
Timnas Indonesia, yang tengah mengukir sejarah dalam perjalanan Kualifikasi Piala Dunia 2026, kini dihadapkan pada bayang-bayang cedera serius yang menimpa salah satu pilar vital mereka di lini depan, Ole Romeny. Cedera penyerang produktif ini menjadi kekhawatiran terbesar menjelang babak keempat kualifikasi, di mana Garuda akan bersaing di grup neraka bersama Irak dan Arab Saudi. Kehilangan Romeny, yang telah menjadi sumber gol utama tim, dapat secara signifikan mereduksi kekuatan serangan Indonesia dan menguji kedalaman skuad asuhan Shin Tae-yong.
Pengundian grup babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang berlangsung di Malaysia pada Kamis, 17 Juli 2025, menempatkan Indonesia di Grup B, sebuah grup yang diprediksi akan menyajikan persaingan sengit. Bertemu kembali dengan Irak dan Arab Saudi, dua tim yang sudah tidak asing lagi bagi skuad Garuda, menjadi tantangan tersendiri. Di babak sebelumnya, Indonesia harus mengakui keunggulan Irak dengan kekalahan telak 1-5 dan 0-2. Sementara itu, catatan pertemuan dengan Arab Saudi di babak ketiga lebih menjanjikan, dengan hasil imbang 1-1 dan kemenangan 2-0 yang menunjukkan potensi perlawanan Indonesia. Namun, peta kekuatan bisa berubah drastis jika Indonesia harus tampil tanpa ujung tombak andalannya.
Ole Romeny telah membuktikan dirinya sebagai mesin gol Timnas Indonesia sepanjang tahun 2025. Dengan torehan tiga gol krusial, Romeny sukses membobol gawang Bahrain, China, dan Australia, menggarisbawahi perannya sebagai penyerang yang memiliki naluri gol tajam dan kemampuan menempatkan diri yang baik. Gol-golnya bukan sekadar statistik, melainkan seringkali menjadi penentu atau pembuka jalan bagi kemenangan penting yang mengantarkan Indonesia hingga ke babak ini. Kehadirannya di lini serang tidak hanya memberikan ancaman langsung ke gawang lawan, tetapi juga membuka ruang bagi pemain lain berkat kemampuannya menahan bola dan menciptakan peluang.
Musibah menimpa Romeny saat ia membela klubnya, Oxford United, dalam pertandingan Piala Presiden 2025 melawan Arema FC. Insiden tersebut terjadi pada menit ke-16, ketika Romeny diterjang keras oleh pemain Arema FC, Paulinho Moccelin. Benturan tersebut menyebabkan cedera serius yang memaksa Romeny ditarik keluar lapangan lebih awal. Ketum PSSI, Erick Thohir, kemudian mengonfirmasi bahwa Romeny harus menjalani pembedahan. Kabar ini sontak memicu kekhawatiran di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air, mengingat jadwal babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang akan digelar pada 8-14 Oktober 2025. Dengan estimasi pemulihan yang memakan waktu hingga setidaknya September 2025, partisipasi Romeny di babak krusial ini menjadi sangat diragukan.
Muhammad Kusnaeni, analis sepakbola terkemuka Indonesia yang akrab disapa Bung Kus, tidak menutupi kekhawatirannya. Menurut Bung Kus, absennya Ole Romeny di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 akan menjadi kerugian besar bagi Tim Merah-Putih. "Berita tentang perkembangan cedera Ole Romeny memang memprihatinkan. Jika benar Ole absen di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia, ini sangat mempengaruhi kekuatan timnas Indonesia," ujar Bung Kus kepada detikSport. Ia menambahkan bahwa dengan kekuatan penuh, Indonesia sebetulnya tidak terlalu risau melihat hasil undian. "Tergabung dengan Arab Saudi dan Iraq memberi harapan untuk lolos sebagai juara grup," katanya, menggarisbawahi betapa pentingnya setiap pemain kunci dalam skuad.
Harapan Indonesia untuk melaju lebih jauh di kualifikasi ini memang sangat tinggi. Lolos ke babak keempat adalah sebuah pencapaian historis bagi sepak bola Indonesia, dan momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Namun, cedera Romeny memberikan tantangan tambahan yang tidak terduga. Dalam konteks grup yang sulit, setiap detail, setiap pemain, dan setiap taktik akan sangat menentukan.
Irak, yang merupakan salah satu kekuatan dominan di Asia Barat, dikenal dengan fisik yang tangguh, organisasi permainan yang solid, dan kemampuan transisi cepat dari bertahan ke menyerang. Sementara itu, Arab Saudi adalah raksasa Asia yang sarat pengalaman di panggung Piala Dunia, memiliki kualitas individu pemain yang merata, dan disiplin taktik yang tinggi. Menghadapi kedua tim ini tanpa striker utama yang telah terbukti ketajamannya akan menjadi ujian berat bagi pelatih Shin Tae-yong dalam meracik strategi dan mencari solusi alternatif di lini depan.
Problem ketajaman yang sempat menghantui Timnas Indonesia di masa lalu, kini terancam muncul kembali. Romeny datang sebagai jawaban atas masalah tersebut, dengan kemampuannya mengkonversi peluang menjadi gol dan menjadi target man yang efektif. "Sayang sekali kalau Ole absen. Problem ketajaman yang sudah teratasi di lini depan timnas bisa kembali muncul dan jadi masalah," keluh Bung Kus. Ia mengakui bahwa mencari pengganti yang sepadan dalam waktu singkat bukanlah perkara mudah.
PSSI, di bawah kepemimpinan Erick Thohir, memang tengah berupaya memperkuat Timnas Indonesia melalui program naturalisasi. Salah satu nama yang disebut-sebut adalah Mauri Zijlstra, striker muda yang tengah diupayakan naturalisasinya untuk Timnas U-23. Zijlstra, yang memiliki potensi sebagai striker tengah, bisa menjadi opsi jangka panjang atau bahkan opsi darurat jika proses naturalisasinya dipercepat. Selain itu, ada juga Jens Raven, penyerang muda yang menunjukkan performa gacor di Piala AFF U-23 2025. Keduanya memang prospek menjanjikan, namun butuh waktu untuk beradaptasi dengan gaya bermain tim senior dan atmosfer sepak bola Asia Tenggara yang berbeda.
Proses naturalisasi sendiri bukanlah hal yang instan. Selain prosedur administratif yang panjang dan kompleks, pemain yang baru bergabung juga memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, bahasa, budaya, serta tentu saja, filosofi dan taktik pelatih. "Mungkin kita bisa menghadirkan striker baru dari diaspora. Tapi dia butuh waktu untuk adaptasi dan belum tentu sebentar," kata Bung Kus, menyoroti tantangan adaptasi yang kerap dihadapi pemain naturalisasi. Ole Romeny sendiri telah melewati fase adaptasi tersebut dengan relatif mulus, sehingga absennya akan sangat terasa. "Ole sudah bisa mengatasi problem adaptasi itu. Jadi, berharap saja semoga cedera Ole bisa segera teratasi dan dia bisa main di putaran keempat nanti," pungkas Bung Kus, menyampaikan harapan yang sama dengan jutaan penggemar sepak bola Indonesia.
Absennya Romeny juga akan memiliki implikasi taktis bagi Shin Tae-yong. Tanpa Romeny sebagai penyerang murni, Shin mungkin akan mempertimbangkan untuk mengubah formasi atau mengandalkan pemain dengan karakteristik berbeda. Opsi lain bisa berupa memainkan false nine, atau mengoptimalkan peran penyerang sayap untuk lebih sering melakukan penetrasi ke tengah. Namun, perubahan mendadak ini tentu membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah, apalagi di level kompetisi setinggi Kualifikasi Piala Dunia.
PSSI sendiri telah menunjukkan komitmen luar biasa untuk memajukan sepak bola Indonesia dan mewujudkan mimpi tampil di Piala Dunia. Program naturalisasi yang masif, peningkatan kualitas kompetisi domestik, hingga persiapan tim nasional yang lebih matang, adalah bagian dari upaya tersebut. Cedera Romeny datang di momen yang kurang tepat, namun PSSI dan tim pelatih harus cepat mencari solusi dan mempersiapkan rencana cadangan terbaik. Fokus harus tetap pada memaksimalkan potensi pemain yang ada, sambil terus memantau perkembangan Romeny dan opsi striker diaspora lainnya.
Kualifikasi Piala Dunia 2026 babak keempat akan melibatkan dua grup yang masing-masing berisi enam tim. Dua tim teratas dari setiap grup akan langsung lolos ke Piala Dunia 2026, sementara tim peringkat ketiga dan keempat akan melanjutkan perjuangan di babak kelima. Ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan dan betapa pentingnya setiap poin yang diraih. Indonesia tidak bisa mengandalkan keberuntungan semata; persiapan matang, kedalaman skuad, dan semangat juang yang tinggi akan menjadi kunci.
Pada akhirnya, nasib Ole Romeny dan pemulihannya akan menjadi salah satu sorotan utama menjelang Oktober 2025. Seluruh elemen sepak bola Indonesia, mulai dari PSSI, tim pelatih, pemain, hingga para penggemar, akan berharap agar Romeny bisa pulih tepat waktu dan kembali menjadi andalan di lini depan. Namun, jika skenario terburuk terjadi, Timnas Indonesia harus membuktikan bahwa mereka memiliki kedalaman skuad dan mentalitas baja untuk mengatasi segala rintangan, demi mewujudkan mimpi besar tampil di panggung sepak bola dunia. Pertanyaan besar yang kini menggantung adalah: Mampukah Garuda terbang tinggi tanpa salah satu sayap terkuatnya? Hanya waktu yang akan menjawab.
:strip_icc():format(webp):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,565,20,0)/kly-media-production/medias/4941398/original/058629400_1725975383-20240910BL_Indonesia_vs_Australia-4.JPG)