
Tim Nasional Putri Indonesia harus menelan pil pahit setelah takluk 1-2 dari Taiwan dalam pertandingan terakhir Kualifikasi Piala Asia Putri 2026. Kekalahan ini secara resmi mengubur impian Srikandi Merah Putih untuk melaju ke putaran final turnamen paling bergengsi di Asia tersebut, yang rencananya akan diselenggarakan di Australia pada tahun berikutnya. Laga krusial ini berlangsung di Stadion Sport Centre Kelapa Dua, Tangerang, pada Sabtu, 5 Juli 2025, malam WIB, di mana ribuan pendukung tuan rumah hadir dengan harapan besar yang akhirnya harus pupus.
Pertandingan ini merupakan laga penentu bagi kedua tim dalam persaingan ketat di Grup D. Sejak awal babak kualifikasi, Grup D telah diprediksi akan menjadi salah satu grup paling kompetitif, melibatkan Indonesia, Taiwan, Uzbekistan, dan Nepal. Taiwan, dengan pengalaman dan peringkat FIFA yang lebih tinggi, memang menjadi unggulan utama. Namun, Timnas Putri Indonesia di bawah asuhan pelatih kepala yang baru telah menunjukkan peningkatan signifikan, memicu optimisme bahwa mereka bisa menciptakan kejutan.
Sebelum pertandingan penentu ini, Timnas Putri Indonesia telah menunjukkan performa yang campur aduk. Mereka berhasil meraih kemenangan penting atas Nepal dengan skor meyakinkan 3-0 di laga pembuka, menunjukkan potensi serangan dan pertahanan yang solid. Namun, mereka kemudian harus mengakui keunggulan Uzbekistan, kalah 0-2 dalam pertandingan kedua yang berlangsung sengit. Hasil tersebut menempatkan Indonesia di posisi ketiga klasemen sementara Grup D dengan tiga poin dari dua pertandingan. Sementara itu, Taiwan datang ke laga ini dengan rekor sempurna, setelah berhasil menundukkan Nepal dan Uzbekistan, mengamankan enam poin dan memuncaki klasemen. Situasi ini berarti Indonesia wajib memenangkan pertandingan melawan Taiwan untuk bisa menggeser mereka dari puncak klasemen dan merebut tiket langsung ke putaran final, mengingat hanya juara grup yang berhak lolos.
Sejak peluit babak pertama dibunyikan oleh wasit, tensi pertandingan langsung terasa tinggi. Kedua tim bermain dengan hati-hati di menit-menit awal, mencoba membaca strategi lawan dan mencari celah. Indonesia, yang bermain di hadapan pendukung sendiri, mencoba mengambil inisiatif dengan membangun serangan dari lini tengah. Namun, pertahanan Taiwan yang disiplin dan terorganisir membuat setiap upaya Indonesia terbentur tembok. Taiwan sendiri tidak tinggal diam, mereka menerapkan pressing ketat di lini tengah dan sesekali melancarkan serangan balik cepat yang mengancam gawang Indonesia.
Pada menit ke-20, kebuntuan pecah. Taiwan berhasil unggul lebih dulu melalui gol yang dicetak oleh Su Yu-Huan. Gol ini berawal dari sebuah skema serangan terstruktur dari sisi sayap kanan Taiwan. Bola umpan silang yang akurat berhasil menembus pertahanan Indonesia, dan Su Yu-Huan yang berdiri bebas di dalam kotak penalti dengan tenang melepaskan tembakan mendatar yang tak mampu dijangkau oleh kiper Indonesia, Iris De Rouw. Gol tersebut sontak membungkam sejenak riuh rendah Stadion Sport Centre Kelapa Dua dan memberikan tekanan psikologis yang besar bagi para pemain Indonesia.
Tertinggal satu gol, Timnas Putri Indonesia mencoba merespons. Pelatih terlihat memberikan instruksi dari pinggir lapangan, meminta para pemain untuk lebih agresif dan meningkatkan intensitas serangan. Beberapa kali, upaya penetrasi dari sayap kiri dan kanan coba dilakukan, namun solidnya lini belakang Taiwan yang digalang oleh duet bek tengah mereka mampu mematahkan setiap ancaman. Kiper Taiwan, Wang Yu-ting, juga tampil cukup tenang dalam mengamankan bola-bola atas dan tembakan spekulatif dari luar kotak penalti. Hingga babak pertama berakhir, skor 1-0 untuk keunggulan Taiwan tetap bertahan, meninggalkan pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia di paruh kedua pertandingan.
Memasuki babak kedua, Timnas Putri Indonesia menunjukkan semangat juang yang luar biasa dan langsung tancap gas. Tampaknya instruksi pelatih di ruang ganti telah membakar semangat para pemain. Hasilnya, hanya tiga menit setelah babak kedua dimulai, tepatnya pada menit ke-48, Indonesia berhasil menyamakan kedudukan. Gol penyama kedudukan ini lahir dari kesalahan fatal kiper Taiwan, Wang Yu-ting. Saat hendak menyapu bola yang mengarah kepadanya, Wang Yu-ting melakukan blunder fatal, tendangannya justru mengenai kaki penyerang Indonesia. Bola liar tersebut dengan cepat disambar oleh Helsya Maeisyaroh yang dengan sigap menceploskan bola ke gawang kosong. Gol ini disambut dengan sorak sorai meriah dari seluruh penjuru stadion, seolah memberikan napas baru bagi harapan Indonesia untuk lolos.
Gol penyama kedudukan tersebut seketika memberikan momentum positif bagi Timnas Putri Indonesia. Para pemain tampil lebih percaya diri dan mulai mendominasi jalannya pertandingan. Serangan demi serangan terus dilancarkan ke lini pertahanan Taiwan. Dua menit setelah gol Helsya, Indonesia nyaris berbalik unggul. Penyerang lincah Indonesia, Isa Warps, berhasil mendapatkan ruang tembak di dalam kotak penalti setelah melakukan penetrasi apik. Tembakan kerasnya mengarah ke sudut gawang, namun kiper Wang Yu-ting yang sebelumnya melakukan blunder, kali ini berhasil menebus kesalahannya dengan refleks gemilang, menepis bola keluar lapangan dan mengamankan gawangnya dari kebobolan kedua.
Setelah rentetan tekanan dari Indonesia, Taiwan mulai mengatur ulang permainan mereka. Pelatih Taiwan melakukan beberapa pergantian pemain untuk menyegarkan lini tengah dan menyerang. Strategi ini terbukti efektif. Perlahan tapi pasti, Taiwan mulai mampu menahan gempuran Indonesia dan kembali menemukan ritme permainan mereka. Mereka kembali mengandalkan umpan-umpan pendek yang presisi dan transisi cepat dari bertahan ke menyerang.
Pada menit ke-75, di tengah upaya Indonesia untuk mencari gol kemenangan, justru Taiwan yang berhasil kembali unggul. Gol kedua Taiwan ini dicetak oleh Liu Yu-Chiao melalui sebuah tendangan jarak jauh yang spektakuler. Bola hasil tembakan Liu Yu-Chiao dari luar kotak penalti melaju deras ke sudut kiri atas gawang Indonesia, melewati jangkauan kiper Iris De Rouw yang sudah berusaha maksimal untuk menepisnya. Gol ini terasa seperti pukulan telak bagi Indonesia, karena terjadi di saat mereka sedang gencar-gencarnya menyerang.
Tertinggal 1-2 dengan waktu yang semakin menipis, Timnas Putri Indonesia tidak menyerah. Mereka melancarkan semua kekuatan yang tersisa, berusaha menyamakan skor di sisa waktu pertandingan. Beberapa peluang tercipta, termasuk tendangan bebas di area berbahaya dan serangkaian sepak pojok, namun penyelesaian akhir yang kurang klinis atau solidnya pertahanan Taiwan selalu menjadi penghalang. Para pemain Taiwan juga menunjukkan kedisiplinan taktis yang tinggi, fokus menjaga keunggulan dan sesekali membuang waktu untuk mengamankan kemenangan. Wasit akhirnya meniup peluit panjang, menandai berakhirnya pertandingan dengan skor 2-1 untuk kemenangan Taiwan.
Kemenangan ini memastikan Taiwan finis di urutan pertama klasemen akhir Grup D dengan raihan sempurna sembilan poin dari tiga pertandingan. Mereka pun berhak tampil di turnamen utama Piala Asia Putri 2026 di Australia tahun depan, merayakan keberhasilan mereka yang memang layak didapatkan. Sementara itu, Timnas Putri Indonesia harus puas finis di urutan ketiga klasemen Grup D dengan tiga poin dari tiga laga. Posisi kedua ditempati oleh Uzbekistan yang juga mengumpulkan enam poin, namun kalah selisih gol dari Taiwan.
Kekalahan ini menjadi momen refleksi yang penting bagi sepak bola putri Indonesia. Meskipun gagal lolos, ada beberapa catatan positif yang bisa diambil, seperti semangat juang yang ditunjukkan oleh para pemain dan gol penyama kedudukan yang sempat membangkitkan asa. Namun, ada juga pekerjaan rumah besar yang harus segera dievaluasi, terutama terkait konsistensi permainan, efektivitas penyelesaian akhir, dan menjaga fokus selama 90 menit penuh. Kesenjangan dengan tim-tim papan atas Asia seperti Taiwan masih terlihat, terutama dalam hal pengalaman, fisik, dan kedalaman skuad.
Ke depannya, Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) perlu memberikan perhatian lebih serius pada pengembangan sepak bola putri. Ini bukan hanya tentang persiapan tim nasional menjelang kualifikasi berikutnya, tetapi juga tentang pembangunan fondasi yang kuat dari bawah. Peningkatan kualitas liga domestik putri, pembinaan usia dini yang lebih terstruktur, serta peningkatan jumlah dan kualitas pelatih adalah langkah-langkah krusial. Selain itu, memberikan lebih banyak kesempatan bagi para pemain untuk mendapatkan pengalaman bertanding di level internasional melalui uji coba atau turnamen persahabatan juga sangat penting.
Meskipun impian Piala Asia 2026 harus kandas, perjalanan Timnas Putri Indonesia tidak boleh berhenti di sini. Kekalahan ini harus dijadikan pelajaran berharga untuk tumbuh dan berkembang menjadi tim yang lebih kuat di masa depan. Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari federasi, pemerintah, sponsor, hingga masyarakat, akan sangat vital dalam mewujudkan mimpi besar sepak bola putri Indonesia untuk bersaing di kancah Asia dan dunia.
