Esemka Terjerat Gugatan Wanprestasi: Kisah Mobil Nasional Kebanggaan yang Berulang Kali Tenggelam dan Muncul Kembali

Esemka Terjerat Gugatan Wanprestasi: Kisah Mobil Nasional Kebanggaan yang Berulang Kali Tenggelam dan Muncul Kembali

Mobil Esemka, proyek kebanggaan nasional yang pernah digadang-gadang menjadi ikon otomotif Indonesia, kini kembali menyita perhatian publik, namun bukan karena inovasi produk atau capaian penjualan yang fantastis, melainkan terjerat kasus hukum wanprestasi yang menyeret produsennya, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), hingga nama Presiden Joko Widodo. Gugatan ini menjadi babak baru dalam perjalanan panjang Esemka yang penuh liku, dari janji-janji manis sebagai "mobil nasional" hingga realitas pahit persaingan pasar otomotif global. Ironisnya, merek yang pernah diprediksi Joko Widodo akan laris manis di pasaran berkat harga kompetitif, kini justru harus menghadapi tuntutan hukum yang mempertanyakan komitmennya terhadap produksi massal.

Kasus hukum wanprestasi ini diajukan oleh Aufaa Luqmana Re A, yang menggugat Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai tergugat 1, Wakil Presiden ke-13 RI Ma’ruf Amin sebagai tergugat 2, dan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) sebagai tergugat 3. Gugatan yang didaftarkan secara daring dengan nomor PN SKT-08042025051 pada Selasa, 8 April 2025, ini mencuat ke permukaan setelah Aufaa merasa kesulitan untuk membeli mobil Esemka, padahal mobil tersebut telah dipromosikan sebagai proyek strategis dan kebanggaan bangsa. Perlu dicatat, Aufaa adalah adik dari Almas Tsaqibbirru Re A, sosok yang sebelumnya dikenal publik karena gugatan batas usia minimal capres dan cawapres ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023.

Dalam petitum gugatannya, Aufaa menuntut ganti rugi wanprestasi sebesar Rp 300 juta. Kuasa hukum Aufaa, Sigit N Sudibyanto, menjelaskan bahwa tuntutan ini didasarkan pada anggapan bahwa para tergugat tidak dapat memenuhi janjinya dalam memproduksi mobil Esemka secara massal, sehingga dikategorikan sebagai perbuatan wanprestasi. "Pihak penggugat merasa dirugikan kepentingan hukumnya, sehingga menuntut para tergugat paling rendah harga mobil pikap Esemka, masing-masing Rp 150 juta. Karena dia ingin beli dua mobil, jadi Rp 300 juta," terang Sigit saat konferensi pers di Serengan, Solo, pada Selasa, 8 April 2025. Menurut Sigit, keterlibatan Jokowi dalam gugatan ini disebabkan oleh perannya yang sangat sentral dalam memprogramkan Esemka sebagai mobil nasional sejak menjabat Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga awal masa kepresidenannya. Janji-janji terkait produksi massal mobil Esemka yang belum terealisasi hingga saat ini menjadi dasar utama gugatan Aufaa. Bahkan, Aufaa dikabarkan sempat mendatangi pabrik Esemka di Boyolali pada tahun 2021, namun upayanya untuk memiliki mobil Esemka tidak membuahkan hasil.

Baca Juga:

Dalam sidang lanjutan di Pengadilan Negeri (PN) Solo, Aufaa Luqmana Re A melalui kuasa hukumnya bahkan meminta hakim untuk menggelar Pemeriksaan Setempat (PS) ke pabrik PT SMK di Boyolali. Permintaan ini bertujuan untuk melihat secara langsung kondisi operasional pabrik, guna memastikan apakah PT SMK masih aktif memproduksi mobil atau telah berhenti beroperasi. Namun, permintaan penggugat ini langsung ditolak oleh pihak tergugat 3, PT SMK. Kuasa hukum PT SMK, Sundari, secara lisan telah menyampaikan penolakan tersebut dan akan menindaklanjutinya secara tertulis. Sundari menjelaskan bahwa Pemeriksaan Setempat biasanya dilakukan untuk kasus-kasus yang objeknya adalah tanah, sementara kasus gugatan wanprestasi Esemka ini bukan tentang objek tanah, melainkan terkait janji yang dianggap tidak ditepati oleh tergugat satu (Jokowi). Selain itu, faktor yuridiksi pabrik yang berada di Boyolali juga menjadi pertimbangan penolakan tersebut.

