
Wimbledon 2025: Drama Membara di Babak 16 Besar, Djokovic Tertekan, Bencic Cemerlang, Cilic Tersingkir
Hari kedelapan Kejuaraan Wimbledon 2025 memancarkan aura ketegangan dan kegembiraan, dengan babak 16 besar yang menampilkan serangkaian pertarungan sengit di lapangan rumput All England Club. Mata dunia tertuju pada Centre Court, di mana legenda hidup Novak Djokovic menghadapi ujian berat, sementara bintang-bintang lain berjuang untuk mengamankan tempat di perempat final yang didambakan.
Pagi di SW19 dibuka dengan prediksi dan harapan yang melambung tinggi. Jadwal pertandingan hari ini menjanjikan duel-duel menarik di sektor tunggal putra dan putri. Di Centre Court, sorotan utama tertuju pada pertandingan antara Alex de Minaur (11) melawan Novak Djokovic (6), diikuti oleh Mirra Andreeva (7) melawan Emma Navarro (10), dan kemudian Jannik Sinner (1) melawan Grigor Dimitrov (19). Di Lapangan No. 1, Ekaterina Alexandrova (18) menghadapi Belinda Bencic, Ben Shelton (10) melawan Lorenzo Sonego, dan Iga Świątek (8) berhadapan dengan Clara Tauson (23). Sementara itu, Lapangan No. 2 menampilkan Marin Čilić melawan Flavio Cobolli (22) dan Liudmila Samsonova (19) melawan Jessica Bouzas Maneiro.
Novak Djokovic, sang juara Wimbledon tujuh kali, tiba di turnamen ini dengan narasi yang kuat. Pada usia 38 tahun, hanya beberapa bulan setelah menjalani operasi lutut, penampilannya sejauh ini terlihat tajam dan meyakinkan. Voli-voli akrobatik dan selebrasi khasnya yang penuh semangat telah menghiasi Centre Court. Kemenangan hari ini akan membawanya selangkah lebih dekat untuk menjadi juara tunggal Grand Slam tertua di era Open – dan meraih gelar mayor ke-25 dalam kariernya yang gemilang. Namun, ia harus menghadapi Alex de Minaur yang tak kenal lelah, petenis Australia berjuluk "Demon" yang dikenal dengan kecepatan dan kegigihannya.
Pertarungan antara De Minaur dan Djokovic di Centre Court segera menjadi sorotan utama. De Minaur, yang diunggulkan di posisi 11, memulai pertandingan dengan performa yang mengejutkan. Ia tampil agresif, mengganggu ritme permainan Djokovic dengan pukulan-pukulan presisi dan kecepatan yang luar biasa. Hasilnya, set pertama berhasil diamankan De Minaur dengan skor telak 6-1, sebuah pencapaian yang jarang terlihat saat melawan Djokovic. Ini adalah kali pertama Djokovic kehilangan set dengan skor 6-1 sejak terakhir kali terjadi di Indian Wells pada Maret lalu, menghadapi Botic van de Zandschulp. Kejutan ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan penggemar dan komentator: apakah ini pertanda Djokovic sedang tidak dalam performa terbaiknya, ataukah De Minaur benar-benar menemukan celah dalam pertahanan sang juara?
Memasuki set kedua, Djokovic, seperti yang diharapkan dari seorang juara sejati, mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Ia menemukan kembali servisnya dan meningkatkan intensitas permainannya, menekan De Minaur dengan pukulan-pukulan groundstroke yang dalam. Djokovic berhasil mematahkan servis De Minaur dua kali, membangun keunggulan yang solid. Namun, De Minaur menunjukkan mengapa ia dijuluki "Demon" dengan kecepatan dan kegigihannya. Ia berhasil mematahkan balik servis Djokovic sekali, menjaga ketegangan dalam set tersebut. Meskipun demikian, Djokovic tidak memberikan banyak ruang bernapas. Ia berhasil mengamankan set kedua dengan skor 6-4, menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Momentum kini berada di tangan Djokovic, yang akan memulai servis di set ketiga. Ketegangan memuncak saat De Minaur memaksa deuce dalam game kritis, menciptakan break-back point dengan pukulan forehand yang terarah. Namun, sebuah kesalahan tak terduga, di mana De Minaur gagal dalam pukulan clean-up yang seharusnya mudah, memberikan kesempatan emas bagi Djokovic. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh petenis Serbia tersebut, yang dengan cepat mengamankan set kedua. "Anda tidak bisa memberikan pengampunan seperti itu kepada pria ini," ujar seorang pengamat, menyoroti betapa krusialnya kesalahan De Minaur.
Sementara drama di Centre Court berlangsung, Lapangan No. 1 juga menyajikan pertandingan-pertandingan yang tak kalah seru. Belinda Bencic menghadapi Ekaterina Alexandrova (18) dalam pertarungan yang mendebarkan. Bencic, yang baru saja melahirkan pada April 2024, menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Ia berhasil memenangkan set pertama melalui tie-break yang ketat dengan skor 7-6(4), sebuah indikasi betapa sengitnya persaingan. Set kedua juga tidak mudah bagi Bencic, yang harus berjuang keras melawan Alexandrova yang terus memberikan perlawanan. Pada kedudukan 5-3, Bencic mendapatkan kesempatan untuk mengamankan pertandingan di servisnya. Namun, ketegangan mulai terlihat. "Stres terbesar," begitu Bencic menggambarkan perasaannya saat mencoba menyelesaikan pertandingan, "tubuh tidak mendengarkan apa yang dikatakan pikiran." Alexandrova, yang baru-baru ini mengalahkan Bencic, memanfaatkan setiap kesalahan. Namun, Bencic menunjukkan keberanian yang lebih besar kali ini. Ia berhasil mengatasi sarafnya dan menutup pertandingan dengan kemenangan 7-6(4) 6-4. Saat poin terakhir diraih, wajah Bencic berkerut dan air mata mulai menetes. Ini adalah perempat final Wimbledon pertamanya, sebuah pencapaian yang tertunda bertahun-tahun dari perkiraannya, dan terasa semakin istimewa setelah ia menjadi seorang ibu. Dalam wawancara pasca-pertandingan, Bencic menyatakan betapa "luar biasa" rasanya bisa bepergian dengan putrinya dan berbagi kenangan bersamanya, seraya menambahkan "salut untuk para ibu!" yang berjuang menyeimbangkan karier dan keluarga.
Di Lapangan No. 2, kejutan besar terjadi saat Flavio Cobolli (22) menghadapi finalis 2017, Marin Čilić. Čilić, seorang veteran dengan pengalaman Grand Slam yang luas, diharapkan mampu mengatasi tantangan dari petenis muda Italia tersebut. Namun, Cobolli tampil luar biasa. Dengan permainan agresif, solid, dan fokus yang tak tergoyahkan, Cobolli berhasil memenangkan dua set pertama dengan skor 6-4 6-4, mengejutkan banyak pihak. Čilić, yang dikenal dengan servis kuat dan pukulan groundstroke-nya, tidak menyerah begitu saja. Ia berhasil bangkit di set ketiga, memenangkan tie-break yang menegangkan 7-6(4), menunjukkan bahwa ia masih memiliki kekuatan untuk bertarung. Set keempat menjadi klimaks pertarungan ini, berlanjut ke tie-break yang penuh drama. Dalam tie-break yang sangat ketat, Cobolli berhasil menemukan momentum. Ia memimpin 4-3 setelah kesalahan dari Čilić, kemudian memperlebar keunggulan menjadi 5-3. Dengan pukulan forehand yang dahsyat, Cobolli mengamankan tiga match point dan akhirnya menutup pertandingan dengan skor 6-4 6-4 (4)6-7 7-6(3). Kemenangan ini menandai perempat final Grand Slam pertama bagi Flavio Cobolli, sebuah momen monumental dalam kariernya. Ekspresi emosional Cobolli setelah pertandingan sangat menyentuh; ayahnya terlihat menangis haru, menyaksikan putranya mencapai impian yang telah lama ia bangun. "Saya tidak bisa melupakan momen ini," ujar Cobolli, "Saya sangat bangga pada diri saya dan tim saya. Ayah saya menangis sekarang, dan saudara saya, dan teman-teman baik saya juga ada di sini." Ia menantikan pertandingan perempat finalnya dan berharap bisa bermain di lapangan besar, merasa bahwa ia pantas mendapatkannya. Ia juga memuji Čilić sebagai "legenda olahraga" dan merasa terhormat bisa menghadapinya. Kemenangan ini merupakan hasil dari semua pengorbanan yang telah dilakukan oleh Cobolli dan keluarganya.
