
Raksasa teknologi Apple sekali lagi menegaskan komitmennya terhadap kerahasiaan dan perlindungan kekayaan intelektualnya dengan mengajukan gugatan terhadap seorang mantan karyawannya. Kali ini, fokus gugatan tertuju pada Di Liu, seorang insinyur kunci yang terlibat dalam pengembangan headset augmented reality (AR) terobosan Apple Vision Pro, yang dituduh mencuri ribuan dokumen rahasia perusahaan sebelum dan saat ia beralih pekerjaan ke Snap, salah satu kompetitor Apple di pasar kacamata pintar. Gugatan ini menyoroti kerasnya persaingan di industri teknologi dan tekad Apple untuk menjaga informasi sensitifnya.
Gugatan yang diajukan pada 24 Juni lalu di pengadilan federal California, mengungkap dugaan tindakan Liu yang mengejutkan. Menurut dokumen pengadilan, Di Liu, yang menjabat sebagai System Design Product Engineer untuk Apple Vision Pro, dituduh mengunduh ribuan dokumen sensitif dan rahasia perusahaan ke akun cloud pribadinya menjelang hari-hari terakhirnya bekerja di Apple. Liu sendiri telah bekerja di Apple selama tujuh tahun, dari tahun 2017 hingga 2024, sebuah periode yang mencakup fase kritis pengembangan Vision Pro.
Apple mengklaim bahwa Liu tidak memberitahukan perusahaan secara transparan mengenai keputusannya untuk pindah ke Snap, sebuah perusahaan yang juga memiliki ambisi besar di ranah augmented reality melalui produk kacamata pintar seperti Spectacles. Akibatnya, Apple tidak menutup akses Liu ke akun dan sistem internalnya segera setelah ia mengundurkan diri. Sebaliknya, Liu diberikan masa transisi standar selama dua minggu, sebagaimana lazimnya bagi karyawan yang mengundurkan diri secara baik-baik. Apple menuduh bahwa waktu transisi inilah yang dimanfaatkan Liu untuk secara sistematis mengunduh data-data rahasia perusahaan, yang seharusnya tetap menjadi milik Apple.
"Tumpang tindih antara Informasi Kepemilikan Apple yang disimpan oleh Tn. Liu dan produk AR Snap (di mana Tn. Liu adalah ‘insinyur desain produk’) menunjukkan bahwa Tn. Liu bermaksud untuk menggunakan Informasi Kepemilikan Apple di Snap," demikian bunyi sebagian dari dokumen gugatan Apple, seperti yang dikutip oleh CNBC pada Jumat (4/7/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi kekhawatiran Apple bahwa informasi yang dicuri tersebut tidak hanya untuk kepentingan pribadi Liu, tetapi berpotensi digunakan untuk keuntungan kompetitor.
Signifikansi Vision Pro dan Rahasia di Baliknya
Vision Pro bukan sekadar produk baru bagi Apple; ia adalah pertaruhan besar perusahaan untuk masa depan komputasi spasial dan augmented reality. Dikembangkan selama bertahun-tahun dengan investasi miliaran dolar dalam penelitian dan pengembangan, headset ini diharapkan dapat membuka kategori produk baru dan merevolusi cara manusia berinteraksi dengan teknologi. Oleh karena itu, rahasia di balik desain, teknologi, proses manufaktur, dan strategi pasokannya sangatlah berharga.
Sebagian besar dokumen yang diduga diunduh oleh Liu berisi kode sumber (source code) untuk proyek-proyek rahasia Apple, mendeskripsikan teknologi inti yang belum dipatenkan, desain produk yang masih dalam tahap prototipe, serta detail rantai pasokan yang sangat sensitif. Informasi mengenai rantai pasokan, misalnya, bisa mencakup daftar pemasok komponen kunci, harga negosiasi, dan jadwal produksi, yang semuanya bisa memberikan keuntungan strategis yang tidak adil bagi kompetitor jika jatuh ke tangan yang salah. Pengetahuan tentang kode dan desain internal juga dapat mempercepat pengembangan produk pesaing, memungkinkan mereka menghindari bertahun-tahun penelitian dan pengujian yang mahal.
Apple berargumen bahwa tindakan Liu ini merupakan pelanggaran berat terhadap Perjanjian Kerahasiaan (Non-Disclosure Agreement – NDA) yang telah ia tandatangani saat pertama kali bergabung dengan perusahaan. Setiap karyawan Apple, terutama mereka yang terlibat dalam proyek-proyek sensitif seperti Vision Pro, terikat oleh NDA yang ketat, yang secara eksplisit melarang mereka untuk mengungkapkan, menyalin, atau menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk tujuan di luar pekerjaan mereka di Apple, baik selama maupun setelah masa kerja mereka. Pelanggaran NDA adalah dasar hukum yang kuat bagi Apple dalam kasus ini.
