
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy, dalam pernyataannya yang dikutip oleh Live Science, menegaskan pentingnya penemuan ini. "Berdasarkan artefak ini, kami memperkirakan bahwa orang di dalam ruang makam tersebut kemungkinan adalah anggota keluarga kerajaan yang terkait dengan Gordion dan Midas," ujarnya, menyoroti koneksi langsung antara temuan ini dengan figur-figur historis yang paling terkenal dari periode Frigia.
Gordion sendiri adalah sebuah situs yang kaya akan sejarah, pernah menjabat sebagai ibu kota Kerajaan Frigia yang berkuasa dari sekitar tahun 1200 hingga 675 SM. Kerajaan ini dikenal karena kekayaan budaya, seni, dan kekuasaannya di Anatolia tengah. Pada abad ke-8 SM, Gordion diperintah oleh dua tokoh legendaris yang meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam sejarah dan mitologi. Yang pertama adalah Gordias, yang namanya terkait erat dengan "simpul Gordian" yang terkenal, sebuah teka-teki rumit yang konon hanya bisa dipecahkan oleh penakluk Asia, dan akhirnya dipotong oleh Alexander Agung. Setelah Gordias, takhta diwarisi oleh putranya, Midas, yang dikenal luas dalam mitologi Yunani karena kemampuannya mengubah segala sesuatu yang disentuhnya menjadi emas, sebuah berkah sekaligus kutukan yang akhirnya membuatnya sengsara.
Kompleksitas sejarah Gordion juga tercermin dalam struktur arkeologinya. Seperti Troy kuno, situs ini berulang kali diduduki dan dibangun ulang selama berabad-abad. Hal ini menciptakan jaringan rumit berupa tembok benteng yang berlapis-lapis, makam-makam yang tersebar, dan sisa-sisa rumah tangga yang menantang para arkeolog untuk digali dan diuraikan. Setiap lapisan tanah di Gordion seolah bercerita tentang periode waktu yang berbeda, peradaban yang berbeda, dan kehidupan yang berbeda.
Sebelum penemuan terbaru ini, makam terbesar yang pernah ditemukan di Gordion dikenal sebagai ‘Gundukan Midas’. Makam kolosal ini, salah satu dari lebih dari 120 gundukan yang tersebar di lanskap sekitarnya, dibangun sekitar tahun 740 SM. Di dalamnya ditemukan pemakaman seorang individu berstatus sangat tinggi, yang secara luas diyakini sebagai Gordias, ayah dari Midas. Makam itu berisi peti kayu di atas kain ungu dan dikelilingi oleh harta karun perunggu yang mengesankan, memberikan wawasan berharga tentang ritual pemakaman elit Frigia.
Makam yang baru diumumkan ini, yang diberi label sebagai gundukan ke-47 yang digali di Gordion, memiliki dimensi yang tidak kalah mengesankan. Menurut arkeolog Yücel Şenyurt, salah satu direktur penggalian Gordion, gundukan ini memiliki tinggi sekitar 8 meter dengan diameter mencapai 60 meter. Ukurannya saja sudah menunjukkan pentingnya individu yang dimakamkan di dalamnya. Namun, yang paling mencolok dari temuan ini adalah fakta bahwa makam ini mencakup kremasi tertua yang ditemukan di situs tersebut hingga saat ini. "Ini menunjukkan adat pemakaman orang Frigia, dan jelas menunjukkan kepada kita bahwa orang yang dimakamkan di sini bukanlah orang biasa," kata Şenyurt, menekankan keunikan praktik kremasi ini dalam konteks Frigia abad ke-8 SM.
Dalam konferensi pers yang diadakan untuk mengumumkan penemuan ini, Menteri Ersoy merinci isi makam. Gundukan itu mencakup ruang pemakaman kayu berukuran 3,1 meter x 2,8 meter, yang relatif luas untuk makam pribadi. Di dalamnya, puluhan artefak perunggu ditemukan, termasuk kuali dan kendi, beberapa di antaranya bahkan masih tergantung pada paku besi di dinding ruang pemakaman. Detail ini memberikan gambaran yang luar biasa tentang bagaimana makam itu disiapkan dan ditinggalkan, seolah waktu berhenti di momen pemakaman. "Artefak yang kami gali ini adalah kelompok yang paling terkonsentrasi setelah temuan di Midas Mound yang digali sebelumnya," kata Ersoy, menggarisbawahi kekayaan dan signifikansi koleksi ini.
