Fabio Quartararo Murka Meski Peringkat Keempat di MotoGP Jerman 2025: "Motor Lambat Banget!"

Fabio Quartararo Murka Meski Peringkat Keempat di MotoGP Jerman 2025: "Motor Lambat Banget!"

Kekecewaan mendalam menyelimuti garasi tim Monster Energy Yamaha setelah putaran MotoGP Jerman 2025 di Sirkuit Sachsenring. Meskipun pebalap andalan mereka, Fabio Quartararo, berhasil finis di posisi keempat, hasil tersebut sama sekali tidak memicu euforia. Sebaliknya, juara dunia MotoGP 2021 itu justru meluapkan kemarahannya, menyebut motor YZR-M1 yang ia tunggangi terasa "lambat banget" dan jauh dari ekspektasinya sebagai seorang kompetitor kelas dunia. Finis keempat di salah satu sirkuit paling menantang di kalender balap, yang secara tradisional dianggap lebih cocok untuk motor dengan kelincahan daripada kecepatan puncak, seharusnya menjadi poin positif. Namun, bagi Quartararo, itu adalah cerminan nyata dari masalah kronis yang terus membayangi Yamaha.

Balapan di Sachsenring dimulai dengan harapan yang cukup tinggi bagi Quartararo. Start dari baris kedua, tepatnya di posisi keenam, memberinya posisi awal yang menjanjikan untuk setidaknya bertarung di grup depan. Namun, harapan itu dengan cepat memudar begitu lampu hijau padam. Quartararo kesulitan mempertahankan posisinya di lap-lap awal, terlempar dari persaingan untuk podium dan bahkan sempat terdampar di posisi kesembilan. Ini adalah skenario yang akrab bagi para penggemar Yamaha dalam beberapa musim terakhir: performa awal yang menjanjikan di sesi kualifikasi seringkali tidak mampu diterjemahkan menjadi kecepatan balapan yang konsisten.

Meskipun pada akhirnya berhasil melintasi garis finis di tempat keempat, peningkatan posisi Quartararo sebagian besar tidak datang dari kecepatan murni atau manuver brilian. Sebaliknya, ia diuntungkan oleh serangkaian insiden dan kecelakaan yang menimpa pebalap di depannya. Fabio di Giannantonio, Johann Zarco, dan Marco Bezzecchi, yang semuanya berada di depan Quartararo pada berbagai titik dalam balapan, mengalami crash yang membuka jalan baginya untuk naik posisi. Tanpa insiden-insiden tersebut, sangat mungkin Quartararo akan finis jauh di belakang, mungkin di posisi ketujuh atau kedelapan, menggarisbawahi betapa rapuhnya performa Yamaha saat ini.

Dalam pernyataannya kepada TNT Sports, Quartararo tidak menyembunyikan kekesalannya. "Aku tidak senang karena kami lambat banget," ujarnya dengan nada frustrasi yang jelas. Ini bukan hanya tentang finis keempat, melainkan tentang cara finis di posisi tersebut. Terlepas dari fakta bahwa ia menjadi rider non-Ducati dengan hasil terbaik—di depan Quartararo, ada tiga pebalap yang menunggangi motor Ducati Desmosedici yang dominan—itu adalah "penghargaan" yang terasa hampa. Menjadi yang terbaik di antara mereka yang tidak mengendarai Ducati telah menjadi tolok ukur yang menyedihkan bagi pabrikan lain, termasuk Yamaha, dalam era dominasi mesin Bologna.

Bagi Quartararo, hasil ini memang menjadi finis terbaiknya dalam balapan hari Minggu di MotoGP 2025, semenjak menjadi runner-up di Jerez. Namun, perbandingan dengan Jerez juga menunjukkan inkonsistensi yang menjadi masalah utama. Di Jerez, lintasan yang mengandalkan corner speed dan kelincahan, Yamaha YZR-M1 dapat menunjukkan potensi terbaiknya, memungkinkan Quartararo untuk bertarung di depan. Namun, di Sachsenring, meskipun juga dikenal sebagai sirkuit teknis, tampaknya masalah mendasar pada akselerasi dan top speed YZR-M1 kembali menjadi momok yang tak terhindarkan. Jarak waktu yang mencolok dari para pemimpin balapan adalah bukti paling nyata dari kesenjangan performa. Quartararo finis dengan terpaut 18,738 detik dari Marc Marquez yang memenangi balapan. Bahkan terhadap Francesco Bagnaia yang finis ketiga, Quartararo tertinggal lebih dari 10 detik. Angka-angka ini berbicara lebih keras daripada sekadar posisi finis. Itu menunjukkan bahwa Quartararo tidak berada dalam persaingan nyata untuk podium, melainkan hanya mengelola balapan untuk mengumpulkan poin.

"Kami lambat dan kami harus bisa memahami kenapa bisa kesulitan seperti itu dalam balapan-balapan," lanjut Quartararo, menggarisbawahi urgensi untuk menemukan solusi. Komentarnya mencerminkan frustrasi seorang juara yang terbiasa bersaing di garis depan, namun kini harus berjuang keras hanya untuk masuk sepuluh besar. Kinerja YZR-M1 telah menjadi perdebatan panjang di paddock MotoGP. Sejak era keemasan mereka dengan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, Yamaha seolah kehilangan sentuhan magisnya dalam pengembangan mesin. Kekurangan tenaga kuda, terutama di lintasan lurus, dan masalah dengan traksi belakang telah menjadi keluhan utama dari Quartararo dan pebalap Yamaha lainnya.

Masalah ini bukan hanya tentang kecepatan puncak. YZR-M1 juga kesulitan dalam hal akselerasi keluar tikungan, yang merupakan aspek krusial dalam balapan modern. Ketika motor lain dapat melesat cepat setelah apex tikungan, Yamaha YZR-M1 tertinggal, kehilangan waktu berharga yang sulit dikejar di kemudian hari. Hal ini juga berdampak pada degradasi ban. Untuk mencoba mengimbangi kekurangan tenaga, Quartararo sering kali harus memacu motor lebih keras, yang pada akhirnya mempercepat keausan ban, terutama ban belakang, dan membuat performa motor menurun drastis di paruh kedua balapan. Ini adalah siklus setan yang sulit diputus.

Yamaha telah berupaya keras untuk mengatasi masalah ini. Mereka telah diberikan konsesi pengembangan oleh Dorna, memungkinkan mereka untuk melakukan pengujian lebih banyak dan memperkenalkan update mesin selama musim balap, sesuatu yang tidak diizinkan bagi pabrikan yang lebih dominan seperti Ducati. Namun, progres yang dicapai terasa lambat dan belum cukup untuk menutup kesenjangan. Para insinyur di Iwata, Jepang, dihadapkan pada tugas berat untuk merancang mesin yang tidak hanya bertenaga tetapi juga tetap mempertahankan karakter lincah YZR-M1 yang terkenal, tanpa mengorbankan stabilitas atau keandalan.

Frustrasi Quartararo juga dapat dipahami dalam konteks masa depannya. Sebagai salah satu talenta terbaik di MotoGP, "El Diablo" telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk tetap bersama Yamaha, dengan syarat pabrikan Jepang itu menunjukkan komitmen serius untuk kembali ke puncak. Namun, jika situasi tidak membaik secara signifikan, tekanan untuk mencari opsi lain akan semakin meningkat. Seorang pebalap kaliber Quartararo tidak akan puas hanya dengan finis di posisi keempat atau kelima; ia menginginkan kemenangan dan gelar juara. Motivasi seorang atlet profesional dapat terkikis jika mereka merasa tidak memiliki alat yang tepat untuk bersaing di level tertinggi.

Manajemen tim Monster Energy Yamaha menyadari sepenuhnya situasi ini. Direktur tim dan insinyur senior terus bekerja tanpa henti untuk menganalisis data, mengembangkan part baru, dan mencari solusi. Mereka mengakui bahwa jalan masih panjang, tetapi mereka menegaskan komitmen mereka untuk memberikan Quartararo motor yang kompetitif. Fokus utama saat ini adalah memahami secara mendalam akar masalah pada kecepatan balapan, yang tampak berbeda dari performa kualifikasi. Apakah ini terkait dengan set-up, manajemen ban, atau memang kekurangan mendasar pada desain motor? Pertanyaan-pertanyaan ini harus segera dijawab.

MotoGP Jerman 2025 di Sachsenring menjadi pengingat yang menyakitkan bagi Fabio Quartararo dan Yamaha bahwa dominasi Ducati di era modern MotoGP masih menjadi tantangan yang sangat besar. Finis keempat mungkin terlihat lumayan di atas kertas, tetapi bagi seorang juara dunia yang ambisius seperti Quartararo, itu hanyalah cerminan dari perjuangan berat dan ketidakmampuan motornya untuk bersaing di level yang diinginkan. Musim 2025 masih panjang, dan dengan konsesi yang mereka miliki, Yamaha memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan. Namun, waktu terus berjalan, dan kesabaran seorang juara dunia yang haus kemenangan ada batasnya. Semua mata kini tertuju pada Yamaha, apakah mereka mampu memberikan "El Diablo" motor yang pantas untuk membangkitkan kembali semangat juangnya dan mengembalikan mereka ke jalur kemenangan. Hanya waktu yang akan menjawab apakah keluhan Quartararo akan menjadi katalisator perubahan atau sekadar ratapan yang tak berujung.

Fabio Quartararo Murka Meski Peringkat Keempat di MotoGP Jerman 2025: "Motor Lambat Banget!"

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *