
Jakarta – Saham Tesla Inc. mengalami penurunan signifikan pada Senin (7/7) waktu setempat, menyusut tajam sekitar Rp 1,1 triliun dari kapitalisasi pasarnya. Kerugian valuasi produsen kendaraan listrik terkemuka dunia ini terjadi tak lama setelah sang CEO visioner, Elon Musk, mengumumkan niatnya untuk mendirikan partai politik baru di Amerika Serikat. Dinamika ini segera memicu gelombang kekhawatiran di kalangan investor, yang mempertanyakan fokus dan prioritas Musk di tengah persaingan pasar kendaraan listrik global yang kian ketat.
Dikutip dari laporan CNBC, saham Tesla merosot sebesar 7% pada perdagangan awal pekan tersebut. Penurunan drastis ini diperkirakan mengakibatkan kerugian kapitalisasi pasar mencapai sekitar US$ 68 juta, yang setara dengan Rp 1,110 triliun (dengan asumsi kurs sekitar Rp 16.300 per dolar AS). Angka ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap setiap langkah dan pernyataan yang keluar dari mulut Elon Musk, yang seringkali dikenal karena karakternya yang sulit diprediksi dan manuver-manuver yang berani.
Penyebab utama dari anjloknya saham ini adalah pernyataan mengejutkan Musk pada Sabtu (5/7) sebelumnya, di mana ia secara terbuka mengumumkan rencananya untuk mendirikan "Partai Amerika." Pernyataan ini segera menjadi topik hangat di berbagai media dan platform media sosial, memicu spekulasi luas tentang ambisi politik Musk yang semakin mendalam. Ini bukan kali pertama Musk terjun ke ranah politik; sebelumnya, ia telah menjadi sorotan publik karena dukungannya terhadap pencalonan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS dalam pemilu 2024. Bahkan, hubungan Musk dengan Trump sempat membuahkan jabatan strategis baginya pada sebuah departemen baru yang diberi nama ‘Departemen Efisiensi Pemerintahan’, sebuah langkah yang kala itu juga menuai pro dan kontra.
Baca Juga:
- Suzuki Terjun ke Era Mobil Terbang: Investasi Jumbo dan Produksi Massal SKYDRIVE SD-05 Menuju Mobilitas Udara Masa Depan
- Pencopotan Wakil Ketua DPRD Banten Budi Prajogo dan Kontroversi Memo Titip Siswa: Sorotan Harta Kekayaan dan Integritas Pejabat Publik
- Revolusi Harga Motor Listrik: Honda CUV e: Banting Harga Hingga Rp 35 Juta, Kini Setara Honda BeAT, Mengubah Peta Persaingan!
- EHang 216-S: Taksi Terbang Berubah Wajah Jadi Armada Patroli Canggih POLRI di Peringatan Hari Bhayangkara ke-79
- Diogo Jota, Bintang Liverpool dan Timnas Portugal, Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Mobil Tragis di Spanyol, Dunia Sepak Bola Berduka
Terjunnya Musk ke kancah politik, dengan segala manuver dan pernyataannya, kini menjadi perdebatan sengit di antara para investor Tesla dan perusahaan-perusahaan lain yang dimilikinya, seperti SpaceX dan X (sebelumnya Twitter). Banyak yang khawatir bahwa perhatian Musk yang terpecah akan mengganggu fokusnya pada inovasi dan pengelolaan bisnis inti yang krusial, terutama Tesla yang sedang menghadapi tantangan besar di pasar global.
Dan Ives, kepala penelitian teknologi global di Wedbush Securities, menyuarakan sentimen umum para investor. "Sederhana saja, masuknya Musk lebih dalam ke kancah politik adalah arah yang berlawanan dengan apa yang diinginkan investor," tegas Ives. Menurutnya, investor menginginkan seorang CEO yang sepenuhnya berdedikasi pada pertumbuhan bisnis, peningkatan profitabilitas, dan menjaga keunggulan kompetitif perusahaan, bukan seseorang yang energinya terbagi untuk urusan politik yang rumit dan seringkali kontroversial. Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Musk dikenal sebagai sosok yang sangat sentral dalam operasional dan visi Tesla, sehingga setiap pengalihan perhatiannya dianggap berpotensi merugikan kinerja perusahaan.
Langkah-langkah politis yang diambil Musk dalam beberapa waktu terakhir terjadi pada saat yang sangat krusial bagi Tesla. Perusahaan ini tengah mendapat tekanan sangat berat di pasar mobil listrik global. Di banyak negara, dominasi mobil-mobil Tesla yang pernah tak terbantahkan kini mulai terkikis. Persaingan semakin ketat, tidak hanya dari produsen mobil listrik baru, tetapi juga dari raksasa otomotif tradisional yang semakin serius menggarap segmen kendaraan listrik.
Salah satu pesaing terbesar yang semakin mengukuhkan diri adalah BYD dari Tiongkok. Perusahaan ini tidak hanya berhasil menyalip Tesla dalam volume penjualan global pada kuartal terakhir, tetapi juga terus memperluas lini produknya dan menembus pasar-pasar baru dengan strategi harga yang agresif dan keunggulan dalam teknologi baterai. BYD, yang berfokus pada integrasi vertikal mulai dari produksi baterai hingga perakitan kendaraan, menawarkan model-model yang lebih terjangkau dan beragam, menjadikannya pilihan utama bagi konsumen di berbagai segmen pasar.
Pada kuartal kedua tahun ini, Tesla sendiri telah merilis laporan yang menunjukkan penurunan penjualan mobil mereka sebanyak 14% secara year-on-year. Angka ini menjadi alarm bagi investor dan manajemen, mengindikasikan perlambatan permintaan atau ketidakmampuan Tesla untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah gempuran kompetitor. Selain BYD, nama-nama besar seperti Volkswagen, General Motors, Ford, Hyundai, dan Kia juga semakin gencar meluncurkan model-model EV baru yang kompetitif, mempersempit ruang gerak Tesla di pasar global.
Keputusan Musk untuk membentuk "Partai Amerika" juga memunculkan pertanyaan tentang ideologi dan platform yang akan diusungnya. Mengingat pernyataan-pernyataan Musk sebelumnya yang seringkali mengkritik "woke mind virus," birokrasi pemerintah, dan menekankan kebebasan berbicara absolut, kemungkinan besar partai ini akan berorientasi pada prinsip-prinsip libertarianisme fiskal, pengurangan regulasi, dan dukungan terhadap inovasi teknologi tanpa hambatan. Namun, membentuk partai politik baru yang signifikan di Amerika Serikat adalah tugas yang sangat monumental dan jarang berhasil, mengingat dominasi sistem dua partai yang telah mengakar. Ini bisa menjadi proyek yang sangat menguras waktu, energi, dan sumber daya, yang bagi investor, seharusnya dialokasikan untuk kepentingan bisnis Tesla.
Dampak dari keterlibatan politik seorang CEO karismatik seperti Musk terhadap nilai merek dan persepsi konsumen tidak bisa diabaikan. Ketika seorang pemimpin perusahaan mengambil posisi politik yang kuat dan kontroversial, ada risiko alienasi terhadap segmen konsumen yang mungkin tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Hal ini berpotensi memengaruhi keputusan pembelian, terutama untuk produk-produk premium seperti mobil Tesla, di mana loyalitas merek dan citra perusahaan memainkan peran penting. Brand Tesla, yang selama ini dibangun di atas inovasi, keberlanjutan, dan teknologi futuristik, kini terancam tercampur dengan isu-isu politik yang memecah belah.
Fenomena ini juga menyoroti apa yang disebut sebagai "risiko orang kunci" (key-man risk) yang melekat pada Tesla. Valuasi Tesla seringkali sangat bergantung pada persona dan visi Elon Musk. Keberaniannya dalam inovasi, kemampuannya menarik perhatian global, dan visinya yang ambisius adalah faktor-faktor pendorong utama di balik pertumbuhan pesat perusahaan. Namun, ketergantungan yang terlalu besar pada satu individu juga berarti bahwa setiap langkah, baik personal maupun profesional, yang diambil Musk dapat memiliki dampak besar dan instan pada harga saham dan kepercayaan investor.
Di tengah pasar kendaraan listrik yang semakin kompetitif, Tesla perlu lebih dari sekadar inovasi. Perusahaan ini membutuhkan fokus yang tak tergoyahkan pada efisiensi produksi, pengembangan teknologi baterai yang lebih murah dan efisien, ekspansi jaringan pengisian daya, dan strategi pemasaran yang efektif. Penurunan penjualan 14% menunjukkan bahwa momentum awal adopsi EV mungkin mulai melambat, dan konsumen kini lebih selektif dalam memilih. Perang harga yang dilancarkan Tesla tahun lalu, meskipun berhasil meningkatkan volume penjualan pada beberapa periode, juga menekan margin keuntungan, menambah tekanan finansial pada perusahaan.
Para analis pasar kini memantau dengan cermat setiap langkah Elon Musk, baik di ranah bisnis maupun politik. Ketidakpastian yang diciptakan oleh ambisi politiknya dapat terus memicu volatilitas saham Tesla dalam waktu dekat. Bagi investor, pertanyaan utamanya adalah: apakah Elon Musk dapat menyeimbangkan ambisi politiknya yang besar dengan tuntutan untuk memimpin Tesla tetap menjadi garda terdepan inovasi dan profitabilitas di pasar yang semakin menantang? Hanya waktu yang akan menjawab bagaimana manuver politik ini akan memengaruhi masa depan salah satu perusahaan otomotif paling revolusioner di dunia.
(din/lua)