Sementara itu, pertandingan di Lapangan No. 1 antara Ben Shelton (10) dan Lorenzo Sonego baru saja dimulai. Shelton, petenis muda Amerika, memiliki potensi yang besar dengan servis yang kuat, atletisme yang luar biasa, forehand yang bagus, dan temperamen yang hebat. Namun, pukulan backhand-nya masih menjadi kelemahan yang perlu diperbaiki. "Sampai dia memperbaikinya, jika dia memperbaikinya, dia akan menjadi tipe pemain yang hanya sampai delapan besar," komentar seorang pengamat. Pada usia 22 tahun, Shelton masih memiliki banyak waktu untuk berkembang. Pertemuan terakhir mereka di Melbourne dan Paris masing-masing dimenangkan oleh Shelton (dalam empat dan lima set), menunjukkan bahwa ini akan menjadi pertarungan yang menarik. Di awal set pertama, Shelton dan Sonego saling berbagi angka, dengan kedudukan 1-1. Kemudian, Sonego berhasil mematahkan servis Shelton untuk memimpin 3-1, namun Shelton dengan cepat membalas, menyamakan kedudukan.
Di Lapangan No. 2, pertandingan antara Liudmila Samsonova (19) dan Jessica Bouzas Maneiro juga menampilkan awal yang penuh drama. Bouzas Maneiro berhasil mematahkan servis Samsonova untuk memimpin 3-1, menunjukkan "karisma kompetitif" dan kekuatan pukulannya. Namun, Samsonova tidak membiarkan dirinya tertinggal jauh. Ia segera membalas dengan mematahkan servis Bouzas Maneiro, menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Pertandingan berlanjut dengan sengit, saling mematahkan servis, hingga akhirnya Samsonova berhasil mengamankan set pertama dengan skor 7-5. Ini menunjukkan kekuatan mental dan kemampuan Samsonova untuk memenangkan poin-poin krusial.
Di sisi putri, Jannik Sinner, petenis nomor satu dunia, telah tampil klinis sepanjang turnamen. Ia belum pernah kehilangan servis dalam tiga putaran, dan hanya menyerahkan 17 game dalam perjalanannya ke babak keempat – sebuah rekor bersama di era Open. Ia akan menghadapi Grigor Dimitrov dalam pertarungan yang berpotensi menampilkan gaya permainan yang bersih dan menawan di Centre Court. Sementara itu, Iga Świątek terus melangkah mantap menuju gelar Wimbledon pertamanya. Juara lima kali Grand Slam ini, yang pernah mengangkat trofi putri di sini pada 2018, menghadapi Clara Tauson dari Denmark di Lapangan No. 1. Dengan semua mantan juara lainnya telah tersingkir, petenis nomor satu dunia ini adalah satu-satunya wanita yang tersisa di paruh bawah undian yang tahu apa yang dibutuhkan untuk memenangkan Grand Slam. Di pertandingan lain, sensasi remaja Mirra Andreeva akan berhadapan dengan Emma Navarro, dalam pertandingan yang juga sangat dinanti.
Suasana di All England Club juga semakin semarak dengan kehadiran para tokoh penting di Royal Box. Roger Federer, legenda tenis yang memegang rekor delapan gelar Wimbledon, terlihat hadir, ditemani oleh bintang kriket Inggris James Anderson dan Joe Root. Kehadiran Federer selalu menjadi daya tarik tersendiri, dan komentar lucu tentang warna rambutnya yang terlihat lebih kemerahan dari biasanya menambah sentuhan humor dalam siaran langsung. Seorang penggemar bahkan berkomentar sinis, "Jadi, pemukul terhebat Inggris sedang libur di pertandingan tenis? Beraninya dia. Maksudku, apa selanjutnya, makan malam bersama keluarganya? Secangkir kopi dengan James Anderson? Kembali bekerja, pemalas. Tidak seperti para bangsawan, yang pantas libur, ya?" Namun, kehadiran para ikon olahraga ini semakin menegaskan prestise dan daya tarik abadi Wimbledon.
Menjelang akhir hari, gambaran perempat final di setiap undian akan terbentuk. Fase krusial Wimbledon telah dimulai. Dengan Djokovic yang menghadapi ujian berat, Bencic yang mencapai tonggak sejarah setelah kembali dari melahirkan, dan Cobolli yang membuat kejutan besar dengan mengalahkan Cilic, hari ini telah menjadi bukti betapa tak terduganya dan memikatnya turnamen tenis paling bergengsi di dunia ini. Pertarungan-pertarungan yang tersisa akan menentukan siapa yang layak melaju lebih jauh dalam perebutan gelar juara Wimbledon 2025.
