Banjir Terburuk dalam Sejarah AS: Texas Luluh Lantak, Ilmuwan Ungkap Jejak Krisis Iklim

Banjir Terburuk dalam Sejarah AS: Texas Luluh Lantak, Ilmuwan Ungkap Jejak Krisis Iklim

Pada tanggal 4 Juli 2025, Amerika Serikat diguncang oleh sebuah bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modernnya. Banjir dahsyat melanda negara bagian Texas, menelan korban jiwa lebih dari 100 orang dan meninggalkan jejak kehancuran yang luas. Peristiwa tragis ini seketika menempatkan Texas di garis depan krisis iklim global, menyoroti kerentanan wilayah tersebut terhadap fenomena cuaca ekstrem yang semakin intens dan sering. Dampak paling memilukan dari bencana ini adalah tewasnya 27 korban yang merupakan anak perempuan dan konselor di sebuah perkemahan musim panas di Kerr County. Mereka tersapu oleh arus deras ketika Sungai Guadalupe, yang berdekatan, meluap setinggi 7,6 meter hanya dalam waktu 45 menit, sebuah kecepatan kenaikan air yang sungguh tak terbayangkan dan memberikan sedikit kesempatan bagi para korban untuk menyelamatkan diri.

Daniel Swain, seorang ilmuwan iklim terkemuka dari University of California, Los Angeles, menggambarkan kejadian ini sebagai "skenario terburuk untuk gelombang air yang sangat ekstrem, tiba-tiba, dan nyata." Menurutnya, berdasarkan keterangan saksi mata dan data ilmiah yang terkumpul, pernyataan tersebut bukanlah suatu hiperbola. Deru air bah yang datang secara tiba-tiba dan dengan kekuatan mematikan telah mengubah lanskap menjadi neraka dalam hitungan menit, menjebak mereka yang tidak siap dalam jalur kehancuran.

Meskipun para ilmuwan masih memerlukan waktu untuk melakukan studi atribusi yang tepat – yaitu untuk menentukan secara pasti berapa banyak curah hujan tambahan yang dapat "disalahkan" sebagai akibat langsung dari perubahan iklim – konsensus awal sangat jelas. Bencana ini, secara umum, memiliki jejak perubahan iklim yang tak terbantahkan di mana-mana. Jennifer Francis, seorang ilmuwan senior di Woodwell Climate Research Center, menegaskan bahwa badai yang terjadi adalah "fenomena konspirasi yang sempurna," baik di atmosfer maupun di darat. "Bagi mereka yang masih skeptis bahwa krisis iklim itu nyata, ada sinyal dan jejak perubahan iklim yang begitu jelas dalam peristiwa semacam ini," ujarnya, menyoroti urgensi untuk mengakui dan mengatasi ancaman global ini.

Menghangatnya Teluk Meksiko: Sumber Bahan Bakar Raksasa

Akar dari tragedi di Texas ini sebenarnya bermula ratusan kilometer di tenggara, jauh di tengah laut, di Teluk Meksiko. Seiring dengan pemanasan global yang terus berlanjut, suhu permukaan Teluk Meksiko telah mengalami peningkatan signifikan, beberapa derajat Celcius. Kenaikan suhu ini bukan hanya sekadar angka; ia mengubah Teluk Meksiko menjadi sumber bahan bakar raksasa bagi badai dan sistem cuaca yang bergerak menuju Pantai Teluk. Air laut yang lebih hangat menyediakan energi termal yang melimpah, memperkuat badai dan meningkatkan kapasitas atmosfer untuk menampung uap air.

Bahkan ketika tidak ada badai yang terbentuk, Teluk Meksiko yang menghangat secara konsisten mengirimkan lebih banyak uap air ke atmosfer. Analogi sederhana dapat membantu memahaminya: seperti cermin kamar mandi yang berembun ketika kita mandi air panas, demikian pula halnya dengan Teluk Meksiko yang lebih hangat. Uap air yang melimpah ini mendorong udara basah dan tidak stabil semakin tinggi ke atmosfer, di mana ia mendingin dan mengembun menjadi awan. Saat sistem awan ini melepaskan panas laten selama kondensasi, mereka menjadi semakin tidak stabil, menciptakan awan badai yang menjulang tinggi yang mampu menurunkan curah hujan ekstrem dalam jumlah besar. Sebelum banjir dahsyat ini, jumlah uap air di atas Texas tercatat berada pada atau di atas rekor tertinggi sepanjang masa untuk bulan Juli, menurut data yang dikumpulkan oleh Daniel Swain. Kondisi ini sungguh luar biasa, mengingat Texas biasanya mengalami udara yang sangat lembab pada bulan tersebut.

Artinya, sistem atmosfer di atas Texas memiliki semua bahan yang dibutuhkan untuk memicu hujan deras: kelembaban yang melimpah dan ketidakstabilan yang diperlukan untuk menciptakan badai petir yang melepaskan curah hujan dengan sangat cepat. Badai-badai ini menurunkan curah hujan antara 2 hingga 4 inci (sekitar 5 hingga 10 sentimeter) per jam, dan yang lebih mengkhawatirkan, mereka bergerak sangat lambat, bahkan seolah-olah terhenti di atas lanskap. Para ilmuwan menggambarkannya secara metaforis sebagai "selang pemadam kebakaran atmosfer raksasa" yang secara terus-menerus membasahi Texas Tengah, tanpa henti. Kombinasi curah hujan intens dan durasi yang panjang inilah yang menjadi pemicu utama banjir bandang.

Kondisi Tanah Texas: Memperparah Bencana

Keadaan diperparah oleh kondisi geologis unik di beberapa bagian Texas yang didominasi oleh batuan kapur. Tanah di wilayah ini tidak mudah menyerap air hujan dibandingkan dengan tempat-tempat yang memiliki lapisan tanah tebal di permukaannya. Batuan kapur yang padat memiliki porositas yang rendah, sehingga air hujan cenderung mengalir deras di permukaan, menuruni bukit dan lembah, lalu berkumpul dengan cepat di sungai dan anak sungai. Inilah mengapa Sungai Guadalupe, dalam insiden ini, naik begitu cepat dan drastis.

John Nielsen-Gammon, ahli iklim negara bagian Texas dan direktur Southern Regional Climate Center di Texas A&M University, menjelaskan bahwa "tidak banyak air hujan yang akan meresap ke dalam tanah, sebagian karena tanahnya dangkal dan sebagian lagi karena lerengnya curam, sehingga air dapat mengalir cukup cepat." Karakteristik tanah seperti ini sangat berbahaya ketika terjadi curah hujan ekstrem, karena memicu banjir bandang yang tiba-tiba dan menghancurkan.

Fenomena presipitasi jenis inilah yang meningkat paling cepat dalam iklim yang memanas, tambah Swain. Di California, misalnya, periode kondisi ekstrem basah dan ekstrem kering yang bergantian menciptakan apa yang disebut sebagai ‘gejolak cuaca’. Seiring memanasnya perairan dunia, lebih banyak uap air yang dapat menguap ke atmosfer. Berdasarkan beberapa hukum fisika dasar, semakin hangat suhu, semakin banyak uap air yang dapat ditampung atmosfer, sehingga potensi curah hujan yang lebih deras pun semakin besar. Brett Anderson, ahli meteorologi senior di AccuWeather, menambahkan bahwa Teluk Meksiko baru-baru ini mengalami beberapa gelombang panas laut, yang semakin menambah panas ke atmosfer dan memicu hujan ekstrem. Ia memperingatkan bahwa di banyak tempat, banjir yang sebelumnya dikategorikan sebagai ‘banjir 1 banding 100 tahun’ (artinya hanya memiliki peluang 1% terjadi setiap tahun) mungkin akan menjadi ‘1 banding 50’, bahkan ‘1 banding 10’, yang berarti frekuensi kejadiannya akan jauh lebih sering di masa depan.

Dampak Ekonomi dan Tantangan Peringatan Dini

Estimasi awal dari AccuWeather menunjukkan kerugian ekonomi akibat banjir ini berada di kisaran USD18 miliar hingga USD22 miliar. Angka ini mencakup kerusakan properti, kerugian pertanian, gangguan bisnis, dan biaya rekonstruksi infrastruktur yang hancur. Skala kerusakan ini menempatkan banjir Texas sebagai salah satu bencana alam paling mahal dalam sejarah AS.

Di tengah upaya pemulihan dan peninjauan ulang, muncul pertanyaan kritis mengenai sistem peringatan dini. Meskipun Pemerintahan Donald Trump memang melakukan efisiensi dengan pemangkasan staf secara signifikan di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) awal tahun ini, masih terlalu dini untuk menyimpulkan secara definitif mengapa beberapa warga setempat tidak menerima peringatan dini bahaya banjir yang memadai.

National Weather Service (NWS) memang telah memberikan beberapa peringatan banjir, dan beberapa warga melaporkan bahwa mereka menerima peringatan di ponsel mereka, yang mendorong mereka untuk mengungsi dan menyelamatkan diri. Namun, dengan begitu banyak orang yang meninggal atau hilang, jelas bahwa sebagian besar dari mereka tidak menerima peringatan atau tidak cukup memahami bahaya yang mereka hadapi. Tragedi di perkemahan musim panas Kerr County adalah contoh yang menyakitkan; banjir bandang datang pada waktu yang paling buruk, dini hari saat para gadis dan staf sedang tidur lelap.

Para pejabat di Kerr County sebenarnya telah mempertimbangkan untuk menerapkan sistem peringatan dini yang lebih kuat untuk banjir Sungai Guadalupe di masa lalu, namun pada akhirnya tidak jadi menerapkannya karena dianggap terlalu mahal. Keputusan ini kini dihadapkan pada kenyataan pahit dari konsekuensi yang mengerikan.

Daniel Swain berpendapat bahwa, dari sudut pandang meteorologi, ini sebenarnya bukanlah kegagalan dalam prediksi cuaca. "Menurut saya, prediksi Badan Meteorologi memang tidak sempurna, tetapi sudah sebaik yang diharapkan mengingat kondisi sains saat ini," katanya. Namun, ia juga memberikan peringatan keras bahwa jika pemerintah AS benar-benar akan melakukan pemangkasan lebih lanjut pada anggaran NOAA, prakiraan banjir di masa depan bisa menjadi jauh lebih buruk dan mengancam jiwa. "Itu benar-benar bisa menjadi bencana besar, 100% akan menyebabkan hilangnya nyawa," tegasnya.

Bencana banjir di Texas pada 4 Juli 2025 adalah pengingat yang menyakitkan akan realitas krisis iklim yang semakin mendesak. Ini adalah seruan untuk tindakan yang lebih serius, baik dalam mitigasi perubahan iklim global maupun dalam adaptasi lokal untuk membangun ketahanan terhadap cuaca ekstrem yang tak terhindarkan. Kehilangan nyawa, terutama mereka yang begitu muda, harus menjadi dorongan bagi kita semua untuk berinvestasi dalam sains, teknologi peringatan dini, dan kebijakan yang lebih baik demi melindungi masyarakat dari ancaman yang terus berkembang ini.

Banjir Terburuk dalam Sejarah AS: Texas Luluh Lantak, Ilmuwan Ungkap Jejak Krisis Iklim

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *