting bagi pemerintah, ilmuwan, dan publik untuk menekan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas emisi metana berlebihan, sekaligus membantu mencapai target pengurangan gas rumah kaca yang mendesak.
Environment Defense Fund (EDF), organisasi nirlaba yang mengawasi proyek MethaneSat, mengonfirmasi bahwa komunikasi dengan satelit telah terputus sejak lebih dari seminggu yang lalu. Investigasi menyeluruh sedang berlangsung untuk memahami penyebab pasti kegagalan ini, namun tim EDF menduga satelit tersebut mengalami kehilangan daya dan kemungkinan besar tidak dapat dihidupkan kembali. Kabar ini datang hanya setahun setelah MethaneSat memulai orbitnya, jauh sebelum masa operasional lima tahun yang direncanakan.
Urgensi Memburu Metana: Ancaman Tersembunyi Bagi Iklim
Metana seringkali disebut sebagai "raksasa tersembunyi" dalam krisis iklim. Meskipun karbon dioksida (CO2) mendapat sorotan utama karena kuantitasnya yang besar dan daya tahannya yang lama di atmosfer, metana adalah gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dalam jangka pendek. Dalam periode 100 tahun, metana memiliki potensi pemanasan global (GWP) 28 kali lebih besar daripada CO2. Ini berarti, setiap ton metana yang dilepaskan ke atmosfer memiliki dampak pemanasan yang setara dengan 28 ton CO2. Meskipun metana tidak bertahan di atmosfer selama CO2 – metana umumnya terurai dalam sekitar satu dekade, dibandingkan dengan ratusan hingga ribuan tahun untuk CO2 – efek pemanasannya yang intens dalam waktu singkat menjadikannya target utama untuk pengurangan emisi yang cepat.
Gas metana bertanggung jawab atas hampir sepertiga dari pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sumber utamanya bervariasi, mulai dari aktivitas industri seperti produksi minyak dan gas (kebocoran pada pipa, ventilasi, dan pembakaran yang tidak sempurna), sektor pertanian (terutama dari peternakan sapi melalui proses pencernaan enterek dan dari sawah padi), hingga pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah.
Meskipun ada komitmen internasional yang kuat untuk mengurangi tingkat metana, seperti "Global Methane Pledge" yang diluncurkan pada COP26 di Glasgow, yang menargetkan pengurangan emisi metana sebesar 30% pada tahun 2030, angka emisi metana terus meningkat dari tahun ke tahun. Badan antariksa Eropa, ESA, telah menyatakan keprihatinannya bahwa target tersebut kemungkinan besar tidak akan tercapai tanpa upaya yang lebih agresif dan sistem pemantauan yang lebih baik.
MethaneSat: Harapan Baru untuk Transparansi dan Akuntabilitas
Proyek MethaneSat lahir dari kebutuhan mendesak akan data yang lebih transparan dan dapat diakses publik mengenai emisi metana. Banyak satelit yang saat ini memantau metana dioperasikan secara pribadi, yang membatasi akses publik terhadap data dan mengurangi transparansi mengenai siapa saja "pelanggar terburuk" dalam pelepasan metana. EDF melihat celah ini dan mengembangkan MethaneSat sebagai solusi.
Setelah bertahun-tahun pengembangan dan perencanaan, MethaneSat dirancang untuk mengisi kesenjangan tersebut. Salah satu fitur paling revolusioner dari MethaneSat adalah komitmennya untuk membuat sebagian besar datanya tersedia untuk umum. Ini memungkinkan pengawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pemerintah, ilmuwan, organisasi non-pemerintah, dan bahkan masyarakat sipil. Dengan data yang dapat diakses secara publik, diharapkan akan ada tekanan yang lebih besar pada perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi metana mereka.
Dukungan finansial dari konsorsium raksasa teknologi, termasuk Google dan miliarder Jeff Bezos melalui Bezos Earth Fund, menunjukkan pengakuan akan pentingnya proyek ini. Dana sebesar USD 88 juta dialokasikan untuk pengembangan dan peluncuran satelit ini, menandakan investasi besar dalam solusi iklim berbasis teknologi.
Secara teknis, MethaneSat dilengkapi dengan salah satu instrumen paling sensitif di dunia yang mampu mendeteksi sumber metana yang jauh lebih kecil daripada yang bisa ditangkap oleh satelit sebelumnya. Kemampuan ini sangat penting untuk mengidentifikasi kebocoran yang seringkali terlewatkan atau emisi yang lebih tersebar, seperti yang berasal dari sektor pertanian. Satelit ini tidak hanya bisa mengidentifikasi "super-emitor" besar dari fasilitas minyak dan gas, tetapi juga emisi yang lebih difus dari peternakan atau area persawahan, yang sebelumnya sulit dipantau secara akurat dari luar angkasa. Google bahkan berencana menggunakan alat kecerdasan buatan (AI) canggihnya untuk memproses data dari MethaneSat, mengubahnya menjadi peta metana global yang mudah dipahami dan dianalisis, sehingga mempercepat identifikasi dan penanganan sumber emisi.
Kehilangan yang Tak Terpulihkan dan Dampaknya
Setelah hanya sekitar setahun beroperasi, MethaneSat yang seharusnya berumur lima tahun, kini berhenti berfungsi. Tim di EDF, dengan nada kekecewaan, menyatakan bahwa satelit tersebut kemungkinan besar tidak dapat dipulihkan. Mereka menambahkan bahwa sebagian perangkat lunak dan keahlian yang diperoleh dari proyek ini dapat digunakan kembali, namun terlalu dini untuk berkomentar apakah satelit baru akan diluncurkan. Pernyataan EDF menekankan bahwa "untuk mengatasi tantangan iklim dibutuhkan tindakan berani dan pengambilan risiko dan satelit ini berada di garis depan sains, teknologi, dan advokasi." Ini mencerminkan pemahaman bahwa inovasi dalam memerangi perubahan iklim seringkali datang dengan risiko kegagalan.
Kehilangan MethaneSat meninggalkan kekosongan besar dalam lanskap pemantauan metana global. Data yang seharusnya diberikan oleh satelit ini sangat krusial untuk:
- Akuntabilitas Korporat: Tanpa data publik yang rinci, perusahaan yang melakukan emisi metana mungkin tidak menghadapi tekanan yang cukup untuk memperbaiki praktik mereka.
- Pembuatan Kebijakan: Pemerintah memerlukan data akurat untuk merumuskan kebijakan iklim yang efektif dan mengukur kemajuan mereka dalam mencapai target pengurangan emisi.
- Riset Ilmiah: Ilmuwan kehilangan sumber data yang tak ternilai untuk memahami siklus metana global dan dampaknya terhadap sistem iklim.
- Identifikasi Sumber Baru: Kemampuan MethaneSat untuk mendeteksi emisi kecil dan tersebar sangat penting untuk mengidentifikasi sumber-sumber metana yang sebelumnya tidak diketahui atau diremehkan.
Lanskap Pemantauan Metana yang Semakin Terbatas
Kehilangan MethaneSat juga menyoroti kerentanan upaya global dalam melacak gas rumah kaca. Salah satu sumber data metana utama lainnya yang tersedia untuk umum adalah CarbonMapper, sebuah inisiatif nirlaba yang menggunakan instrumen pada satelit-satelit lain. Salah satu sumber datanya adalah instrumen TROPOMI yang terpasang di satelit Sentinel-5P milik ESA (European Space Agency). Meskipun Sentinel-5P terus mengirimkan data berharga, program tujuh tahunnya seharusnya selesai pada Oktober mendatang. Tidak jelas berapa lama lagi satelit ini dapat terus mengumpulkan informasi. Jika Sentinel-5P juga mengakhiri misinya, upaya global untuk melacak gas rumah kaca akan semakin terbatas, menciptakan "celah data" yang signifikan pada saat krisis iklim menuntut lebih banyak, bukan lebih sedikit, informasi.
Keterbatasan ini menegaskan kembali mengapa MethaneSat begitu penting. Satelit ini bukan hanya sebuah alat ilmiah; ia adalah simbol harapan akan transparansi dan akuntabilitas dalam perang melawan perubahan iklim. Kegagalannya adalah pengingat bahwa upaya mengatasi tantangan iklim global memerlukan investasi besar, inovasi berkelanjutan, dan kesiapan untuk menghadapi kemunduran. Meskipun MethaneSat mungkin telah hilang, pelajaran dari proyek ini dan urgensi untuk memantau metana tetap ada. Komunitas ilmiah dan lingkungan harus terus mencari solusi baru dan lebih tangguh untuk memastikan bahwa emisi metana tidak lagi menjadi ancaman tersembunyi yang tak terkendali bagi planet kita.
