
Jakarta – Ivan Rakitic, salah satu gelandang paling dihormati dan berprestasi di generasinya, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia sepak bola profesional pada Senin, 7 Juli 2024. Keputusan ini datang saat ia berusia 37 tahun, mengakhiri karier cemerlang yang membentang lebih dari dua dekade, dihiasi dengan segudang trofi klub dan momen tak terlupakan bersama tim nasional Kroasia. Pengumuman ini bukan kejutan total, mengingat pelatih Hajduk Split, Gonzalo Garcia, klub terakhirnya di Liga Kroasia, sempat mengisyaratkan kemungkinan tersebut pada awal bulan ini, bahkan menyebut Rakitic akan melanjutkan kariernya sebagai asisten direktur keolahragaan.
Perjalanan Rakitic dimulai dari akar yang sederhana namun penuh potensi di Swiss, negara kelahirannya. Ia bergabung dengan akademi muda FC Basel, salah satu klub paling sukses di Swiss, pada usia yang sangat muda. Bakatnya yang menonjol sebagai gelandang serang dengan visi bermain yang luar biasa dan kemampuan tembakan jarak jauh yang akurat segera menarik perhatian. Rakitic membuat debut profesionalnya bersama Basel pada musim 2005-2006, saat masih remaja. Ia dengan cepat mengukuhkan dirinya sebagai pemain kunci, membantu Basel meraih gelar Liga Super Swiss dan Piala Swiss, serta mendapatkan pengalaman berharga di kompetisi Eropa. Kemampuan adaptasinya yang cepat dan etos kerjanya yang tinggi membuatnya menjadi prospek yang sangat menjanjikan di panggung Eropa.
Pada Januari 2007, Rakitic mengambil langkah besar dalam kariernya dengan pindah ke Jerman untuk bergabung dengan Schalke 04 di Bundesliga. Keputusan ini menunjukkan ambisinya untuk bersaing di liga yang lebih kompetitif. Di Gelsenkirchen, Rakitic menghabiskan tiga setengah musim yang krusial untuk perkembangannya. Ia tumbuh menjadi gelandang yang lebih lengkap, meningkatkan kemampuan bertahahan dan fisik tanpa kehilangan sentuhan kreatifnya. Bersama Schalke, ia merasakan atmosfer Liga Champions UEFA, bahkan mencapai semifinal pada musim 2010-2011, sebuah pencapaian signifikan bagi klub tersebut. Konsistensi penampilannya di Bundesliga dan panggung Eropa membuatnya menarik perhatian klub-klub besar di benua biru, membuka babak baru dalam petualangan sepak bolanya.
Petualangan Rakitic di Spanyol dimulai pada Januari 2011, ketika ia hijrah ke Sevilla. Awalnya, ia perlu waktu untuk beradaptasi dengan gaya bermain La Liga yang berbeda dan tuntutan taktis yang baru. Namun, di bawah asuhan pelatih Unai Emery, Rakitic berkembang pesat. Ia tidak hanya menjadi tulang punggung lini tengah, tetapi juga diangkat sebagai kapten tim, sebuah kehormatan yang menunjukkan kepemimpinan dan pengaruhnya di ruang ganti. Di sinilah Rakitic mulai merasakan manisnya gelar internasional. Pada musim 2013-2014, ia memimpin Sevilla meraih gelar Liga Europa, mengalahkan Benfica di final yang dramatis. Penampilannya di sepanjang turnamen itu luar biasa, dan ia menjadi salah satu pemain paling menonjol di Eropa. Keberhasilannya ini tidak hanya mengangkat namanya, tetapi juga menjadikannya target utama bagi raksasa Catalan.
Puncak karier Rakitic tercapai ketika Barcelona memboyongnya pada musim panas 2014. Dengan biaya transfer sekitar 18 juta Euro, Rakitic diharapkan dapat menjadi jembatan antara era keemasan Xavi Hernandez dan lini tengah Barcelona yang baru. Ia berhasil membuktikan ekspektasi tersebut dengan gemilang. Dalam musim debutnya bersama Blaugrana, Rakitic menjadi bagian integral dari tim yang meraih treble winner bersejarah pada musim 2014-2015 di bawah pelatih Luis Enrique. Ia memainkan peran kunci dalam menyeimbangkan lini tengah, memberikan dukungan defensif kepada trio penyerang "MSN" (Messi, Suarez, Neymar), sekaligus menyuplai bola-bola akurat dan melepaskan tembakan jarak jauh yang berbahaya. Puncaknya, ia mencetak gol pembuka yang krusial di final Liga Champions UEFA melawan Juventus, sebuah gol yang menjadi salah satu sorotan utama dalam kariernya.
Selama enam musim di Camp Nou, Rakitic menjadi salah satu pemain paling konsisten dan diandalkan. Ia memenangkan total 13 gelar bersama Barcelona, termasuk empat gelar La Liga, empat Copa del Rey, satu Liga Champions, satu Piala Dunia Antarklub FIFA, dan satu Piala Super UEFA. Fleksibilitasnya membuatnya bisa bermain di berbagai posisi di lini tengah, baik sebagai gelandang bertahan, gelandang tengah, maupun gelandang serang, menjadikannya aset tak ternilai bagi setiap pelatih. Ia dikenal dengan etos kerja tanpa lelah, kemampuan passing yang akurat, visi bermain yang cerdas, dan tembakan keras dari luar kotak penalti. Meskipun seringkali dianggap sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa" yang perannya kerap tertutupi oleh sorotan terhadap bintang-bintang penyerang Barcelona, kontribusi Rakitic sangat fundamental bagi kesuksesan tim. Kepergiannya dari Barcelona pada tahun 2020 menandai berakhirnya sebuah era yang sangat sukses bagi dirinya dan klub.
Setelah enam tahun yang sarat gelar di Barcelona, Ivan Rakitic membuat keputusan emosional untuk kembali ke Sevilla pada musim panas 2020. Kepindahan ini disambut antusias oleh para penggemar Sevilla, yang menganggapnya sebagai "anak hilang" yang kembali. Di masa keduanya bersama Los Nervionenses, Rakitic membuktikan bahwa sentuhan magisnya belum pudar. Ia kembali menjadi pemimpin di lapangan, membantu tim meraih kesuksesan lainnya. Puncaknya adalah ketika ia sekali lagi mengangkat trofi Liga Europa pada musim 2022-2023, mengalahkan AS Roma di final yang mendebarkan melalui adu penalti. Kemenangan ini menjadikannya satu-satunya pemain yang memenangkan Liga Europa dua kali bersama Sevilla, sebuah rekor yang menunjukkan ikatan dan dedikasinya yang luar biasa terhadap klub.
Namun, perjalanan Rakitic tidak berhenti di situ. Setelah sukses di Sevilla, ia sempat mencoba peruntungan di Liga Arab Saudi bersama Al Shabab pada Januari 2024. Namun, petualangan di Timur Tengah hanya berlangsung singkat, sekitar enam bulan. Meskipun pengalaman baru, Rakitic memutuskan untuk kembali ke Kroasia, negara yang ia bela di kancah internasional, dan bergabung dengan Hajduk Split pada Februari 2024. Keputusan ini bisa dibilang sebagai "pulang kampung" yang terakhir dalam karier profesionalnya, di mana ia bisa bermain di negara leluhurnya sebelum gantung sepatu. Semusim memperkuat Hajduk Split, Rakitic merasakan atmosfer sepak bola Kroasia secara langsung sebelum akhirnya mengambil keputusan besar untuk pensiun.
Selain karier klub yang gemilang, Ivan Rakitic juga memiliki karier internasional yang sangat berkesan bersama tim nasional Kroasia. Meskipun lahir dan besar di Swiss, Rakitic memilih untuk mewakili Kroasia, negara asal orang tuanya. Keputusan ini menunjukkan ikatan emosionalnya yang kuat terhadap warisan budaya dan keluarga. Ia membuat debutnya untuk timnas Kroasia pada tahun 2007 dan dengan cepat menjadi salah satu pilar utama di lini tengah, membentuk duet yang sangat ditakuti bersama Luka Modric. Kombinasi antara visi Modric dan etos kerja Rakitic menciptakan "mesin" lini tengah yang tangguh.
Puncak karier internasionalnya adalah saat ia memimpin Kroasia secara mengejutkan mencapai final Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia. Sepanjang turnamen, Rakitic menunjukkan performa luar biasa, termasuk mencetak gol penentu dalam adu penalti melawan Denmark di babak 16 besar dan melawan Rusia di perempat final. Meskipun akhirnya kalah dari Prancis di final, perjalanan Kroasia dan peran Rakitic di dalamnya adalah kisah inspiratif yang akan selalu dikenang. Ia pensiun dari tugas internasional pada tahun 2020, setelah mengumpulkan 106 penampilan dan mencetak 15 gol untuk Kroasia, menjadikannya salah satu pemain dengan penampilan terbanyak dalam sejarah timnas.
Gaya bermain Ivan Rakitic selalu dicirikan oleh kecerdasannya, stamina yang tak terbatas, dan kemampuan teknis yang mumpuni. Ia adalah gelandang box-to-box yang mampu berkontribusi baik dalam menyerang maupun bertahan. Kemampuannya dalam mendistribusikan bola, baik dengan umpan pendek yang akurat maupun umpan panjang yang visioner, menjadi aset berharga bagi setiap tim yang ia bela. Selain itu, tembakan jarak jauhnya yang bertenaga dan akurat seringkali menjadi solusi buntu dalam pertandingan ketat. Rakitic juga dikenal sebagai pemimpin di lapangan, dengan kepribadian yang tenang namun tegas, serta profesionalisme yang luar biasa sepanjang kariernya. Ia adalah contoh sempurna dari seorang pemain yang selalu memberikan 100% untuk timnya, tidak pernah mengeluh, dan selalu siap berkorban demi kepentingan kolektif.
Dalam pengumuman pensiunnya, Rakitic mengungkapkan rasa syukurnya yang mendalam kepada sepak bola: "Sepak bola, kamu memberiku lebih dari yang kuimpikan. Kamu memberiku teman, emosi, kebahagiaan, tangisan. Kamu memberiku seluruh hidup, hidup yang akan selalu kujalani dengan kebanggaan. Sekarang waktunya aku pamit. Karena bahkan kalau aku menyingkir darimu, kutahu kamu tak akan pernah meninggalkanku. Terima kasih, sepak bola." Kata-kata ini mencerminkan ikatan emosional yang kuat antara Rakitic dan olahraga yang telah membentuk hidupnya.
Dengan gantung sepatu, Ivan Rakitic meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah sepak bola. Ia akan selalu dikenang sebagai gelandang serba bisa yang memenangkan segalanya di level klub, seorang pemimpin di lapangan, dan pahlawan bagi negaranya. Kariernya adalah bukti nyata dari kerja keras, dedikasi, dan kecintaan pada permainan. Meskipun ia akan menepi dari lapangan hijau sebagai pemain, warisan dan kontribusinya akan terus menginspirasi generasi mendatang. Kini, dengan potensi peran baru sebagai asisten direktur keolahragaan di Hajduk Split, Rakitic kemungkinan besar akan terus menyumbangkan pengetahuannya yang luas untuk masa depan sepak bola.