Tuntutan Apple dan Dampak Hukum
Pengacara Apple berargumen bahwa Di Liu, dengan posisinya sebagai insinyur desain produk di Snap, dapat dengan mudah menggunakan rahasia perusahaan yang ia curi dalam pekerjaan barunya, memberikan Snap keunggulan kompetitif yang tidak adil. Untuk itu, Apple tidak hanya menuntut ganti rugi finansial atas kerugian yang dideritanya, tetapi juga meminta perintah pengadilan untuk mencegah Liu menggunakan atau menyebarkan informasi tersebut lebih lanjut. Yang tak kalah penting, Apple juga menuntut agar perangkat elektronik pribadi milik Liu diperiksa oleh pemeriksa forensik independen. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua dokumen rahasia Apple telah dihapus sepenuhnya dari perangkatnya dan tidak ada lagi salinan yang tersisa, serta untuk mengidentifikasi potensi penyebaran lebih lanjut.
Kasus semacam ini seringkali berujung pada penyelesaian di luar pengadilan atau putusan pengadilan yang memerintahkan ganti rugi substansial dan larangan kerja di perusahaan pesaing untuk jangka waktu tertentu (non-compete clause), meskipun di California klausul non-compete seringkali sulit ditegakkan. Namun, tujuan utama Apple bukan hanya sekadar ganti rugi, melainkan juga untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada seluruh karyawannya dan industri secara luas: bahwa pencurian kekayaan intelektual tidak akan ditoleransi dan akan ditindak tegas secara hukum.
Sejarah Apple dalam Melawan Pencurian Rahasia Dagang
Apple memang dikenal sebagai perusahaan yang sangat tertutup dan protektif terhadap rahasia dagangnya. Perusahaan ini memiliki sejarah panjang dalam menggugat mantan karyawannya yang diduga mencuri informasi rahasia atau membocorkannya ke pihak luar saat pindah ke perusahaan lain atau setelah meninggalkan perusahaan. Ini menunjukkan pola yang konsisten dalam strategi hukum Apple untuk melindungi inovasinya.
Pada tahun 2022, Apple mencapai kesepakatan damai dengan mantan insinyurnya, Simon Lancaster. Lancaster dituduh membocorkan informasi rahasia perusahaan mengenai produk-produk yang belum dirilis kepada seorang jurnalis. Kasus ini menyoroti risiko kebocoran informasi melalui media dan bagaimana Apple secara agresif menindak individu yang melanggar perjanjian kerahasiaan.
Setahun kemudian, pada tahun 2023, Apple juga menggugat Andrew Aude, mantan karyawan lain yang dituduh memberikan informasi sensitif ke media. Aude, seorang insinyur perangkat lunak, diduga membocorkan detail mengenai aplikasi Apple Journal, fitur-fitur iOS yang belum dirilis, dan informasi riset pasar internal kepada seorang jurnalis. Kasus-kasus ini, meskipun berbeda dalam detailnya, memiliki benang merah yang sama: komitmen Apple untuk melindungi informasi internalnya dari penyebaran tidak sah.
Kasus Di Liu ini memiliki nuansa yang lebih serius karena melibatkan dugaan pencurian data dalam skala besar dan transfer ke perusahaan kompetitor langsung di segmen pasar yang sama (AR/kacamata pintar). Ini bukan sekadar kebocoran informasi ke media, melainkan dugaan spionase korporat yang dapat memberikan keuntungan strategis langsung kepada pesaing.
Implikasi yang Lebih Luas bagi Industri Teknologi
Kasus Apple vs. Liu ini menyoroti risiko dan tantangan yang melekat dalam industri teknologi yang sangat kompetitif, di mana inovasi adalah mata uang utama dan perputaran karyawan adalah hal yang lumrah. Pencurian rahasia dagang dan kekayaan intelektual adalah masalah yang terus-menerus menghantui perusahaan-perusahaan teknologi, terutama di sektor-sektor yang berkembang pesat seperti augmented reality, kecerdasan buatan, dan kendaraan otonom, di mana investasi R&D sangat besar dan waktu ke pasar sangat krusial.
Perusahaan-perusahaan seringkali menginvestasikan miliaran dolar dan ribuan jam kerja untuk mengembangkan teknologi dan produk baru. Hilangnya rahasia dagang tidak hanya berarti kerugian finansial langsung tetapi juga berpotensi merusak keunggulan kompetitif, memperlambat inovasi, dan merusak kepercayaan investor. Kasus ini juga akan menjadi peringatan bagi karyawan di seluruh industri teknologi mengenai konsekuensi berat yang bisa mereka hadapi jika tergoda untuk membawa "pengetahuan" dari perusahaan lama ke perusahaan baru secara tidak etis atau ilegal.
Bagi Di Liu sendiri, gugatan ini dapat memiliki konsekuensi serius yang dapat menghancurkan kariernya di industri teknologi. Terlepas dari hasil akhirnya, reputasinya sebagai insinyur kemungkinan besar akan tercoreng. Bagi Snap, meskipun tidak secara langsung dituduh berkolusi dalam pencurian, keberadaan mantan karyawan Apple yang digugat karena membawa rahasia terkait Vision Pro ke dalam tim mereka tentu akan menimbulkan pertanyaan dan potensi risiko reputasi.
Langkah hukum Apple ini adalah pengingat keras bahwa di dunia teknologi yang bergerak cepat, di mana bakat dan inovasi sangat berharga, perlindungan kekayaan intelektual adalah prioritas utama. Kasus ini akan terus dipantau sebagai barometer bagaimana perusahaan-perusahaan besar melindungi aset paling berharga mereka: ide-ide dan teknologi yang membentuk masa depan.
