
Drama Empat Gol di Si Jalak Harupat: Arema FC Tahan Imbang Liga Indonesia All-Star 2-2 dalam Laga Pembuka Piala Presiden 2025 yang Penuh Kontroversi VAR.
Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, pada Selasa malam yang diselimuti antusiasme, 8 Juli 2025, menjadi saksi bisu sebuah pertarungan sengit yang berakhir imbang 2-2 antara Arema FC dan Liga Indonesia All-Star dalam lanjutan fase grup Piala Presiden 2025. Laga yang sarat drama, diwarnai dengan gol-gol indah, penyelamatan gemilang, serta keputusan-keputusan vital dari teknologi Video Assistant Referee (VAR) yang menjadi sorotan utama. Hasil ini membuat kedua tim harus puas berbagi satu poin dalam upaya mereka memperebutkan tiket ke babak gugur turnamen pramusim paling bergengsi di Tanah Air ini.
Piala Presiden 2025 sendiri telah menjadi barometer penting bagi klub-klub Liga 1 untuk mengukur kekuatan skuad mereka menjelang kompetisi utama. Bagi Arema FC, berstatus sebagai tim yang memiliki sejarah panjang dan basis suporter fanatik Aremania, turnamen ini adalah ajang pembuktian kesiapan mereka setelah melalui serangkaian pemusatan latihan dan perekrutan pemain baru. Sementara itu, Liga Indonesia All-Star, sebuah tim yang dihuni oleh para pemain pilihan dari berbagai klub Liga 1, dibentuk dengan tujuan untuk memberikan tontonan berkualitas serta menjadi wadah bagi para talenta terbaik Indonesia untuk berkolaborasi, meskipun hanya dalam waktu singkat. Tantangan terbesar bagi tim All-Star adalah membangun chemistry dalam waktu terbatas, menghadapi tim-tim yang sudah memiliki pondasi dan kekompakan kuat seperti Arema FC.
Sejak peluit kick-off ditiupkan wasit, atmosfer di Si Jalak Harupat langsung memanas. Ribuan Aremania yang hadir memberikan dukungan penuh, menciptakan gemuruh yang membakar semangat para pemain Singo Edan. Arema FC, yang tampil dengan formasi 4-3-3, menunjukkan inisiatif serangan sejak menit-menit awal. Kombinasi serangan dari sayap dan umpan-umpan terobosan menjadi andalan mereka. Sementara itu, Liga Indonesia All-Star, yang diperkuat nama-nama beken seperti Witan Sulaeman, Irkham Mila, dan Septian David Maulana, mengandalkan kecepatan dan skill individu para pemainnya untuk menciptakan peluang.
Keunggulan Arema FC tidak butuh waktu lama untuk tercipta. Pada menit ke-17, Arema FC berhasil memecah kebuntuan melalui aksi brilian Salim Tuhaera. Berawal dari umpan lambung terukur yang dilepaskan gelandang serang mereka dari lini tengah, Salim Tuhaera dengan cerdik bergerak di antara celah pertahanan lawan. Meskipun sempat ada keraguan terkait posisi offside, namun ia berhasil lolos dari jebakan tersebut dan langsung berhadapan satu lawan satu dengan kiper Liga Indonesia All-Star, Kurniawan Kartika Ajie. Dengan ketenangan seorang striker berpengalaman, Salim mengangkat bola melewati jangkauan Ajie yang sudah maju untuk menutup ruang, menghasilkan gol pembuka yang indah dan membuat skor berubah menjadi 1-0 untuk Arema FC. Selebrasi pecah di tribun Aremania, menandai awal yang menjanjikan bagi Singo Edan.
Setelah gol tersebut, pertandingan semakin hidup. Liga Indonesia All-Star mencoba merespons dengan meningkatkan intensitas serangan. Mereka sempat mengira berhasil menyamakan kedudukan beberapa menit kemudian. Sebuah umpan silang akurat dari sisi kanan pertahanan Arema berhasil disambut dengan sundulan terarah oleh Irkham Mila. Bola meluncur deras ke gawang Arema, namun selebrasi para pemain All-Star harus tertunda. Wasit yang memimpin pertandingan, setelah berkonsultasi dengan asisten wasit dan mengecek VAR, memutuskan bahwa Irkham Mila berada dalam posisi offside tipis saat menyambut umpan tersebut. Gol dianulir, dan Arema FC masih memimpin. Keputusan ini memicu perdebatan singkat di lapangan, namun VAR sekali lagi membuktikan perannya dalam menjaga keadilan pertandingan.
Tidak lama berselang, Arema FC justru berhasil menggandakan keunggulan mereka, menambah luka bagi tim All-Star. Pada menit ke-35, striker andalan Dedik Setiawan menunjukkan insting golnya yang tajam. Gol ini tidak lepas dari visi brilian gelandang asing Arema, Paulinho. Paulinho, dengan sentuhan magisnya, melepaskan umpan terobosan akurat yang membelah pertahanan All-Star. Dedik Setiawan yang bergerak tanpa bola dengan cerdik, berhasil lepas dari kawalan dan berhadapan langsung dengan kiper Ajie. Dengan tendangan kaki kanan yang terukur dan keras, Dedik berhasil menaklukkan Ajie untuk kedua kalinya, mengubah skor menjadi 2-0 untuk Arema FC. Keunggulan dua gol ini memberikan kepercayaan diri yang tinggi bagi Arema FC saat memasuki jeda babak pertama.
Memasuki babak kedua, pelatih Liga Indonesia All-Star, yang pada pertandingan ini diarsiteki oleh tim pelatih gabungan dari Liga 1, melakukan beberapa perubahan taktik dan pergantian pemain untuk menambah daya gedor. Mereka tampaknya memberikan instruksi kepada para pemainnya untuk bermain lebih agresif, menekan pertahanan Arema lebih tinggi, dan memanfaatkan lebar lapangan. Strategi ini terbukti cukup efektif, karena tekanan yang terus-menerus mulai membuahkan hasil.
Pada menit ke-72, drama kembali terjadi. Liga Indonesia All-Star mendapatkan hadiah penalti setelah salah satu pemain Arema FC melakukan pelanggaran di kotak terlarang. Insiden ini berawal dari penetrasi lincah seorang pemain All-Star di dalam kotak penalti Arema yang diakhiri dengan kontak fisik yang dianggap tidak sah oleh wasit. Setelah sempat mengecek VAR untuk memastikan keputusan, wasit akhirnya menunjuk titik putih. Witan Sulaeman, bintang muda yang dikenal dengan ketenangan dan akurasi tendangannya, maju sebagai eksekutor. Dengan percaya diri, Witan melepaskan tendangan mendatar yang sukses mengecoh kiper Arema, membawa Liga Indonesia All-Star memperkecil kedudukan menjadi 1-2 pada menit ke-74. Gol ini membangkitkan semangat juang tim All-Star dan membuat pertandingan semakin menarik.
Momentum sepenuhnya berada di tangan Liga Indonesia All-Star. Mereka terus menggempur pertahanan Arema FC yang mulai terlihat sedikit goyah. Pada menit ke-85, kembali terjadi insiden di kotak penalti Arema FC yang mengundang kontroversi. Kali ini, bek senior Hansamu Yama yang tengah membantu serangan, dijegal oleh pemain bertahan Arema di area kotak terlarang. Sekali lagi, wasit perlu waktu untuk mengecek VAR guna meninjau ulang insiden tersebut secara cermat. Setelah meninjau tayangan ulang dari berbagai sudut, wasit akhirnya memutuskan untuk memberikan hadiah penalti kedua bagi Liga Indonesia All-Star.
Tensi pertandingan memuncak. Stadion Si Jalak Harupat bergemuruh, campuran antara sorakan kecewa Aremania dan teriakan harapan dari bangku cadangan All-Star. Septian David Maulana, gelandang serang dengan teknik tinggi, mengambil tanggung jawab besar ini. Dengan tekanan yang begitu besar, Septian David menunjukkan kelasnya. Tendangan penaltinya yang keras dan terarah tak mampu dijangkau kiper Arema, sukses membuat Liga Indonesia All-Star menyamakan skor menjadi 2-2. Gol ini memicu selebrasi histeris dari para pemain All-Star yang berhasil bangkit dari ketertinggalan dua gol.
Sisa waktu pertandingan diwarnai dengan jual beli serangan yang sangat intens. Arema FC mencoba untuk kembali unggul, sementara Liga Indonesia All-Star berusaha mempertahankan hasil imbang atau bahkan mencari gol kemenangan. Beberapa peluang emas tercipta di kedua belah pihak, namun tidak ada gol tambahan yang tercipta hingga peluit panjang dibunyikan. Skor 2-2 menjadi hasil akhir dari pertandingan yang mendebarkan ini.
Pelatih Arema FC, Fernando Valente, dalam konferensi pers pasca-pertandingan, menyatakan bahwa ia cukup puas dengan penampilan timnya di babak pertama, namun mengakui adanya pekerjaan rumah yang besar di lini pertahanan, terutama terkait konsentrasi di menit-menit akhir. "Kami memulai dengan sangat baik, mengontrol pertandingan dan mencetak dua gol indah. Namun, dua penalti yang kami terima menunjukkan bahwa kami harus lebih disiplin dan fokus, terutama ketika lawan meningkatkan tekanan. Ini adalah pelajaran berharga di awal musim," ujarnya.
Di sisi lain, perwakilan tim pelatih Liga Indonesia All-Star, mengapresiasi semangat juang para pemainnya. "Kami tahu akan sulit menghadapi tim sekuat Arema FC, apalagi mereka sudah lama bersama. Namun, semangat pantang menyerah anak-anak patut diacungi jempol. Bangkit dari ketertinggalan dua gol dan menyamakan kedudukan adalah bukti karakter tim ini. VAR juga bekerja dengan baik, memastikan keputusan yang adil," kata salah satu anggota staf pelatih.
Hasil imbang ini menempatkan kedua tim di posisi yang sama di klasemen grup, masing-masing dengan satu poin. Bagi Arema FC, ini adalah hasil yang kurang ideal mengingat mereka sempat unggul dua gol, namun setidaknya mereka tidak menelan kekalahan di laga pembuka. Sementara bagi Liga Indonesia All-Star, hasil ini bisa dibilang positif, menunjukkan bahwa meskipun baru terbentuk, mereka memiliki potensi besar untuk bersaing di Piala Presiden. Pertandingan ini juga menjadi bukti bahwa penggunaan VAR di sepak bola Indonesia semakin matang, meskipun masih ada perdebatan sesekali, namun keputusan-keputusan krusial dapat diambil dengan lebih akurat. Kedua tim kini harus segera berbenah dan mempersiapkan diri untuk pertandingan selanjutnya di fase grup, karena persaingan menuju babak gugur Piala Presiden 2025 dipastikan akan semakin ketat dan menarik.