C. Brian Rose, seorang arkeolog dari Universitas Pennsylvania dan salah satu direktur penggalian Gordion, menambahkan perspektif menarik tentang identitas individu yang dimakamkan. "Mungkin saja itu milik seseorang dalam keluarga Midas karena makamnya berada di dekatnya," katanya, merujuk pada kedekatan lokasi dengan ‘Gundukan Midas’. Namun, yang paling menarik bagi Rose adalah metode pemakaman. "Yang benar-benar menarik adalah ini adalah pemakaman kremasi, karena ini adalah satu-satunya contoh dari abad ke-8 di situs tersebut," ujarnya. Temuan ini memicu pertanyaan baru tentang variasi praktik pemakaman dalam budaya Frigia dan mengapa individu tertentu memilih kremasi, sementara yang lain mungkin dimakamkan secara tradisional. Apakah ini menunjukkan perbedaan status, keyakinan, atau mungkin pengaruh budaya lain?
Analisis lebih lanjut terhadap artefak perunggu yang ditemukan akan memberikan petunjuk berharga. Kuali dan kendi perunggu sering kali diasosiasikan dengan perjamuan, ritual keagamaan, atau sebagai barang persembahan. Keberadaan benda-benda ini dalam makam elit mengindikasikan kekayaan dan status sosial yang tinggi, serta kemungkinan praktik ritual yang kompleks. Teknologi metalurgi Frigia juga dikenal maju pada masanya, dan temuan ini memberikan bukti konkret tentang keahlian mereka dalam mengolah logam. Kondisi artefak yang masih tergantung pada paku besi di dinding adalah petunjuk langka tentang bagaimana barang-barang itu ditempatkan secara intensional, mungkin sebagai bekal kubur untuk kehidupan setelah mati atau sebagai simbol status yang akan menyertai individu tersebut.
Penemuan ini tidak hanya memperkaya koleksi arkeologi Turki tetapi juga membuka jendela baru untuk memahami lebih dalam peradaban Frigia. Frigia, sebuah kerajaan yang kuat dan berpengaruh, sering kali dibayangi oleh tetangganya yang lebih terkenal seperti Asiria atau Lidia. Namun, penemuan di Gordion terus menunjukkan bahwa Frigia adalah kekuatan yang signifikan dengan budaya yang kaya dan praktik-praktik yang unik. Situs Gordion, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, terus menjadi laboratorium hidup bagi para arkeolog untuk mempelajari lebih banyak tentang zaman kuno.
Artefak yang baru ditemukan itu kini berada di Museum Gordion, di mana mereka akan menjalani proses pelestarian dan restorasi yang cermat sebelum akhirnya dipamerkan kepada publik. Proses ini penting untuk memastikan bahwa warisan budaya yang tak ternilai ini dapat dipertahankan untuk generasi mendatang dan dipelajari oleh para ilmuwan. Penggalian di Gordion telah berlangsung selama 75 tahun, sebuah bukti dari kekayaan dan kompleksitas situs ini. Namun, meskipun puluhan tahun kerja keras, para arkeolog belum juga selesai menyelidiki banyak makam dan bangunan permukiman. "Area yang belum digali jauh lebih besar daripada area yang sudah digali," kata Şenyurt, sebuah pernyataan yang menjanjikan lebih banyak penemuan menakjubkan di masa depan. Setiap gundukan dan setiap lapisan tanah di Gordion memiliki potensi untuk mengungkapkan kisah-kisah baru tentang masa lalu yang jauh, tentang raja-raja legendaris, dan tentang kehidupan sehari-hari peradaban yang hilang. Penemuan makam kerabat Midas ini hanyalah babak terbaru dalam narasi panjang yang terus terkuak di Gordion, menjaga api keingintahuan akan masa lalu terus menyala.
