
Di tengah sorotan gemerlap dunia hiburan Tanah Air yang seringkali diwarnai oleh kemewahan dan gaya hidup serba mahal, Nazriel Irham, atau yang lebih akrab disapa Ariel Noah, tampil dengan preferensi yang kontras dan otentik. Berbeda dengan sebagian besar selebriti yang berlomba memamerkan koleksi mobil sport mewah atau kendaraan beroda empat eksotis, ikon musik rock ini justru menunjukkan kecintaan mendalam pada roda dua, khususnya sepeda motor. Bahkan, sang musisi kelahiran Langkat, Sumatera Utara, ini memiliki satu tunggangan yang secara konsisten menjadi pilihannya untuk aktivitas harian, sebuah fakta yang menunjukkan sisi pragmatis dan rendah hati dari seorang superstar.
Dalam sebuah kesempatan eksklusif saat berkunjung ke gedung detikcom di Tendean, Jakarta Selatan, Ariel Noah secara terus terang mengungkapkan pilihannya. "Kalau harian gue biasanya pakai motor bebek, namanya Honda CT125," ujarnya dengan nada santai namun penuh keyakinan. Pernyataan ini sontak menarik perhatian, mengingat Honda CT125 bukanlah motor bebek pada umumnya. Ini adalah sebuah ikon retro yang bereinkarnasi, sebuah kendaraan yang memadukan desain klasik dengan teknologi modern, dan yang terpenting, menunjukkan selera unik seorang Ariel. Ia juga menegaskan bahwa kendaraan tersebut dibeli murni menggunakan dana pribadinya, bukan sebagai bentuk sponsor dari merek tertentu. Penegasan ini sangat krusial, karena di era media sosial dan endorsement, pilihan pribadi seorang figur publik seperti Ariel memiliki bobot otentisitas yang jauh lebih besar dibandingkan sekadar promosi berbayar. Ini bukan hanya tentang kendaraan, melainkan tentang filosofi dan gaya hidup yang ia anut.
Honda CT125 sendiri bukanlah sembarang motor bebek. Motor ini adalah reinkarnasi modern dari seri CT legendaris Honda, yang dikenal luas di berbagai belahan dunia sebagai "Hunter Cub" atau "Trail Cub". Sejarahnya membentang jauh ke belakang, dimulai pada tahun 1960-an dengan model CT50 dan CT90, yang dirancang khusus untuk keperluan berburu, memancing, atau sekadar menjelajah medan ringan di pedesaan. Di Australia dan Selandia Baru, varian CT bahkan dikenal sebagai "Postie Bike" karena banyak digunakan oleh tukang pos untuk mengantarkan surat. Desainnya yang khas dengan knalpot tinggi, pelindung mesin, dan rak depan-belakang yang kokoh, mencerminkan fungsionalitas dan ketahanan. CT125 yang dimiliki Ariel meneruskan warisan tersebut, menawarkan desain klasik yang tak lekang oleh waktu, namun dibekali dengan teknologi injeksi PGM-FI dan sistem pengereman ABS (untuk beberapa varian pasar), menjadikannya sangat relevan untuk penggunaan modern.
Baca Juga:
- BYD Seagull Free Edition: Revolusi Mobilitas Listrik Terjangkau dari China ke Pasar Global, Termasuk Indonesia
- Pemutihan Pajak Kendaraan Diperpanjang: ‘Ada yang Bangkit dari Kubur’
- Penyelidikan Mendalam Kecelakaan Maut Diogo Jota: Misteri Kecepatan, Ban Pecah, dan Lamborghini yang Hancur Lebur
- Diogo Jota dan Andre Silva Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Tragis di Jalur Tengkorak Spanyol, Dunia Sepak Bola Berduka
- Tragedi Diogo Jota dan Andre Silva: Sorotan Tajam pada Sistem Keamanan Lamborghini Huracan dalam Kecelakaan Maut
Secara teknis, Honda CT125 hadir sebagai motor impor utuh atau Completely Built Up (CBU), yang berarti unitnya didatangkan langsung dari Thailand. Status CBU ini juga menjelaskan mengapa harganya relatif premium untuk kelas motor bebek, dibanderol mulai dari Rp 82,5 jutaan dengan status on the road Jakarta. Di balik tampilan retronya, CT125 menggendong mesin SOHC bersilinder tunggal berkapasitas 124cc, dengan sistem pendingin udara. Pembekalan tersebut memungkinkan motor ini menghasilkan tenaga maksimal 6,7 kW pada 7.500 rpm dan torsi puncak 10,8 Nm pada 5.000 rpm. Angka-angka ini mungkin tidak fantastis di atas kertas, namun cukup mumpuni untuk penggunaan harian di perkotaan maupun petualangan ringan. Dimensinya yang kompak (panjang 1.961 mm, lebar 805 mm, tinggi 1.085 mm) dengan bobot 120 kg, serta tinggi jok 800 mm, membuatnya lincah dan mudah dikendalikan di tengah kemacetan Ibu Kota. Kapasitas tangki bahan bakarnya 5,3 liter cukup memadai untuk perjalanan jarak menengah. Keunikan lain dari CT125 adalah transmisi semi-otomatis 4 percepatan, yang menambah kesan klasik dan kemudahan penggunaan, mirip dengan motor bebek tradisional yang populer di Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Ariel juga menegaskan bahwa kecintaannya pada sepeda motor jauh melampaui sekadar kepemilikan. Ia mengaku lebih senang bepergian menggunakan motor ketimbang mobil. Alasan di balik preferensi ini cukup sederhana dan sangat bisa dimengerti oleh sebagian besar masyarakat urban: efisiensi dan pengalaman berkendara. "Nggak suka sih (koleksi mobil). Gue dari dulu senengnya emang sama motor sebetulnya. Kalau mobil dipakainya cuma sesuai fungsi aja," ungkapnya. Pernyataan ini menyoroti bahwa bagi Ariel, mobil adalah alat transportasi semata, sebuah sarana untuk mencapai tujuan tanpa ada ikatan emosional atau kesenangan berkendara yang mendalam. Berbeda halnya dengan motor, yang memberikannya kebebasan, kelincahan, dan koneksi langsung dengan lingkungan sekitar. Di kota besar seperti Jakarta, di mana kemacetan menjadi makanan sehari-hari, motor menawarkan solusi mobilitas yang tak tertandingi. Kemampuan menyelinap di antara padatnya lalu lintas, waktu tempuh yang lebih singkat, dan biaya operasional yang relatif lebih rendah, menjadi daya tarik utama bagi banyak individu, termasuk seorang selebriti sekelas Ariel. Kendaraan roda empat hariannya, Honda CR-V, digunakan murni untuk keperluan fungsional, menunjukkan batasan antara hobi dan kebutuhan praktis.
Sebagai seorang penikmat sejati, koleksi motor Ariel Noah tidak hanya berhenti pada Honda CT125. Garasi rumahnya menjadi saksi bisu kecintaannya pada roda dua dengan beragam jenis dan era. Selain motor bebek ikonik tersebut, Ariel juga mengoleksi BMW K100, sebuah motor touring klasik Eropa yang dikenal dengan mesin longitudinal empat silinder yang unik dan desain yang timeless. BMW K100 mewakili sisi Ariel yang menghargai engineering Jerman yang kokoh dan performa yang stabil untuk perjalanan jarak jauh. Ada pula Italjet Dragster, sebuah skuter agresif asal Italia yang terkenal dengan desain radikalnya yang berani, sasis exposed trellis, dan suspensi depan single-sided yang futuristik. Italjet Dragster menunjukkan sisi Ariel yang menyukai inovasi, desain yang mencolok, dan performa yang lincah khas skuter sport. Keberagaman koleksinya, dari motor bebek retro, touring klasik, hingga skuter sport modern, menegaskan bahwa Ariel adalah seorang connoisseur sejati yang menghargai keunikan, sejarah, dan performa dari setiap kendaraan roda dua. Namun, dari semua koleksi tersebut, ia menegaskan bahwa yang paling sering dikendarai memang Honda CT125, kembali memperkuat argumen tentang kepraktisan dan kesenangan berkendara harian yang ditawarkan motor tersebut.
Foto yang menyertai berita, yang memperlihatkan Ariel Noah dengan Honda CT125 dengan keterangan "Ariel mudik naik Honda CT125", semakin memperkuat narasi tentang kepraktisan motor ini. Meskipun tidak ada konfirmasi apakah ia benar-benar menempuh perjalanan mudik jarak jauh dengan motor tersebut, citra ini secara efektif menyoroti potensi CT125 sebagai kendaraan yang tangguh dan dapat diandalkan untuk perjalanan lintas kota, bukan hanya sekadar kendaraan harian di perkotaan. Kemampuan motor ini untuk membawa beban tambahan berkat rak depan dan belakang yang kokoh, serta posisi berkendara yang tegak dan nyaman, menjadikannya pilihan yang masuk akal bagi mereka yang mencari kendaraan serbaguna untuk berbagai kebutuhan.
Kecintaan Ariel Noah pada sepeda motor, khususnya pilihannya terhadap Honda CT125, juga mengirimkan pesan kuat kepada para penggemar dan khalayak luas. Di tengah tren konsumsi yang serba cepat dan seringkali dipengaruhi oleh gimmick pemasaran, pilihan otentik seorang figur publik seperti Ariel dapat menginspirasi banyak orang untuk mencari nilai lebih dari sekadar citra. Ia menunjukkan bahwa kenyamanan, kepraktisan, dan kesenangan berkendara tidak selalu harus datang dari kendaraan yang paling mahal atau paling mewah. Sebaliknya, hal itu bisa ditemukan dalam sebuah motor bebek klasik yang telah bereinkarnasi, yang menawarkan kombinasi unik antara sejarah, fungsionalitas, dan gaya.
Fenomena ini juga sejalan dengan semakin populernya segmen motor retro dan klasik di Indonesia. Semakin banyak pengendara, baik dari kalangan umum maupun selebriti, yang beralih ke motor dengan desain lawas namun dibekali teknologi modern. Hal ini bukan hanya sekadar tren mode, melainkan juga cerminan dari keinginan untuk memiliki kendaraan yang memiliki karakter, cerita, dan dapat menjadi ekstensi dari kepribadian pemiliknya. Ariel Noah, dengan pilihannya yang jujur dan tanpa pretensi, secara tidak langsung menjadi duta bagi gaya hidup ini, membuktikan bahwa seorang superstar pun bisa tetap membumi dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan roda dua.
Pada akhirnya, kisah Ariel Noah dan Honda CT125-nya adalah lebih dari sekadar berita tentang kepemilikan kendaraan seorang selebriti. Ini adalah narasi tentang otentisitas, preferensi pribadi yang unik, dan bagaimana sebuah pilihan sederhana dapat berbicara banyak tentang karakter seseorang. Di tengah hiruk pikuk kehidupan seorang bintang, Ariel Noah menemukan kebebasan dan kegembiraan di atas dua roda, melaju di jalanan Jakarta dengan motor bebek kesayangannya, membuktikan bahwa pesona seorang rocker sejati tidak hanya terpancar dari panggung megah, tetapi juga dari aspal jalanan yang ia jelajahi setiap hari.
