
Jakarta menjadi saksi dari pemandangan luar biasa yang menunjukkan betapa kuatnya daya tarik sepak bola dan figur idola bagi generasi muda. Penyerang andalan Oxford United, Ole Romeny, menjadi pusat perhatian dan rebutan anak-anak saat ia menghadiri sebuah klinik kepelatihan yang diselenggarakan sebagai bagian dari persiapan jelang Piala Presiden 2025. Para peserta cilik ini tidak hanya sekadar ingin dilatih, namun secara eksplisit menunjukkan keinginan kuat untuk mendapatkan bimbingan langsung dari bintang Timnas Indonesia yang tengah naik daun itu, sebuah indikasi nyata dari statusnya sebagai panutan.
Klub yang berbasis di Inggris, Oxford United, yang kini diperkuat oleh dua talenta menonjol, Ole Romeny dan Marselino Ferdinan, memilih untuk mengadakan klinik kepelatihan yang interaktif dan mendalam. Acara tersebut berlangsung di sebuah lapangan hijau di kawasan Kuningan, Jakarta, pada hari Sabtu, 5 Juli 2025, dan berhasil menarik partisipasi 80 anak-anak yang memiliki semangat tinggi terhadap olahraga sepak bola. Mereka berasal dari tiga institusi pembinaan sepak bola yang berbeda, yaitu Binna Banua Football Academy, Asiop, serta Graha Yatim Dhuafa Mampang, menunjukkan komitmen Oxford United untuk menjangkau berbagai lapisan komunitas sepak bola akar rumput di Indonesia.
Anak-anak yang berusia antara 10 hingga 14 tahun tersebut tidak hanya mendapatkan sesi latihan teknis yang berharga, namun juga diberikan kesempatan emas untuk berinteraksi dan berfoto bersama para pemain utama The U’s, julukan akrab Oxford United. Deretan pemain yang hadir termasuk nama-nama seperti Stanley Mills, Will Vaulks, Sam Long, serta tentu saja, dua bintang utama yang menjadi magnet bagi publik Indonesia, Ole Romeny dan Marselino Ferdinan. Kehadiran mereka di tengah-tengah anak-anak ini menciptakan suasana yang penuh kegembiraan dan inspirasi, seolah memberikan gambaran nyata tentang impian yang bisa mereka raih di masa depan.
Para pemain tidak sendirian dalam membimbing dan menginspirasi anak-anak ini. Mereka didampingi oleh staf kepelatihan profesional dari Oxford United, yang terdiri dari Craig Short, Chris Short, Chris Hacket, Jonny Edmunds, serta Lewis Price. Kehadiran tim pelatih ini memastikan bahwa sesi latihan tidak hanya menyenangkan tetapi juga edukatif, memberikan wawasan yang lebih dalam tentang fundamental sepak bola dan etos kerja profesional. Dengan adanya acara ini, diharapkan anak-anak mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan serta wadah yang efektif untuk belajar langsung dari Ole Romeny dan Marselino Ferdinan, dua sosok yang saat ini telah mengukir nama sebagai bintang Indonesia di level dunia, membuka mata mereka terhadap standar dan dedikasi yang diperlukan untuk mencapai puncak karier.
Namun, di antara semua momen berharga, ada satu insiden yang secara khusus menyoroti popularitas Ole Romeny di kalangan pesepakbola cilik. Momen ketika Ole menjadi "rebutan" para peserta coaching clinic tak terelakkan dan menjadi pemandangan yang paling mencolok. Tidak hanya saat sesi berfoto bersama, di mana anak-anak berebut posisi terdepan untuk bisa dekat dengan idolanya, tetapi juga ketika sesi kepelatihan dimulai. Saat instruksi diberikan untuk membentuk grup-grup latihan, mayoritas anak-anak secara serentak dan antusias berlari menuju Ole Romeny, meninggalkan pemain lain dalam bayang-bayang popularitasnya yang luar biasa.
Dalam pantauan langsung oleh tim detikSport di lokasi, terlihat jelas bagaimana pesepakbola-pesepakbola cilik tersebut kerap berlari ke arah Ole, memperlihatkan antusiasme yang meluap-luap demi bisa berada sedekat mungkin dengan sang idola. Mereka seolah tak ingin melewatkan satu detik pun kesempatan untuk belajar atau sekadar berada di dekat pemain yang mereka kagumi. Kondisi ini, meskipun menunjukkan cinta yang tulus dari para penggemar cilik, ternyata sempat membuat pemain kelahiran Belanda pada 20 Juni 2000 silam tersebut sedikit kesulitan dalam mengarahkan gerakan dan instruksi latihan. Ia harus berkali-kali mencoba mengatur dan memecah kerumunan kecil yang selalu terbentuk di sekelilingnya.
Pemandangan lucu sekaligus mengharukan ini bahkan membuat rekan-rekan Ole di Oxford United ikut tertawa geli melihat bagaimana sang rekan setim begitu dicintai dan diperebutkan. Pihak Oxford United sendiri, melalui staf kepelatihan dan manajemen, akhirnya terpaksa turun tangan untuk mengarahkan peserta agar dapat berbaur dengan pemain lainnya dan memastikan distribusi perhatian yang lebih merata, sehingga semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berinteraksi dengan seluruh anggota tim yang hadir. Intervensi ini dilakukan dengan senyum dan pengertian, memahami bahwa antusiasme anak-anak adalah hal yang wajar dan patut diapresiasi.
Menanggapi tingginya semangat dan antusiasme anak-anak tersebut, Ole Romeny mengaku sangat terkesan dan terharu. Dalam sebuah wawancara singkat di sela-sela coaching clinic, Ole mengungkapkan perasaannya, "Antusiasme anak-anak sangat besar ketika kami masuk (ke acara coaching clinic). Luar biasa, anak-anak sangat mencintai sepakbola. Jadi itu adalah pemandangan yang menyenangkan untuk kami berdua," katanya, merujuk pada dirinya dan rekan setimnya. Komentar ini mencerminkan apresiasi mendalam terhadap kecintaan sepak bola yang begitu murni dari generasi muda Indonesia, sebuah fenomena yang mungkin tidak selalu ia temui dengan intensitas yang sama di negara asalnya.
Senada dengan Ole, rekan setimnya, Stanley Mills, juga menambahkan pandangannya tentang atmosfer yang diciptakan oleh anak-anak. "Ya, sama juga. Kami bisa melihat semangat yang berbeda dalam sepakbola. Besarnya semangat yang ditunjukkan anak-anak (peserta coaching clinic) sangat istimewa saat kami masuk," ucap Stanley. Ia terkesima dengan energi yang dipancarkan oleh para peserta, yang menunjukkan bahwa sepak bola di Indonesia bukan hanya sekadar olahraga, melainkan sebuah gairah yang mengakar kuat di hati masyarakat, terutama di kalangan anak-anak.
Meskipun begitu, Stanley Mills melihat bahwa antusiasme yang begitu besar dari para peserta ini sangat bagus untuk memupuk kecintaan dan pemahaman yang lebih dalam pada sepak bola sejak usia dini. Ia menekankan pentingnya sepak bola akar rumput (grassroot football) sebagai fondasi utama pengembangan pemain dan individu secara keseluruhan. "Saya rasa sepakbola grassroot sangat penting. Menurut saya itu membentuk pengertian seorang anak tentang cara bermain bola, bekerja dalam tim, dan saya rasa itu juga penting dalam kehidupan," ujarnya dengan serius, menyoroti dimensi edukatif dan pembentukan karakter dalam olahraga ini.
Lebih lanjut, Stanley Mills menjelaskan bahwa sepak bola akar rumput tidak hanya bermanfaat dalam aspek teknis dan taktis, tetapi juga memiliki peran krusial dalam pembentukan karakter dan keterampilan sosial seorang anak. "Saya pikir sepakbola grassroot penting dalam budaya masyarakat karena membantu seorang anak dalam berteman, memberikan kemampuan sosial dalam kehidupan," tambahnya. Pandangannya ini menggarisbawahi bahwa lapangan hijau bukan hanya tempat untuk mencetak gol, melainkan juga wadah untuk membangun persahabatan, belajar kolaborasi, mengatasi tantangan, dan mengembangkan nilai-nilai penting yang akan mereka bawa hingga dewasa.
Selain mengadakan coaching clinic yang inspiratif ini, kunjungan Oxford United ke Indonesia juga menunjukkan komitmen mereka yang lebih luas untuk membantu perkembangan sepak bola akar rumput di Indonesia. Sebagai bagian dari inisiatif sosial mereka, tim dari klub yang berlaga di EFL Championship ini juga mendatangi sejumlah panti asuhan di Jakarta dan sekitarnya. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas; mereka juga memberikan santunan dan sumbangan alat latihan sepak bola kepada anak-anak di panti asuhan tersebut.
Inisiatif ini menegaskan bahwa Oxford United tidak hanya datang untuk mempersiapkan diri jelang Piala Presiden 2025 atau mencari bakat, melainkan juga untuk meninggalkan jejak positif dan memberikan dampak nyata bagi komunitas. Tim yang dinahkodai oleh pelatih berpengalaman Gary Rowett ini menunjukkan bahwa sepak bola memiliki kekuatan untuk menyatukan, menginspirasi, dan memberikan harapan, terutama bagi mereka yang kurang beruntung. Keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial semacam ini memperkuat citra klub sebagai entitas yang peduli dan bertanggung jawab secara sosial, sekaligus membangun jembatan persahabatan antara sepak bola Inggris dan Indonesia.
Secara keseluruhan, coaching clinic yang diadakan oleh Oxford United di Jakarta bukan hanya sekadar sesi latihan biasa. Ini adalah manifestasi dari semangat sepak bola yang membara, di mana idola bertemu dengan penggemar cilik mereka, dan mimpi mulai terbentuk di benak generasi penerus. Momen Ole Romeny yang menjadi rebutan anak-anak adalah simbol nyata dari daya tarik seorang bintang yang mampu menginspirasi ribuan hati. Dengan komitmen yang ditunjukkan melalui klinik dan kegiatan sosial, Oxford United telah menorehkan babak baru dalam hubungan mereka dengan sepak bola Indonesia, meninggalkan warisan inspirasi dan harapan bagi masa depan olahraga ini di Tanah Air.
