Delapan Emoji Baru Akan Segera Hadir, Mengungkap Makna dan Dampak di Balik Simbol Komunikasi Global

Delapan Emoji Baru Akan Segera Hadir, Mengungkap Makna dan Dampak di Balik Simbol Komunikasi Global

Seringkali kita merasa ekspresi digital kita terbatas, bahkan dengan ribuan emoji yang telah tersedia. Dalam lautan komunikasi daring yang semakin masif, di mana setiap pesan singkat, obrolan grup, hingga interaksi di media sosial didominasi oleh simbol-simbol kecil berwarna-warni ini, kebosanan akan repetisi adalah hal yang lumrah. Ribuan emoji yang ada, mulai dari wajah tersenyum, hati, makanan, hingga berbagai profesi dan objek, memang telah memperkaya percakapan kita. Namun, kebutuhan akan nuansa baru, ekspresi yang lebih spesifik, atau bahkan representasi budaya yang lebih luas terus tumbuh. Kabar gembira datang bagi para pecinta emoji: delapan emoji baru yang inovatif akan segera dirilis, menjanjikan dimensi baru dalam cara kita berinteraksi di dunia maya.

Pengumuman menarik ini datang langsung dari Unicode Consortium, sebuah organisasi nirlaba global yang mungkin tidak banyak dikenal publik, namun perannya sangat fundamental dalam memastikan kelancaran komunikasi digital kita. Organisasi inilah yang bertanggung jawab untuk mengatur dan menyetandarkan karakter teks serta, tentu saja, emoji untuk berbagai platform dan perangkat di seluruh dunia. Pengumuman delapan emoji baru ini bertepatan dengan perayaan Hari Emoji Sedunia yang jatuh setiap tanggal 17 Juli, momen spesial untuk menghargai peran emoji dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan ini bukan hanya sekadar tanggal simbolis, melainkan juga kesempatan untuk merefleksikan bagaimana simbol-simbol sederhana ini telah merevolusi cara kita menyampaikan emosi, humor, dan bahkan ironi dalam pesan-pesan digital.

Proses di balik penambahan setiap emoji baru ke dalam standar global adalah sesuatu yang sangat ketat dan panjang. Setiap tahunnya, Unicode Consortium membuka pintu bagi individu maupun organisasi untuk mengajukan ide emoji baru. Ribuan proposal seringkali masuk, mencerminkan keragaman budaya, kebutuhan ekspresif, dan tren global. Setelah pendaftaran awal, yang melibatkan presentasi argumen mengapa emoji tersebut penting dan layak, organisasi ini akan melakukan serangkaian tinjauan dan pemungutan suara yang cermat. Pemungutan suara ini bukan hanya sekadar formalitas; ini adalah proses deliberasi mendalam yang mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk relevansi budaya, potensi penggunaan lintas bahasa, kemungkinan salah tafsir, dan bahkan dampak teknisnya. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan daftar final emoji baru yang akan diadopsi oleh raksasa teknologi seperti Apple, Google, Meta, Microsoft, dan perusahaan teknologi lainnya, yang pada gilirannya akan mengimplementasikannya di sistem operasi dan aplikasi mereka.

Dari lebih dari 160 proposal emoji yang dipertimbangkan dengan seksama pada siklus kali ini, Unicode Consortium akhirnya mengumumkan delapan emoji final yang terpilih. Pilihan ini merepresentasikan perpaduan antara kebutuhan ekspresif universal, simbol-simbol yang memiliki makna historis, dan beberapa kejutan yang akan memicu percakapan. Berikut adalah daftar delapan emoji yang akan memperkaya kamus visual kita:

  1. Makhluk Berbulu (Furry Creature): Emoji ini digambarkan sebagai sosok berbulu lebat yang berdiri tegak, mirip dengan deskripsi populer tentang Bigfoot atau Sasquatch. Penampakannya meniru pose ikonik dari foto-foto yang diduga penampakan makhluk mitos ini.
  2. Naga Kecil (Small Dragon): Berbeda dengan emoji naga yang sudah ada yang seringkali terlihat garang dan besar, emoji ini menampilkan naga dalam bentuk yang lebih kecil, mungkin lebih imut atau bahkan lucu, memberikan nuansa yang berbeda untuk penggunaan fantasi atau imajinasi.
  3. Jam Pasir Berjalan (Walking Hourglass): Emoji ini menggambarkan jam pasir yang seolah memiliki kaki dan sedang berjalan. Ini bisa menjadi simbol waktu yang terus berjalan, urgensi, atau bahkan konsep "waktu terus bergerak maju."
  4. Wajah Tersenyum dengan Kacamata Hitam & Topi Pantai (Smiling Face with Sunglasses & Beach Hat): Sebuah ekspresi relaksasi dan liburan yang sempurna, emoji ini menangkap esensi bersantai di bawah sinar matahari, jauh dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
  5. Setumpuk Buku dengan Topi Wisuda (Stack of Books with Graduation Cap): Menggabungkan simbol ilmu pengetahuan dan pencapaian akademis, emoji ini ideal untuk merayakan kelulusan, keberhasilan studi, atau sekadar menunjukkan kecintaan pada membaca dan belajar.
  6. Pohon Bonsai (Bonsai Tree): Representasi seni dan kesabaran, emoji pohon bonsai ini menghadirkan keindahan alam yang terkontrol dan filosofi ketenangan, cocok untuk konteks yang berhubungan dengan seni, meditasi, atau alam.
  7. Sumpit dengan Mie (Chopsticks with Noodles): Sebuah emoji makanan yang sangat dinanti, ini merepresentasikan hidangan Asia yang populer dan bisa digunakan untuk mengekspresikan keinginan makan, budaya, atau kegembiraan kuliner.
  8. Tanda Panah Berputar (Spinning Arrow Symbol): Simbol dinamis yang menunjukkan proses pembaruan, perputaran, atau bahkan kebingungan/perubahan arah. Ini bisa memiliki banyak interpretasi tergantung konteks.

Dari delapan emoji baru ini, ada satu yang secara khusus menarik perhatian dan bahkan memicu sedikit kontroversi sekaligus rasa penasaran, yaitu ‘Makhluk Berbulu’. Dari visualnya, emoji ini terlihat sangat mirip dengan Bigfoot atau Sasquatch, makhluk kriptid legendaris yang konon mendiami hutan-hutan di Amerika Utara, lengkap dengan pose yang identik dengan foto Patterson-Gimlin yang terkenal. Pemilihan nama ‘Makhluk Berbulu’ oleh Unicode Consortium kemungkinan besar merupakan upaya untuk menghindari penggunaan nama yang terlalu spesifik untuk wilayah tertentu atau klaim keberadaan yang belum terbukti secara ilmiah. Ini adalah pendekatan yang cerdas, mengingat makhluk mitos serupa dikenal dengan nama yang berbeda di berbagai belahan dunia lainnya. Misalnya, di Himalaya ia dikenal sebagai Yeti, di Australia sebagai Yowie, di Jepang sebagai Hibagon, di Rusia sebagai Almas, dan di Sumatra sebagai Orang Pendek. Dengan menggunakan nama yang lebih generik, Unicode memastikan emoji ini dapat diterima dan dipahami secara global, tanpa terikat pada narasi atau mitologi spesifik suatu wilayah, sehingga memperluas potensi penggunaannya sebagai simbol misteri, keunikan, atau bahkan sekadar lelucon.

"Emoji baru ini memiliki makna simbolis yang sudah lama ada, memiliki ciri khas visual, dan mengandung banyak ekspresi," kata Unicode Consortium dalam pengumumannya, seperti dikutip detikINET pada Jumat, 18 Juli 2025. Pernyataan ini merangkum filosofi di balik setiap pilihan emoji. "Makna simbolis yang sudah lama ada" menunjukkan bahwa emoji tersebut bukan sekadar tren sesaat, melainkan representasi dari konsep, ide, atau makhluk yang telah lama hadir dalam kesadaran kolektif manusia, baik melalui mitologi, budaya, atau pengalaman universal. "Memiliki ciri khas visual" berarti emoji tersebut harus mudah dikenali dan tidak ambigu, sebuah tantangan besar mengingat ukuran kecilnya. Terakhir, "mengandung banyak ekspresi" berarti emoji tersebut harus serbaguna dan dapat digunakan dalam berbagai konteks untuk menyampaikan berbagai nuansa emosi atau pesan, mulai dari humor, kegembiraan, kejutan, hingga ketidakpastian. Kriteria ini memastikan bahwa setiap emoji yang ditambahkan tidak hanya menambah jumlah, tetapi juga nilai dan kedalaman pada bahasa visual kita.

Kedelapan emoji baru ini akan dirilis sebagai bagian dari Unicode 17.0, standar terbaru yang diperbarui secara berkala oleh konsorsium. Setelah rilis standar ini, barulah masing-masing platform teknologi akan memulai proses adaptasi. Ini berarti Apple, Google, Meta, dan perusahaan lain akan memodifikasi delapan emoji baru ini sesuai dengan gaya desain dan estetika visual mereka sendiri. Proses ini penting untuk memastikan konsistensi tampilan emoji di seluruh ekosistem mereka, sambil tetap mempertahankan identitas merek.

Meskipun Unicode 17.0 dijadwalkan akan dirilis secara resmi pada 9 September 2025, para pengguna Android dan iOS kemungkinan besar baru dapat menikmati emoji-emoji baru ini pada tahun depan, yakni sekitar awal hingga pertengahan 2026. Ada jeda waktu yang signifikan antara rilis standar Unicode dan ketersediaan emoji di perangkat pengguna. Hal ini disebabkan oleh proses integrasi yang kompleks. Sebagai contoh, Unicode 16.0 dirilis pada September 2024, namun baru tersedia untuk pengguna iPhone pada Maret 2025 bersamaan dengan pembaruan iOS 18.4. Jeda waktu ini digunakan oleh perusahaan teknologi untuk tidak hanya mendesain ulang emoji agar sesuai dengan gaya visual mereka, tetapi juga untuk menguji kompatibilitas, memastikan rendering yang benar di berbagai perangkat, dan mengintegrasikannya ke dalam keyboard sistem operasi. Ini adalah pekerjaan besar yang melibatkan tim desainer, insinyur perangkat lunak, dan penguji kualitas untuk memastikan pengalaman pengguna yang mulus.

Kehadiran emoji-emoji baru ini lebih dari sekadar penambahan ikon-ikon lucu; ini adalah cerminan dari evolusi bahasa dan komunikasi manusia di era digital. Emojis telah menjadi jembatan emosional yang melengkapi teks, memberikan konteks, dan mencegah kesalahpahaman yang sering terjadi dalam komunikasi berbasis tulisan. Mereka memungkinkan kita untuk menambahkan nada, ekspresi, dan bahkan humor dalam pesan singkat, sesuatu yang sebelumnya sulit dilakukan tanpa tatap muka atau intonasi suara. Dalam banyak hal, emoji telah menjadi bentuk bahasa universal, melampaui hambatan bahasa dan budaya, memungkinkan orang-orang dari berbagai latar belakang untuk berbagi perasaan dan ide dengan cara yang intuitif.

Permintaan akan emoji yang lebih beragam dan inklusif juga terus meningkat. Dari representasi warna kulit, profesi, gender, hingga disabilitas, Unicode Consortium terus berupaya untuk mencerminkan keragaman dunia nyata dalam koleksi emojinya. Penambahan ‘Makhluk Berbulu’ yang mewakili mitologi global, atau ‘Sumpit dengan Mie’ yang mewakili budaya makanan spesifik, adalah langkah maju dalam upaya ini. Ini menunjukkan bahwa emoji tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga berperan dalam membentuk kesadaran global dan inklusivitas.

Melihat ke depan, masa depan emoji kemungkinan akan terus berkembang. Kita mungkin akan melihat emoji yang lebih personal, emoji 3D, atau bahkan emoji animasi yang lebih kompleks. Teknologi kecerdasan buatan mungkin juga akan memainkan peran, memungkinkan emoji yang secara otomatis menyesuaikan diri dengan konteks percakapan atau suasana hati pengguna. Yang jelas, kebutuhan untuk mengekspresikan diri secara lebih kaya dan nuansa akan selalu ada, dan emoji akan terus menjadi alat vital dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Dengan delapan emoji baru yang akan segera tiba, para pengguna dapat menantikan cara-cara baru untuk menyampaikan perasaan, berbagi pengalaman, dan menambahkan sentuhan pribadi pada setiap percakapan digital mereka. Ini adalah bukti bahwa bahkan dalam dunia yang didominasi oleh teks, sebuah gambar kecil tetap memiliki kekuatan besar untuk berkomunikasi dan menghubungkan kita semua. Antisipasi terhadap Unicode 17.0 dan kedatangan emoji-emoji baru ini adalah pengingat bahwa bahasa digital kita terus hidup, berkembang, dan menjadi semakin kaya.

Delapan Emoji Baru Akan Segera Hadir, Mengungkap Makna dan Dampak di Balik Simbol Komunikasi Global

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *