
Dunia sepak bola diguncang oleh kabar duka yang mendalam. Diogo Jota, penyerang Liverpool dan tim nasional Portugal yang penuh bakat, telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil tragis. Kepergiannya yang mendadak pada usia muda meninggalkan kekosongan yang tak tergantikan di hati para penggemar, rekan setim, dan seluruh komunitas sepak bola. Jota pulang ke keabadian, membawa serta nomor punggung 20 yang kini akan selamanya diabadikan sebagai penghormatan terakhir dari klub yang begitu ia cintai, Liverpool.
Tragedi mengerikan ini terjadi pada Rabu (3/7) tengah malam waktu setempat, di kilometer 65 jalan raya A-52, sebuah ruas jalan yang melintasi wilayah Zamora, Sanabria, Spanyol. Menurut laporan awal dari media Spanyol terkemuka, Marca, Diogo Jota berada di dalam mobil tersebut bersama dengan adiknya, Andre. Keduanya sedang dalam perjalanan ketika musibah itu terjadi, mengubah malam yang tenang menjadi sebuah adegan horor yang tak terbayangkan.
Detail insiden mengungkapkan betapa cepatnya nasib dapat berubah. Mobil yang mereka kendarai dikabarkan mengalami pecah ban saat mencoba menyalip kendaraan lain di depannya. Kehilangan kendali akibat pecah ban pada kecepatan tinggi adalah skenario yang paling ditakuti oleh setiap pengendara. Dalam hitungan detik yang menegangkan, mobil mereka oleng dan keluar dari jalur, kemudian menabrak pembatas jalan atau objek lain sebelum akhirnya terbakar hebat. Api yang melahap kendaraan itu dengan cepat membuat upaya penyelamatan menjadi sangat sulit, bahkan mustahil. Baik Diogo maupun Andre, sayangnya, tidak dapat diselamatkan dari kobaran api yang dahsyat tersebut. Berita ini menyebar dengan cepat, membawa gelombang duka dan ketidakpercayaan ke seluruh penjuru dunia.
Mendengar kabar tragis ini, respons dari dunia sepak bola, khususnya dari klub Liverpool, adalah kesedihan yang mendalam dan keinginan kuat untuk menghormati warisan Jota. Sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kontribusi luar biasa Jota selama waktunya di Anfield, Liverpool Football Club segera mengumumkan keputusan yang jarang terjadi dalam sejarah klub: mempensiunkan nomor punggung 20 yang pernah dikenakan oleh sang penyerang. Keputusan ini, yang segera diamini oleh sebagian besar penggemar, adalah simbol kekal bahwa nomor tersebut kini hanya akan dikenang sebagai milik Diogo Jota, dan tidak akan pernah lagi dipakai oleh pemain lain di masa mendatang.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh klub, Liverpool mengungkapkan dukanya yang mendalam dan menjelaskan alasan di balik keputusan monumental ini. "Nomor 20 akan diabadikan atas kontribusinya sebagai bagian dari perjalanan Liverpool menuju kejayaan. Kontribusinya yang tak ternilai, termasuk gerakan eksplosif dan tendangan khasnya di depan Kop untuk memastikan kemenangan dalam derby Merseyside yang krusial pada bulan April lalu, yang ironisnya menjadi gol terakhir yang menyentuh dalam hidupnya, akan selalu dikenang," demikian bunyi pernyataan klub. Pernyataan ini secara implisit juga menyoroti bagaimana semangat dan kontribusi Jota akan tetap menjadi bagian dari aspirasi klub untuk meraih gelar-gelar penting di masa depan, termasuk target ambisius untuk mencapai gelar liga ke-20 dalam sejarah klub. Meskipun Jota tidak akan lagi ada di lapangan, warisan dan semangatnya akan terus membimbing tim.
Nomor 20 memang memiliki makna yang sangat istimewa bagi Diogo Jota. Ia tiba di Anfield pada tahun 2020, sebuah angka yang secara kebetulan sama dengan nomor punggung yang kemudian menjadi identitasnya. Didatangkan dari Wolverhampton Wanderers dalam kesepakatan transfer yang signifikan, Jota dengan cepat beradaptasi dengan sistem Jurgen Klopp dan menjadi pemain kunci dalam skuad The Reds. Dengan nomor 20 di punggungnya, ia membuktikan dirinya sebagai ancaman gol yang konstan, dengan insting tajam di kotak penalti dan kemampuan untuk mencetak gol dari berbagai posisi.
