Angel Di Maria Kembali ke Pelukan Rosario Central: Air Mata Bahagia sang Maestro di Tanah Kelahiran

Angel Di Maria Kembali ke Pelukan Rosario Central: Air Mata Bahagia sang Maestro di Tanah Kelahiran

Rosario meledak dalam euforia pada Selasa, 8 Juli 2025, pukul 16:20 WIB, ketika Angel Di Maria, pahlawan tim nasional Argentina dan salah satu pesepak bola paling ikonik di generasinya, secara resmi diperkenalkan sebagai pemain baru Rosario Central. Momen bersejarah ini diselimuti emosi mendalam, di mana Di Maria tak kuasa menahan air mata kebahagiaan saat kembali menginjakkan kaki di stadion yang menjadi saksi bisu awal mula karier cemerlangnya. Ribuan penggemar yang memadati Gigante de Arroyito, markas Rosario Central, menyambutnya bak seorang raja yang pulang ke singgasananya, menciptakan atmosfer yang menggema dengan nyanyian dan tepuk tangan meriah. Ini bukan sekadar transfer biasa; ini adalah narasi tentang kesetiaan, lingkaran kehidupan, dan cinta abadi seorang bintang terhadap klub yang membesarkannya.

Kembalinya Di Maria ke klub masa kecilnya setelah 18 tahun penjelajahan di kancah sepak bola Eropa menandai penutup babak gemilang di benua biru dan pembuka lembaran baru yang penuh harapan di tanah airnya. Kontraknya dengan Rosario Central akan mengikatnya hingga Juni 2026, sebuah kesepakatan yang menggarisbawahi komitmen jangka panjangnya untuk memberikan kontribusi nyata, baik di dalam maupun di luar lapangan. Keputusan ini datang setelah ia mengakhiri masa bakti keduanya yang sukses bersama Benfica di Portugal, tepat setelah gelaran Piala Dunia Antarklub 2025—sebuah turnamen yang menjadi panggung terakhirnya di level kompetitif Eropa sebelum pulang kampung.

Angel Fabián Di María, lahir di Rosario pada 14 Februari 1988, adalah produk asli akademi Rosario Central. Perjalanan kariernya dimulai dari lorong-lorong sederhana di kota kelahirannya, tempat ia mengasah bakatnya sejak usia sangat muda. Pada tahun 2005, ia berhasil menembus tim senior Canallas, julukan Rosario Central, dan dengan cepat menarik perhatian klub-klub Eropa berkat kecepatan, dribel memukau, dan kaki kirinya yang mematikan. Dua tahun berselang, pada 2007, ia mengucapkan selamat tinggal untuk pertama kalinya kepada Rosario Central, memulai petualangan epik yang akan membawanya melanglang buana dan meraih berbagai gelar bergengsi di panggung sepak bola dunia.

Langkah pertamanya di Eropa adalah bergabung dengan Benfica, klub raksasa Portugal. Di sana, Di Maria segera menunjukkan kelasnya, beradaptasi dengan gaya bermain Eropa dan mengembangkan dirinya menjadi pemain sayap yang lebih komplit. Penampilannya yang konsisten dan kontribusi signifikan dalam meraih gelar domestik membuat Real Madrid terpincut. Pada tahun 2010, ia hijrah ke Santiago Bernabeu, memulai babak yang bisa dibilang menjadi puncak karier klubnya. Di Madrid, Di Maria berevolusi dari seorang winger murni menjadi gelandang serang serba bisa, dengan visi permainan yang luar biasa dan kemampuan mengirimkan umpan-umpan kunci. Puncaknya adalah ketika ia menjadi motor serangan Real Madrid dalam meraih gelar Liga Champions kesepuluh mereka, La Decima, pada musim 2013/2014, di mana ia juga dinobatkan sebagai Man of the Match di final.

Setelah empat musim penuh trofi di Madrid, karier Di Maria sempat mengalami babak yang kurang menyenangkan saat ia bergabung dengan Manchester United pada 2014. Meskipun dibeli dengan harga fantastis dan ekspektasi tinggi, ia kesulitan beradaptasi dengan gaya bermain Liga Primer Inggris dan hanya bertahan satu musim. Namun, kebangkitannya tak butuh waktu lama. Pada 2015, ia pindah ke Paris Saint-Germain (PSG), klub yang menjadi rumahnya selama tujuh musim berikutnya. Di Paris, Di Maria kembali menemukan performa terbaiknya, menjadi salah satu ikon klub, memecahkan rekor assist, dan memenangkan berbagai gelar Ligue 1 serta piala domestik lainnya, membentuk trio mematikan bersama Neymar dan Kylian Mbappé.

Setelah masa jaya di PSG, Di Maria melanjutkan petualangannya ke Italia dengan bergabung bersama Juventus pada musim 2022/2023. Meskipun singkat dan diganggu beberapa cedera, ia tetap menunjukkan kilasan magisnya, terutama di Liga Europa. Petualangan Eropa-nya ditutup dengan kembali ke Benfica pada musim 2023/2024, di mana ia kembali menyumbangkan gol dan assist penting, menunjukkan bahwa di usianya yang menginjak akhir 30-an, sentuhan magisnya belum pudar. Performa impresifnya di Benfica, yang berpuncak pada partisipasi di Piala Dunia Antarklub 2025, menjadi penanda bahwa ia meninggalkan Eropa dengan kepala tegak, siap untuk babak baru.

Namun, yang paling melekat dalam ingatan jutaan penggemar sepak bola, terutama di Argentina, adalah kontribusinya bagi La Albiceleste. Di panggung internasional, Di Maria adalah pahlawan tanpa tanda jasa, seringkali menjadi pembeda di momen-momen krusial. Ia mencetak gol kemenangan di final Copa America 2021 melawan Brasil, mengakhiri paceklik gelar panjang Argentina. Ia juga mencetak gol penting di Finalissima 2022 melawan Italia, dan yang paling monumental, ia mencetak gol kedua Argentina di final Piala Dunia 2022 melawan Prancis, yang membantu La Albiceleste meraih trofi paling didambakan dalam sepak bola. Momen-momen ini, di mana ia selalu tampil di final dan mencetak gol-gol penting, telah mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pemain kunci dalam sejarah kejayaan Argentina di era modern, sebuah "jimat keberuntungan" yang selalu muncul di saat genting.

Bagi Di Maria, Rosario Central bukan sekadar klub sepak bola; itu adalah bagian dari identitasnya, akarnya. Klub ini adalah representasi kota Rosario, kota yang penuh gairah sepak bola, di mana rivalitas antara Central dan Newell’s Old Boys sangat kental. Rosario Central memiliki sejarah panjang dan basis penggemar yang fanatik, dikenal dengan julukan Canallas (bajingan) yang ironis namun penuh kebanggaan, yang merepresentasikan semangat memberontak dan pantang menyerah. Kembalinya Di Maria ke klub ini adalah simbolik yang kuat, menunjukkan bahwa di balik gemerlap karier global, ikatan dengan tanah kelahiran tetap tak terputus. Ini adalah kisah tentang seorang anak Rosario yang pergi untuk menaklukkan dunia, dan kini kembali untuk membagikan pengalaman serta kejayaan yang ia rauk.

Di usianya yang ke-37, Angel Di Maria mungkin bukan lagi pemain yang sama dengan kecepatan eksplosif di masa jayanya. Namun, ia membawa sesuatu yang jauh lebih berharga: pengalaman tak ternilai, kepemimpinan, visi bermain yang matang, dan mentalitas juara yang telah teruji di level tertinggi. Kehadirannya diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas teknis tim di lapangan, tetapi juga menjadi mentor bagi para pemain muda Rosario Central. Keahliannya dalam mengumpan, menciptakan peluang, dan mengeksekusi tendangan bebas akan menjadi aset krusial bagi pelatih dan tim. Selain itu, kepulangannya juga diperkirakan akan memberikan dampak komersial dan moral yang signifikan bagi klub, meningkatkan penjualan tiket, merchandise, dan menarik lebih banyak perhatian media ke Liga Profesional Argentina.

Rosario Central sendiri mendatangkan Di Maria secara gratis, sebuah langkah cerdas mengingat kualitas dan status ikoniknya. Kontrak hingga Juni 2026 menunjukkan bahwa kedua belah pihak melihat kemitraan ini bukan hanya sebagai pensiun dini, melainkan sebagai kesempatan nyata untuk bersaing di level teratas kompetisi domestik dan mungkin juga di kancah Amerika Selatan. Air mata yang mengalir di pipi Di Maria saat sesi perkenalan adalah manifestasi murni dari emosi yang campur aduk: kebahagiaan karena kembali ke rumah, rasa haru atas sambutan luar biasa, dan mungkin sedikit nostalgia atas perjalanan panjang yang telah ia lalui.

Kembalinya Angel Di Maria ke Rosario Central bukan hanya sekadar transfer pemain; ini adalah narasi yang mengharukan tentang kesetiaan, dedikasi, dan cinta abadi seorang maestro sepak bola terhadap akarnya. Ini adalah puncak dari sebuah karier luar biasa yang kini kembali ke titik awal, menutup lingkaran dengan sempurna. Bagi penggemar Rosario Central, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan, sebuah momen yang akan dikenang sepanjang sejarah klub. Bagi Di Maria sendiri, ini adalah babak terakhir yang paling personal, di mana ia bisa memberikan kembali kepada komunitas yang telah membentuknya, dan bermain di hadapan orang-orang yang paling mencintainya, di stadion tempat semuanya dimulai.

Angel Di Maria Kembali ke Pelukan Rosario Central: Air Mata Bahagia sang Maestro di Tanah Kelahiran

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *