
Kekalahan Bayern Munich di perempatfinal Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi penanda berakhirnya sebuah era di Allianz Arena, sekaligus melakoni laga terakhir Thomas Müller dengan seragam kebanggaan Die Roten. Pertanyaan besar kini menggantung di benak para penggemar sepak bola: apa rencana ikonik ini selanjutnya?
Pemain berusia 35 tahun itu secara resmi mengakhiri perjalanannya yang legendaris bersama Bayern setelah kekalahan 0-2 yang menyakitkan dari Paris Saint-Germain pada Sabtu, 5 Juli 2025. Hasil tersebut bukan hanya mengubur mimpi Bayern di turnamen bergengsi itu, tetapi juga mengukuhkan perpisahan Müller sebagai agen bebas setelah afiliasi selama dua setengah dekade yang tak tertandingi dengan klub Bavaria tersebut. Sebuah perjalanan yang dimulai dari akademi junior, berlanjut ke tim senior, dan diakhiri dengan status salah satu legenda hidup klub dan sepak bola Jerman.
Müller, yang dikenal dengan julukan "Raumdeuter" atau "penafsir ruang" karena kemampuannya yang unik dalam menemukan celah dan menciptakan peluang di area berbahaya, telah menjadi jantung dan jiwa Bayern Munich selama lebih dari 15 tahun di level profesional. Debutnya di tim utama terjadi pada tahun 2008, dan sejak saat itu, ia tak pernah menoleh ke belakang, berkembang menjadi pemain kunci di bawah berbagai pelatih kelas dunia seperti Louis van Gaal, Jupp Heynckes, Pep Guardiola, dan Hansi Flick. Van Gaal lah yang pertama kali melihat potensi luar biasa dalam diri Müller, bahkan pernah mengatakan, "Müller selalu bermain," sebuah kalimat yang menjadi mantra dan bukti konsistensi sang pemain.
Dalam beberapa waktu terakhir, spekulasi mengenai masa depan Müller telah mengemuka, dengan nama-nama klub dari liga Italia dan Major League Soccer (MLS), khususnya Los Angeles FC, sering disebut-sebut sebagai tujuan potensial. Namun, Müller sendiri telah memberikan isyarat yang lebih luas, mengungkapkan keinginannya untuk bermain di kompetisi yang benar-benar baru, mencari tantangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa keputusannya tidak semata-mata didasarkan pada faktor finansial atau nama besar liga, melainkan sebuah pencarian akan pengalaman dan motivasi baru dalam karier yang sudah sangat berlimpah prestasi.
"Aku harus disajikan dengan sebuah proyek dan visi," sebut pesepakbola top Jerman itu dengan lugas, memberikan gambaran jelas tentang kriteria pilihannya. "Ini bukan sekadar tentang teken kontrak di suatu tempat untuk beberapa bulan. Ini menyoal proyeknya." Pernyataan ini menggarisbawahi kedalaman pemikirannya. Müller tidak mencari pelabuhan terakhir untuk "menghabiskan" sisa kariernya; ia mencari sebuah tantangan, sebuah lingkungan di mana ia bisa terus berkembang, berkontribusi, dan merasakan semangat kompetisi yang baru. "Harus campuran antara menemukan sesuatu yang baru dan sebuah proyek olahraga. Itulah mengapa negara-negara yang sedikit eksotis punya keuntungannya. Namun, ini cuma pemikiran teoritis saja," tambahnya, membuka spektrum kemungkinan yang jauh lebih luas dari sekadar liga-liga top Eropa atau MLS.
Mungkin negara-negara di Timur Tengah, seperti Liga Pro Saudi yang sedang berkembang pesat, atau liga-liga di Asia seperti J.League Jepang atau K-League Korea Selatan, bisa menjadi opsi yang menarik. Liga-liga ini menawarkan tantangan budaya dan gaya bermain yang berbeda, sekaligus potensi untuk menjadi ikon dan mentor bagi pemain muda di wilayah tersebut. Proyek di sini bisa berarti pengembangan liga, pembentukan tim, atau bahkan peran yang lebih besar di luar lapangan setelah pensiun, yang sejalan dengan keinginannya untuk sebuah "visi."
Karier Thomas Müller adalah cerminan dari kesuksesan yang tak terbantahkan. Ia telah memenangi seluruh titel juara yang tersedia di level klub, sebuah pencapaian langka yang hanya bisa ditorehkan oleh segelintir pemain elit. Sebanyak 33 trofi sudah dikantongi Müller selama berkarier di Bayern, termasuk dua kali memenangi treble historis (Bundesliga, DFB Pokal, Liga Champions) pada musim 2012-2013 dan 2019-2020. Ia adalah bagian integral dari dominasi Bayern di kancah domestik maupun Eropa, seringkali menjadi pembeda dengan gol-gol krusial atau assist cerdasnya. Di panggung internasional, prestasinya juga tak kalah mentereng. Müller adalah salah satu pilar Timnas Jerman yang memenangi Piala Dunia 2014 di Brasil, di mana ia juga menjadi salah satu pencetak gol terbanyak turnamen tersebut. Koleksi trofi dan medali ini menunjukkan bahwa ia telah mencapai puncak tertinggi dalam olahraga ini, berkali-kali.
Dengan segala pencapaian tersebut, opsi untuk gantung sepatu secara total juga menjadi pertimbangan serius bagi Müller. "Mungkin aku akan melakukan hal sebaliknya [pensiun], itu juga memungkinkan. Semuanya mungkin, aku enggak stres soal ini. Aku toh punya kontrak di Bayern sampai akhir Juli. Aku santai kok," lugas Thomas Müller kepada DAZN. Pernyataan ini menunjukkan kedewasaan dan ketenangan dalam menghadapi persimpangan jalan karier. Müller tidak merasa tertekan untuk terus bermain; ia memiliki kebebasan finansial dan mental untuk memilih jalur yang paling sesuai dengan kehidupannya.
Jika ia memilih pensiun, dunia sepak bola akan kehilangan salah satu karakter paling unik dan cerdas di lapangan hijau. Namun, itu juga bisa membuka pintu bagi Müller untuk mengeksplorasi peran lain dalam olahraga, mungkin sebagai komentator, pelatih, atau bahkan dalam struktur manajemen klub. Dengan pemahamannya yang mendalam tentang permainan, kepemimpinannya, dan karisma alaminya, Müller pasti akan sukses di bidang apa pun yang ia pilih.
Perpisahan Müller dengan Bayern Munich adalah momen yang penuh emosi bagi klub dan para penggemar. Ia bukan hanya seorang pemain; ia adalah representasi dari nilai-nilai Bayern: kerja keras, dedikasi, dan mentalitas juara. Ia adalah "Mr. Bayern" yang sebenarnya, seseorang yang tumbuh bersama klub dan memberikan segalanya untuk lambang di dadanya. Kepergiannya akan meninggalkan kekosongan besar, tidak hanya di lapangan tetapi juga di ruang ganti dan di hati para suporter. Bayern kini harus menghadapi tantangan untuk beradaptasi tanpa kehadiran ikonnya, mencari pemimpin baru, dan menyesuaikan gaya permainan.
Bagi Thomas Müller sendiri, babak baru ini adalah kesempatan untuk menuliskan kisah terakhir dalam buku kariernya yang luar biasa. Apakah ia akan menemukan "proyek" eksotis di belahan dunia lain, bergabung dengan klub di liga yang sedang berkembang, atau justru memilih untuk pensiun dan memulai kehidupan baru di luar lapangan hijau, satu hal yang pasti: keputusan itu akan diambil dengan pertimbangan matang dan mencerminkan esensi dari sosok Thomas Müller – seorang pesepakbola jenius yang selalu berpikir ke depan, baik di dalam maupun di luar lapangan. Dunia sepak bola akan menanti dengan antusias untuk melihat langkah selanjutnya dari sang Raumdeuter.