Perjalanan karier Jota sebelum Liverpool juga patut dikenang. Ia memulai karier profesionalnya di Paços de Ferreira sebelum menarik perhatian raksasa Portugal, Porto. Meskipun tidak terlalu lama di Porto, ia menunjukkan potensi besarnya sebelum pindah ke Wolves. Di Wolves, di bawah asuhan Nuno Espirito Santo, Jota berkembang menjadi salah satu penyerang paling berbahaya di Liga Primer. Kecepatan, kemampuan menggiring bola, dan ketajaman di depan gawang membuatnya menjadi target utama Liverpool, yang melihatnya sebagai tambahan ideal untuk lini serang mereka yang sudah mematikan.
Di Liverpool, Jota tidak pernah mengecewakan. Meskipun sering harus bersaing dengan trio penyerang utama Salah, Firmino, dan Mane, ia selalu siap memberikan dampak. Ia dikenal sebagai ‘super-sub’ yang mampu mengubah jalannya pertandingan dari bangku cadangan, namun juga membuktikan dirinya sebagai starter yang handal. Musim lalu, ia berhasil mencetak enam gol dari 26 pertandingan liga, meskipun ia juga harus berjuang melawan serangkaian cedera otot yang mengganggu performanya. Namun, setiap kali ia kembali ke lapangan, ia selalu menunjukkan semangat juang yang luar biasa dan komitmen penuh kepada tim. Gol-golnya seringkali menjadi penentu kemenangan atau penyelamat poin penting, menegaskan statusnya sebagai pahlawan di mata para penggemar. Gol terakhirnya dalam derby Merseyside, sebuah momen yang penuh gairah di depan tribun Kop, adalah cerminan sempurna dari dedikasi dan instingnya yang tak tertandingi.
Kepergian Jota adalah duka yang tak hanya dirasakan oleh Liverpool, tetapi juga oleh seluruh komunitas sepak bola global. Berita kematiannya memicu gelombang kesedihan yang terekspresikan di berbagai platform media sosial, dengan ucapan belasungkawa mengalir deras dari klub-klub lain, pemain-pemain top, legenda sepak bola, hingga para penggemar di seluruh dunia. Banyak yang mengingat senyum ramahnya, etos kerjanya yang tak kenal lelah, dan momen-momen magis yang ia ciptakan di lapangan hijau.
Sebelum pihak klub mengumumkan keputusan untuk mempensiunkan nomor 20, para penggemar Liverpool sudah lebih dulu menyuarakan keinginan mereka untuk mengabadikan nomor tersebut selamanya. Di forum-forum daring, media sosial, dan bahkan dalam percakapan sehari-hari, muncul konsensus bahwa nomor 20 haruslah menjadi simbol abadi bagi Diogo Jota. Ini adalah bukti betapa besar dampak yang ia ciptakan dalam waktu singkat di Anfield. Para penggemar merasa bahwa itu adalah cara paling pantas untuk menghormati seorang pemain yang, meskipun tidak memenangkan trofi sebanyak beberapa legenda klub lainnya, telah memberikan segalanya untuk jersey merah dan memenangkan hati mereka dengan setiap sentuhan, lari, dan golnya.
Diogo Jota mungkin telah pergi, namun warisan dan semangatnya akan tetap hidup di Anfield dan di hati para penggemar Liverpool. Nomor 20 akan selamanya menjadi pengingat akan bakatnya, kegigihannya, dan kontribusinya yang tak ternilai bagi klub. Setiap kali angka 20 disebutkan di masa depan, itu akan membangkitkan kenangan akan seorang penyerang yang selalu memberikan 100%, seorang rekan setim yang dihormati, dan seorang individu yang dicintai. Dalam setiap nyanyian "You’ll Never Walk Alone" yang akan bergema di Anfield, semangat Diogo Jota akan tetap hadir, menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan jiwa Liverpool Football Club. Kepergiannya adalah tragedi, namun warisannya adalah inspirasi yang abadi.