Sejarah Esemka di Indonesia memang tak bisa dilepaskan dari narasi politik dan sosok Joko Widodo. Pengembangan mobil ini dimulai pada tahun 2007 sebagai proyek edukatif bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah. Pada Mei 2009, sebuah prototipe pikap bernama Digdaya pertama kali diperkenalkan ke publik, menandai awal kiprah Esemka. Namun, pamor Esemka baru benar-benar melejit ketika Jokowi, yang saat itu menjabat Wali Kota Solo (2005-2012), menjadikan SUV Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinasnya. Keputusan ini sontak menarik perhatian nasional dan memicu gelombang optimisme akan potensi "mobil nasional" karya anak bangsa. Momen ikonik lainnya adalah saat Jokowi menggunakan mobil tersebut dalam perjalanan dari Solo menuju Jakarta pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2012, sebuah langkah simbolis yang semakin menguatkan citra Esemka di mata publik.

Meskipun popularitas Esemka sempat meredup ketika Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta (2012-2014), namanya kembali meroket saat Jokowi gencar menggunakannya dalam kampanye Pilpres 2014. Esemka menjadi salah satu "kartu" yang dimainkan Jokowi untuk menunjukkan dukungan terhadap produk dalam negeri dan potensi industri otomotif lokal. Puncak dari janji-janji ini adalah pendirian pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah, pada tahun 2017, oleh perusahaan bernama Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), yang merupakan gabungan antara Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dan Adiperkasa Citra Lestari (ACL). Dua tahun setelahnya, tepatnya pada September 2019, pabrik ini diresmikan dan meluncurkan dua kendaraan niaga pertamanya, yaitu Esemka Bima 1.2 dan Esemka Bima 1.3, dengan harga sekitar Rp 110 juta. Presiden Jokowi sendiri turut hadir dalam acara peluncuran tersebut dan kembali menyuarakan keyakinannya bahwa mobil ini akan laris manis di pasaran. "Tidak mudah, tidak gampang, masuk pasarnya ini juga tidak gampang dan tidak mudah. Tetapi kalau kita sebagai sebuah bangsa mau menghargai karya kita sendiri, brand dan prinsipal kita sendiri ini akan laku," ujar Jokowi kala itu, menyiratkan pesan kuat tentang pentingnya dukungan terhadap produk lokal.

Namun, setelah peresmian pabrik dan peluncuran produk Bima, nama Esemka justru kembali tenggelam dari peredaran. Alih-alih berkembang pesat dan bergabung dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Esemka seolah menghilang tanpa jejak. Padahal, sebelumnya sempat beredar kabar bahwa mereka akan meluncurkan berbagai model baru, mulai dari SUV, MPV, kendaraan listrik berbasis baterai (EV), hingga bahkan supercar. Ketiadaan kabar ini membuat banyak pihak bertanya-tanya tentang kelanjutan proyek kebanggaan nasional tersebut.

