
Real Madrid telah mengamankan tiket ke semifinal Piala Dunia Antarklub 2025, sebuah langkah awal yang menjanjikan di bawah kepemimpinan pelatih baru, Xabi Alonso. Mantan gelandang Los Blancos yang kini menjabat sebagai arsitek tim, telah memimpin skuadnya meraih catatan impresif empat kemenangan dan satu hasil imbang di turnamen pembuka musim ini. Namun, di tengah euforia awal, sebuah suara bijak dari legenda klub yang baru saja pensiun, Toni Kroos, menyerukan agar tidak cepat-cepat "menghakimi" kinerja Alonso. Peringatan Kroos menyoroti kompleksitas dan tekanan yang melekat pada peran pelatih di klub sebesar Real Madrid, menekankan pentingnya waktu dan kesabaran dalam membangun sebuah era baru.
Penunjukan Xabi Alonso sebagai pelatih kepala Real Madrid menandai dimulainya babak baru yang penuh antisipasi. Setelah sukses fenomenal membawa Bayer Leverkusen meraih gelar Bundesliga secara historis tanpa kekalahan, serta mencapai final DFB-Pokal dan Liga Europa, Alonso tiba di Santiago Bernabéu dengan reputasi sebagai salah satu pelatih muda paling menjanjikan di dunia. Warisan kepelatihan Carlo Ancelotti yang penuh trofi, ditambah dengan ekspektasi tak terbatas dari para penggemar dan petinggi klub, menempatkan beban berat di pundak Alonso. Piala Dunia Antarklub 2025, meskipun bukan kompetisi utama, menjadi panggung pertama bagi Alonso untuk menunjukkan visinya dan menguji adaptasi tim terhadap filosofi barunya. Turnamen ini menjadi semacam "baptism of fire," sebuah kesempatan untuk mengintegrasikan ide-ide taktisnya dan melihat bagaimana para pemain bintang Real Madrid merespons pendekatan yang berbeda.
Dalam lima pertandingan awal di Piala Dunia Antarklub, Real Madrid di bawah asuhan Alonso menunjukkan tanda-tanda positif yang jelas. Empat kemenangan dan satu hasil imbang bukan hanya sekadar statistik, melainkan cerminan dari peningkatan kolektif dan adaptasi yang cepat. Los Blancos tampak lebih terorganisir, baik dalam fase menyerang maupun bertahan. Alonso berhasil menanamkan filosofi penguasaan bola yang cerdas, dipadukan dengan transisi cepat yang mematikan dan disiplin pertahanan yang lebih baik. Dalam kemenangan-kemenangan awal, Madrid menunjukkan kematangan dalam mengontrol tempo permainan, mendominasi lini tengah, dan menciptakan banyak peluang. Hasil imbang yang mereka raih pun bukan karena penampilan buruk, melainkan lebih pada duel ketat yang menunjukkan ketangguhan mental tim untuk tidak menyerah. Pertandingan-pertandingan ini menjadi wadah bagi Alonso untuk bereksperimen dengan formasi, rotasi pemain, dan peran individu, memberikan gambaran awal tentang potensi tak terbatas yang dimilikinya. Selanjutnya, Real Madrid akan menghadapi Paris Saint-Germain (PSG) di semifinal pada Kamis (10/7) dini hari WIB, sebuah laga yang diprediksi akan menjadi ujian sesungguhnya bagi sistem dan mentalitas tim di bawah Alonso. PSG, dengan kekuatan serangan yang mengerikan, akan memaksa Madrid untuk menampilkan performa terbaik mereka, baik secara taktis maupun fisik.
Di tengah optimisme yang mulai tumbuh, komentar Toni Kroos menjadi pengingat penting. "Masih terlalu dini untuk menilai Real Madrid di bawah polesan Xabi Alonso. Dia butuh waktu," jelas Kroos, sebagaimana dilansir dari Sky Sports. Kroos, yang baru saja gantung sepatu setelah karier gemilang di Real Madrid, adalah sosok yang sangat memahami seluk-beluk dan tekanan yang ada di Santiago Bernabéu. Ia bermain bersama Alonso di lini tengah Madrid, berbagi ruang ganti, dan menyaksikan langsung kepemimpinan serta kecerdasan taktis Alonso sebagai pemain. Pengalamannya yang luas, baik sebagai pemain maupun pengamat, menjadikan pandangannya sangat berharga. Kroos tahu betul bahwa Real Madrid bukan sekadar klub sepak bola biasa; ia adalah institusi yang menuntut kesempurnaan dan kesuksesan instan. Namun, ia juga menyadari bahwa setiap perubahan, apalagi perubahan kepelatihan dengan filosofi yang berbeda, membutuhkan proses dan adaptasi.
Pernyataan Kroos bahwa Alonso "sudah melakukan pekerjaan hebat di Jerman" adalah pengakuan atas kapabilitas manajerial Alonso. Namun, ia menekankan bahwa menerapkan ide-idenya di Madrid adalah tantangan yang sama sekali berbeda. Di Leverkusen, Alonso membangun timnya dari nol, menanamkan identitas yang kuat, dan menumbuhkan kepercayaan diri secara bertahap tanpa tekanan berlebihan untuk meraih gelar di musim pertama. Di Real Madrid, ekspektasi selalu tinggi sejak hari pertama. Setiap hasil imbang atau kekalahan akan langsung memicu kritik dan spekulasi media. Waktu yang dibutuhkan Alonso mencakup berbagai aspek: mengimplementasikan filosofi permainannya secara menyeluruh, membangun chemistry yang solid antar pemain, menyesuaikan diri dengan dinamika Liga Spanyol yang kompetitif, dan yang paling penting, mengelola ekspektasi dari berbagai pihak.
Toni Kroos juga menyoroti modal besar yang dimiliki Xabi Alonso: para pemain hebat. Real Madrid memang memiliki skuad bertabur bintang, mulai dari veteran berpengalaman hingga talenta muda yang menjanjikan. Namun, memiliki banyak pemain berkualitas tidak serta merta menjamin kesuksesan. "Saya yakin, Xabi tahu cara untuk memperbaiki apa yang perlu disesuaikan. Ada hal-hal yang harus diubah dengan begitu banyak kualitas pemain yang dipunya," ungkap Kroos. Tantangan sesungguhnya bagi Alonso adalah bagaimana memadukan seluruh kualitas individu tersebut menjadi sebuah unit yang kohesif dan efektif. Ini bukan hanya tentang menempatkan pemain di posisi terbaik mereka, tetapi juga tentang menanamkan pemahaman taktis yang mendalam, memastikan setiap pemain memahami peran dan tanggung jawabnya, baik saat menyerang maupun bertahan.
Kroos menekankan poin krusial bahwa "para pemain harus bisa bermain bersama, baik saat menyerang dan bertahan. Dua hal itu tidak bisa dipisahkan." Filosofi ini adalah inti dari sepak bola modern. Sebuah tim tidak bisa hanya fokus pada serangan tanpa memperhatikan pertahanan, atau sebaliknya. Alonso harus menemukan keseimbangan sempurna antara kreativitas menyerang yang mematikan dan soliditas pertahanan yang tidak bisa ditembus. Ini berarti seluruh tim harus bekerja sebagai satu kesatuan: penyerang harus aktif dalam menekan lawan, gelandang harus mampu transisi cepat dari bertahan ke menyerang, dan bek harus memiliki kemampuan membangun serangan dari belakang. Proses ini membutuhkan latihan berulang, komunikasi yang efektif, dan kepercayaan penuh antara pelatih dan pemain. Alonso, dengan kecerdasan taktisnya, diharapkan mampu menemukan formula terbaik untuk mengoptimalkan potensi seluruh skuad.
Piala Dunia Antarklub hanyalah permulaan. Ujian sesungguhnya bagi Xabi Alonso dan Real Madrid akan datang di kompetisi-kompetisi utama seperti La Liga dan Liga Champions. Gelar domestik adalah tolok ukur konsistensi sepanjang musim, sementara Liga Champions adalah "habitat alami" Real Madrid, kompetisi yang paling mereka dambakan. Para penggemar dan petinggi klub akan menuntut tidak hanya performa yang baik, tetapi juga trofi. Tantangan lain bagi Alonso adalah mengelola ruang ganti yang dipenuhi ego besar dan bintang-bintang dunia. Kemampuannya dalam membangun hubungan personal dengan setiap pemain, memberikan motivasi, dan mempertahankan atmosfer positif di dalam tim akan menjadi kunci. Selain itu, integrasi pemain muda dan adaptasi pemain baru juga menjadi prioritas. Alonso diharapkan dapat melanjutkan tradisi Real Madrid dalam mengembangkan talenta-talenta muda dan memastikan mereka siap untuk mengisi posisi di tim utama.
Kroos’s warning, "jangan cepat-cepat menghakimi," adalah seruan untuk kesabaran yang langka di dunia sepak bola modern, terutama di klub dengan sejarah dan ekspektasi sebesar Real Madrid. Alonso mungkin telah memulai dengan baik di Piala Dunia Antarklub, menunjukkan sekilas tentang apa yang bisa ia bawa ke Bernabéu. Namun, perjalanan panjang musim ini akan penuh dengan pasang surut, cedera, dan periode performa yang tidak konsisten. Keberhasilan Alonso pada akhirnya akan diukur tidak hanya dari trofi yang diraih, tetapi juga dari bagaimana ia mampu membangun fondasi yang kuat untuk masa depan klub, menanamkan identitas bermain yang jelas, dan mengembangkan para pemainnya.
Perjalanan Xabi Alonso di kursi kepelatihan Real Madrid baru saja dimulai. Hasil awal di Piala Dunia Antarklub memang menjanjikan dan telah memicu optimisme di kalangan pendukung. Namun, seperti yang bijaksana diperingatkan oleh Toni Kroos, kesabaran adalah kunci. Ujian sesungguhnya bagi Alonso dan timnya baru akan datang, dimulai dengan laga semifinal melawan PSG yang akan menguji seberapa jauh adaptasi dan filosofi barunya telah meresap. Real Madrid adalah klub yang menuntut kesempurnaan, dan Alonso memiliki tugas besar untuk memenuhi ekspektasi tersebut sambil membangun warisan jangka panjang. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah Xabi Alonso mampu menorehkan namanya dalam sejarah panjang Real Madrid sebagai seorang pelatih yang sukses, sama seperti saat ia menjadi pemain.