Secara mengejutkan, setelah tiga tahun tidak terdengar kiprahnya di industri otomotif Indonesia, nama Esemka tiba-tiba muncul kembali sebagai peserta pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023. Booth Esemka menempati Hall A JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan lokasi strategis di antara booth Suzuki dan Jeep. Pada pameran tersebut, Esemka membawa dua produk andalan yang telah dijual di pasar Indonesia, yaitu Esemka Bima Pick Up dan kendaraan elektrifikasi, Bima EV. Sejak hari pertama pameran, booth Esemka nyaris tak pernah sepi disambangi pengunjung yang penasaran akan perkembangan mobil lokal ini. Antusiasme publik sangat terasa, dan bahkan sejumlah pesohor bangsa turut berkunjung, mulai dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Moeldoko, Kaesang Pangarep, hingga Presiden Jokowi yang saat itu masih menjabat. Kehadiran Esemka di IIMS 2023 menjadi sorotan dan sempat membangkitkan kembali harapan akan masa depan merek ini. Namun, pameran tersebut menjadi pameran otomotif terakhir yang diikuti Esemka hingga berita ini ditulis. Faktor biaya menjadi kendala besar bagi merek asal Boyolali itu untuk unjuk gigi di pameran otomotif berskala internasional. "Saat ini saya ingin semua (pameran) ikut, tapi kan orang bisnis harus menghitung. Bikin booth mahal banget (ya), saya juga enggak nyangka semahal ini, karena remeh temehnya banyak banget," ujar Eddy Wirajaya selaku Presiden Direktur PT SMK, pada 25 Februari 2023, di arena IIMS 2023. Pernyataan ini secara gamblang mengungkap salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Esemka dalam menembus pasar yang sangat kompetitif.

Dengan lini produk yang masih terbatas dan jumlah jaringan purnajual yang belum diketahui secara luas, pertanyaan besar muncul: siapakah sebenarnya para pelanggan mobil Esemka? Berdasarkan catatan detikOto, sebagian besar pelanggan Esemka datang dari instansi pemerintah. Sebagai contoh, TNI Angkatan Udara telah menggunakan mobil Esemka sebagai kendaraan dinas di beberapa satuannya. Inkopau, koperasi yang menaungi anggota TNI AU, memesan sebanyak 35 unit Esemka Bima untuk dihibahkan ke TNI AU, yang kemudian digunakan untuk mobilitas di Skadron Udara dan Skadron Teknik di area sisi udara, hanggar, apron, dan taxyway. Mobil Esemka yang digunakan TNI AU ini dicat warna kuning, dilengkapi lampu sirine oranye di atap, serta tulisan ‘Skadron Udara’ dengan profil police line miring di bak belakangnya.

Selain TNI AU, Pemerintah Kota Semarang juga memanfaatkan mobil Esemka Bima bermesin 1.300 cc. Dua unit mobil ini dibeli oleh Pemkot Semarang dan dimodifikasi khusus untuk mendukung sarana prasarana Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang. Modifikasi yang dilakukan meliputi penambahan power steering dan penutupan bagian bak terbuka, serta adaptasi agar mobil dapat menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG), menunjukkan fleksibilitas Esemka dalam memenuhi kebutuhan khusus instansi. Tak hanya dari kalangan instansi, mobil Esemka juga menarik minat tokoh pejabat seperti Ignasius Jonan. Pada tahun 2020, pria yang pernah menjabat sebagai Dirut PT KAI, Menteri Perhubungan, dan Menteri ESDM itu pernah membeli Esemka Bima Pick Up 1.2 dan memamerkannya di akun Instagram pribadinya, memberikan legitimasi dan dukungan moral dari figur publik.

Gugatan wanprestasi yang kini menyasar Esemka, Jokowi, dan Ma’ruf Amin menjadi pengingat pahit akan janji-janji yang belum terpenuhi. Kisah Esemka adalah cerminan dari ambisi besar bangsa untuk memiliki mobil nasional sendiri, yang sayangnya kerap terbentur realitas keras pasar dan tantangan produksi. Dari proyek pendidikan, menjadi simbol politik, kemudian menghadapi kendala finansial dan kini berujung di meja hijau, perjalanan Esemka adalah saga yang kompleks. Pertanyaan besar yang tersisa adalah bagaimana kelanjutan nasib Esemka di tengah gugatan ini dan apakah impian mobil nasional akan tetap menjadi sekadar mimpi, ataukah Esemka akan mampu bangkit lagi dari keterpurukan, kali ini dengan strategi yang lebih matang dan janji yang lebih realistis.

Esemka Terjerat Gugatan Wanprestasi: Kisah Mobil Nasional Kebanggaan yang Berulang Kali Tenggelam dan Muncul Kembali

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *